Kenapa Seseorang Mengalami Dejavu? Ini Alasannya

Kenapa Seseorang Mengalami Dejavu? Ini Alasannya

Agnest Aprillia - detikJogja
Minggu, 12 Mei 2024 14:24 WIB
A young woman is sitting on a sofa by the window and looking outside through the window at home.
Ilustrasi dejavu (Foto: Getty Images/recep-bg)
Jogja -

Apakah kamu pernah mengalami situasi di mana kamu merasa familiar padahal sebenarnya belum pernah mengalami itu sebelumnya? Jika iya, itu disebut dengan dejavu.

Peristiwa ini adalah hal umum terjadi dan bisa dialami oleh siapapun, terutama oleh orang-orang yang berusia 15-25 tahun. Bahkan, 60-80% dari populasi dunia pernah mengalaminya.

Tapi tahukah kamu apa penyebab dejavu dan bagaimana tanggapan psikolog tentang hal ini? Simak penjelasannya di bawah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Dejavu

Dikutip dari buku "L'Avenir des Sciences Psichyques" dalam buku Psikologi Belajar: Berbasis Pedagogis karya Mumtazul Fikri , dejavu adalah fenomena di mana seseorang merasa seolah telah mengalami suatu peristiwa di masa lalu saat mengalami situasi yang serupa pada hari ini.

Sementara itu, dalam laman Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area, dejavu atau paramnesia adalah respons psikologis yang memicu otak menyampaikan kepada individu bahwa mereka telah berada di suatu tempat sebelumnya, mengenai seseorang, atau bahkan mengalami kejadian yang tidak terjadi pada kesempatan sebelumnya. Dengan kata lain, ini adalah pengalaman di mana seseorang merasa telah mengalami situasi baru sebelumnya, meskipun pada kenyataannya itu tidak pernah terjadi.

ADVERTISEMENT

Kejadian dejavu sering kali muncul mendadak dan berlangsung singkat, biasanya 10-30 detik. Ketika seseorang mengalami, mereka akan merasa familiar dengan situasi tersebut, meskipun tidak dapat mengingat kapan atau di mana telah mengalaminya sebelumnya.

Teori Penyebab Dejavu

Dalam buku "The DΓ©jΓ  vu Experience", dijelaskan menjelaskan mengenai teori ilmiah penyebab dejavu, berikut penjelasannya:

1. Neurologis

Dejavu terjadi karena adanya gangguan sementara dalam sirkuit korteks temporal, bagian otak yang terlibat dalam pengalaman memori situasional. Hal ini menghasilkan 'memori palsu' dari situasi tersebut. Teori ini didukung oleh penelitian pada pasien epilepsi korteks temporal, di mana dejavu sering terjadi sebelum serangan epilepsi. Dengan memonitor aktivitas neuron dalam otak pasien ini, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi area otak di mana sinyal dejavu dimulai dan bagaimana stimulasi era yang sama dapat memicu sensasi tersebut.

2. Pemrosesan Ganda

Dejavu dijelaskan sebagai hasil dari dua proses kognitif yang berjalan sejalan dan kemudian sementara kehilangan keseimbangan sinkronisasi. Ketidakselarasan ini bisa terjadi karena salah satu proses tidak aktif saat yang lain aktif, atau karena otak sedang mencatat dan mengambil informasi secara bersamaan, menyebabkan dua jalur terkait yang biasanya terpisah menjadi satu. Ketika kita melihat gambar dan secara bersamaan mengingatnya, kita merasa telah mengalami situasi tersebut sebelumnya.

3. Perhatian Ganda

Fenomena dejavu disebutkan terjadi karena gangguan sementara dalam fungsi otak setelah bagian tertentu dari situasi terperoleh, bukan sebagai hasil dari memori yang disadari. Saat perhatian kita kembali, kita merasakan keakraban yang kuat dengan situasi tersebut tanpa menyadari alasan di baliknya, menciptakan sensasi "memori palsu" karena telah direkam secara implisit dan tanpa sadar.

Berdasarkan berbagai teori, terlihat bahwa fenomena ini tidak diakibatkan oleh satu faktor tunggal. Selain itu, tidak semua dejavu disebabkan oleh proses memori normal, karena ada dua jenis dejavu yang terkait dengan perubahan memori yang diamati dalam kondisi patologis seperti skizofrenia atau seperti disebutkan sebelumnya korteks temporal, di mana fenomena tersebut dapat berlangsung beberapa menit atau bahkan beberapa jam.

4. Mnesic

Dejavu didefinisikan sebagai pengalaman yang muncul karena persamaan dan tumpang tindih antara pengalaman masa lalu dan masa kini, menurut psikolog Anne M. Cleary (2008), seorang peneliti neurosains yang menyelidiki dasar neurologis dejavu, fenomena ini dijelaskan sebagai mekanisme metakognitif yang normal, di mana kesamaan antara pengalaman masa lalu dan sekarang membuat kita percaya bahwa kita telah mengalami situasi tersebut sebelumnya.

Melalui berbagai penelitian, telah terbukti bahwa pikiran menyimpan potongan informasi, bukan keseluruhan, sehingga ketika kita melihat sesuatu yang mirip atau identik dengan pengalaman sebelumnya, perasaan dejavu dapat muncul.

Apakah Dejavu Membahayakan?

Dikutip dari laman Penn Medicine, semua orang bisa mengalami dejavu itu adalah hal wajar. Akan tetapi, jika kamu sering mengalami dejavu ada kemungkinan kamu sedang kelelahan atau stres. Kamu bisa mengatasinya dengan tidur yang cukup dan beraktivitas yang bisa mengurangi stress.

Akan tetapi, jika kamu khawatir dengan dejavu dan mungkin ada gejala lain, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Nah itu dia, penjelasan lengkap mengenai penyebab dejavu. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Agnest Aprillia, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(par/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads