Ide Sultan HB IX Buat Selokan Mataram Bikin Warga Jogja Bebas dari Romusha

Ide Sultan HB IX Buat Selokan Mataram Bikin Warga Jogja Bebas dari Romusha

Adji G Rinepta - detikJogja
Jumat, 26 Apr 2024 10:01 WIB
Selokan Mataram di Nanggulan, Kulon Progo. Foto diambil Jumat (15/9/2023).
Selokan Mataram di Nanggulan, Kulon Progo (Foto: tim detikJogja)
Jogja -

Selokan Mataram ternyata menjadi bukti Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX mencintai rakyatnya. Kanal irigasi sepanjang puluhan kilometer ini menjadi penyelamat warga Jogja dari kerja paksa Jepang alias romusha. Seperti apa kisahnya?

Dikutip dari laman resmi Pemda DIY, Jogjaprov.go.id, Selokan Mataram merupakan saluran irigasi yang dibangun pada tahun 1944 atau pada saat masa penjajahan Jepang.

Selokan atau kanal ini membentang sepanjang 30,8 kilometer dan menghubungkan dua sungai besar yang membelah provinsi DIY, yakni Sungai Progo di sisi barat dan sungai Opak di sisi timur. Selokan Mataram pun mengairi area pertanian seluas 15.734 hektare.

Ada kisah menarik tentang pembangunan Selokan Mataram. Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Baha' Uddin menyebut Selokan Mataram merupakan taktik Sultan HB IX untuk menghindarkan rakyat Jogja dijadikan romusha oleh Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu sebenarnya ide Sultan untuk menghindari agar rakyat Jogja tidak banyak yang dijadikan sebagai Romusha. Pada waktu itu kan Jepang mempunyai kebijakan romusha, kerja paksa. Dari Indonesia bahkan ada yang dikirim ke Myanmar," jelas Baha' kepada detikJogja, Kamis (25/4/2024).

Kala itu, Sultan mengatakan ke pemerintah Jepang perlunya meningkatkan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Caranya dengan membangun saluran untuk menunjang pengairan pertanian sepanjang tahun.

ADVERTISEMENT

Ide Sultan HB IX yakni dengan menghubungkan sungai Progo dengan sungai Opak. Tak disangka, ide tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah Jepang.

"Sultan mempunyai ide bahwa untuk meningkatkan ketahanan pangan di Jogja itu perlu dibangun pengairan irigasi yang maju, yang mendukung pengairan sepanjang tahun," paparnya.

"Proposal itu oleh Sultan kemudian disampaikan kepada pemerintah Jepang, dan pemerintah Jepang setuju, bahkan memberi bantuan dana juga," imbuh Baha'.

Dengan proyek Selokan Mataram ini, rakyat Jogja terbebas dari kewajiban Romusha Jepang. Sebab, Sultan HB IX meminta setiap warga yang desanya dilalui Selokan Mataram, harus menyumbangkan tenaganya untuk membangun kanal ini.

"Dari situlah maka kemudian seluruh desa yang dilewati selokan Mataram itu diwajibkan untuk gotong-royong mengerahkan tenaganya untuk membuat selokan itu," ujar Baha'.

Pembangunan proyek Selokan Mataram ini pun menjadi siasat cerdik Sultan HB IX untuk menyelamatkan warga Jogja dari romusha. Selain itu, manfaatnya bisa dirasakan rakyat Jogja kini dan bahkan kelak.

"Dampaknya (pembangunan Selokan Mataram) kan juga luar biasa, betul-betul untuk pertanian yang mendukung perairan sepanjang tahun," pungkas Baha'.




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads