Jadi Khatib Salat Id UMY, Haedar Nashir Ajak Muslim Bangun Sikap Tengahan

Jadi Khatib Salat Id UMY, Haedar Nashir Ajak Muslim Bangun Sikap Tengahan

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 10 Apr 2024 12:20 WIB
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat Rabu (10/4/2024).
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat Rabu (10/4/2024). Foto: dok. UMY
Bantul -

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir menjadi khatib salat Id di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam khotbahnya, Haedar mengajak masyarakat khususnya umat Islam membangun sikap tengahan atau moderat usai Ramadan dan Idul Fitri.

Haedar mengatakan segala bentuk kekerasan, kriminalitas, pembunuhan, dan masalah sosial lainnya sering terjadi karena banyak orang atau kelompok ingin memenuhi keinginannya melebihi takaran yang semestinya.

Bahkan, hubungan antarbangsa di ranah global menjadi gawat darurat, bahkan terjadi perang karena sikap rakus suatu negara. Israel, kata Haedar, adalah contoh negara yang sangat rakus sehingga menjadi agresor dan penjajah yang jahat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, setelah berhasil menduduki tanah Palestina tahun 1948, dan mendirikan negara sendiri, Israel agresif ingin memusnahkan bangsa dan negeri Palestina.

"Sehingga segala bentuk penjajahan di muka bumi juga lahir karena kerakusan, yang membuat negeri jajahan menderita berkepanjangan seperti dialami bangsa Indonesia ratusan tahun lamanya," kata Haedar saat memberikan khotbah di lapangan Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Rabu (10/4/2024).

ADVERTISEMENT

Haedar juga menyinggung soal kerusakan lingkungan hidup global, seperti perubahan iklim, banjir, kerusakan sumber daya alam, dan berbagai bencana alam terjadi karena ulah manusia. Hal ini karena ulah manusia yang melampaui batas.

"Padahal, dalam urusan agama sekalipun, Allah dan Nabi menganjurkan setiap muslim untuk bersikap tengahan dan tidak berlebihan," ucapnya.

Haedar Ajak Muslim Ambil Sikap Moderat

Menurutnya, Islam mengajarkan hidup cukup hasil ikhtiar yang halal dan baik. Sebaliknya jauhi segala hal yang melampaui batas. Sikap ekstrem yang mengarah pada berlebihan (ghuluw) maupun yang mengarah pada penegasian (tafrith) dan mengurang-ngurangkan (tanqis) tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.

"Karenanya melalui puasa Ramadan dan Idul Fitri mari bangun sikap hidup tengahan dan tidak berlebihan. Setiap muslim mesti bersikap wasathiyah atau 'siger tengah' atau moderat dalam menjalani kehidupan," ucapnya.

Caranya dengan membangun keseimbangan hidup antara rohani dan jasmani, jiwa dan fisik, individu dan kolektif, ibadah mahdhah dan muamalah, serta antara dunia dan akhirat secara utuh, bermakna, dan bertujuan utama. Menurutnya, di situlah makna hidup manusia yang bermartabat mulia (fi ahsan at taqwim) yang membedakannya dengan makhluk Tuhan lainnya.

"Karenanya, mari setelah Ramadan dan Idul Fitri segenap orang Islam makin bersih diri dalam kehidupan sehari-hari yang memancarkan segala kebaikan dalam kehidupan di keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan semesta," katanya.

"Hidup makin tenteram dan damai, pandai bersyukur, dan bersabar, serta senantiasa menebar kebenaran, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, dan kebajikan di lingkungan sekitar," lanjut Haedar.

Dia mengingatkan hidup insan muslim tidak larut dalam urusan dunia secara berlebihan, yang membuat kehidupan kehilangan keseimbangan dan jauh dari Nur Ilahi. Sedangkan jika manusia larut dalam pesona duniawi secara berlebihan, dia tidak akan meraih kebahagiaan sejati.

"Sebaliknya, hidupnya akan terus gelisah dilanda ketidakpuasan tak berkesudahan. Karena watak dunia itu tidak pernah memuaskan hasrat manusia," ucapnya.




(ams/ams)

Hide Ads