Komunitas Resan Gunungkidul melakukan upaya konservasi sumber air dengan menanam pohon resan sejak 2018. Sedangkan, pohon resan disebut langka keberadaannya. Lantas bagaimana mereka mendapatkan bibit pohon tersebut?
Resan Gunungkidul bukan sebuah organisasi, tanpa legalitas apapun, tidak ada pengurus, tanpa founding, atau program dari "pihak-pihak tertentu". Mereka bergerak atas kesadaran dan swadaya anggotanya, kekhawatiran tentang kondisi alam dan terpenting dengan rasa bahagia dalam melakukan upaya konservasi air.
Gunungkidul sendiri merupakan wilayah yang dilanda kekeringan setiap tahunnya. Resan Gunungkidul hadir untuk melestarikan sumber-sumber air yang tersebar di Gunungkidul dengan menanam dan merawat pohon resan sebagai pengikat air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunitas nirlaba tersebut mendapatkan pohon maupun bibitnya dari jejaring yang sudah dibangun seperti komunitas-komunitas konservasi lainnya di luar Gunungkidul. Biasanya mereka juga menukar bibit dengan komunitas lainnya sesuai dengan kebutuhannya.
Di tahun 2022, Resan pernah mendapatkan tiga ribu bibit berbagai macam varietas dari satu komunitas konservasi lingkungan di Kediri, Jawa Timur. Bibit itu dijemput ke Kediri dengan menggunakan sebuah truk.
"Bibit leses, kepuh, bendo, klumpit, keben, gayam, nyamplung, aren, cangkring dan lain-lain. Itu ada sekitar tiga ribu bibit," jelas pendiri komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo kepada detikJogja melalui sambungan telepon, Sabtu (30/3/2024).
Saat itu ada sekitar enam anggota resan yang menjemput bibit-bibit tersebut. Beruntung ada seorang dermawan yang enggan disebut namanya untuk menanggung akomodasi perjalanan dari Gunungkidul ke Kediri.
"Dulu pernah ambil bibit ke Kediri pakai truk sekitar enam orang yang ikut. Kebetulan ada orang yang nanggung akomodasinya," papar dia.
Meski mendapat sumbangan bibit, Resan Gunungkidul tidak bergantung terhadap pemberian tersebut. Bahkan, mereka melakukan pembibitan secara mandiri.
Sudah Ada 13 Tempat Pembibitan-Penyemaian Mandiri
Saat ini, terdapat 13 tempat pembibitan dan penyemaian mandiri di Gunungkidul. 13 tempat itu tersebar di seluruh wilayah Gunungkidul di tempat para anggotanya.
"Kalau sekarang itu ada 13 tempat (pembibitan dan penyemaian). Di rumah anggota," jelas Padmo.
Padmo menerangkan, bibit tersebut sebenarnya tersedia di alam, di pohonnya langsung. Biasanya bibit pohon resan ada di selokan tua yang temboknya retak akibat akar pohon.
"Kadang di pohon resan yang besar. Di bawahnya biasanya ada bibitnya," katanya.
Usai mendapatkan bibit pohon resan, mereka akan meletakkannya di polybag dan dibawa pulang ke tempat pembibitan. Padmo berujar, mencari bibit tersebut tidak susah dicari karena mereka mencarinya dengan sukacita.
"Sulit? Kalau dilakukan dengan senang, ya, tidak sulit," ucapnya.
Adapun bibit atau biji pohon yang pernah didapatkan antaranya ialah beringin, gayam, kepoh. Pembibitan pohon resan membutuhkan waktu sekitar dua tahun hingga siap untuk dipindah di alam bebas.
"Kadang lebih. Itu sudah dari pertama kita bergerak," tuturnya.
Pencarian bibit dan biji pohon tersebut tidak pasti dilakukan terjadwal. Terkadang mereka menemukannya kala melakukan upaya konservasi atau berkunjung ke satu wilayah.
Bibit yang dinilai langka dari pohon resan lainnya yang pernah ditemukan oleh Resan Gunungkidul antaranya ialah gintungan, klumpit, panggang, dan lainnya. "Itu sudah langka, sudah sulit dicari. Kita punya beberapa," jelasnya.
Jika mendapatkan biji pohon resan, mereka akan langsung menyemainya di rumah anggota Resan Gunungkidul masing-masing. Biji yang sudah mulai tumbuh akan dinaungi menggunakan jaring paranet.
"Disiram juga," ucapnya.
Padmo tidak bisa memastikan berapa bibit maupun biji pohon resan yang tengah disemai oleh komunitas yang didirikannya. "Nggak pernah menghitung berapa (bibit maupun biji pohon resan yang disemai)," katanya.
Sejauh ini, Resan Gunungkidul telah berupaya menjaga sumber-sumber air di Gunungkidul seperti Telaga Kepuh, Winong dan Namberan. Tiga telaga itu hanya sebagian kecil dari sekian sumber air yang dirawat.
"Nggak pernah menghitung mana saja telaganya (yang telah dirawat)," pungkasnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang