Setiap tanggal 17 Ramadhan, masyarakat Indonesia akan memeringati Nuzulul Quran. Umumnya, salah satu kegiatan dalam peringatan ini adalah kultum. Di bawah ini beberapa materi kultum Ramadhan tentang Nuzulul Quran.
Dikutip dari situs NU Online, Al-Quran diturunkan dari langit ke dunia kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Senin tanggal 17 Ramadhan. Sementara itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar sebagaimana tertera dalam surat Al-Qadr. Wallahu a'lam.
Untuk detikers yang sedang membutuhkan materi kultum Ramadhan bertemakan Nuzulul Quran, di bawah ini telah detikJogja himpun beberapa contohnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Materi Kultum Ramadhan Nuzulul Quran #1: Menyambut Malam Nuzulul Quran dengan Khusyuk dan Hati yang Bersih
(Sumber: tulisan Fathan Faris Saputro dari situs Suara Muhammadiyah)
Malam Nuzulul Quran merupakan salah satu momen yang paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Malam ini merupakan momen spesial karena dipercayai sebagai waktu turunnya wahyu pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira pada bulan Ramadhan. Turunnya wahyu pertama tersebut dianggap sebagai awal mula lahirnya agama Islam sebagai pedoman hidup manusia.
Dalam sejarah Islam, malam Nuzulul Quran dianggap sebagai salah satu malam yang paling suci. Karena itu, peringatan malam Nuzulul Quran menjadi bagian dari tradisi Islam yang dijalankan oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, malam Nuzulul Quran biasanya dirayakan dengan berbagai acara, seperti khataman Al-Quran dan sholat tarawih berjamaah.
Malam Nuzulul Quran juga memiliki makna yang sangat penting bagi umat Islam. Selain sebagai momen turunnya wahyu pertama dari Allah SWT, malam Nuzulul Quran juga dipercayai sebagai malam yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, malam Nuzulul Quran perlu disambut dengan khusyuk dan hati yang bersih sebagai bentuk penghormatan kita kepada firman Allah SWT.
Dalam Islam, khusyuk merupakan salah satu sikap yang sangat penting dalam menjalankan ibadah. Khusyuk diartikan sebagai keadaan hati yang tunduk dan khusyu' kepada Allah SWT. Khusyuk dalam ibadah merupakan wujud penghormatan kita kepada Allah SWT dan tanda keseriusan kita dalam menjalankan perintah-Nya.
Oleh karena itu, dalam menyambut malam Nuzulul Quran, kita harus berusaha untuk memperoleh khusyuk dalam ibadah kita. Khusyuk dalam ibadah dapat diperoleh dengan cara memusatkan perhatian kita kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk gangguan atau distraksi. Kita juga dapat memperoleh khusyuk dalam ibadah dengan memperdalam pemahaman kita tentang ajaran agama Islam.
Selain itu, hati yang bersih juga sangat penting dalam menyambut malam Nuzulul Quran. Hati yang bersih diartikan sebagai hati yang bebas dari segala bentuk noda dan dosa. Hati yang bersih merupakan salah satu syarat utama dalam diterima amal ibadah kita oleh Allah SWT.
Untuk memperoleh hati yang bersih, kita harus berusaha untuk menjauhkan diri dari segala bentuk dosa dan godaan dunia. Kita juga harus memperbanyak ibadah dan amal sholeh serta memperdalam pemahaman kita tentang ajaran agama Islam. Dengan demikian, kita dapat memperoleh hati yang bersih dan khusyuk dalam menyambut malam Nuzulul Quran.
Dalam menyambut malam Nuzulul Quran, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memperoleh khusyuk dan hati yang bersih. Pertama-tama, kita harus memperbanyak membaca Al-Quran, terutama pada malam Nuzulul Quran. Hal ini akan membantu kita mengingat kembali pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Quran, serta memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan maknanya.
Selain membaca Al-Quran, kita juga dapat melakukan sholat malam atau tarawih. Sholat malam ini memiliki banyak keutamaan, terutama pada malam Nuzulul Quran. Dengan melakukan sholat malam, kita dapat memperoleh kekhusyukan dan ketenangan hati yang akan membantu kita lebih dekat dengan Allah SWT.
Selanjutnya, kita juga dapat memperbanyak doa pada malam Nuzulul Quran. Doa merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, karena melalui doa kita dapat memohon bantuan dan keberkahan dari Allah SWT. Pada malam Nuzulul Quran, kita dapat memperbanyak doa untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan.
Selain itu, kita juga perlu membersihkan hati kita dari segala bentuk kebencian, permusuhan, dan dendam. Hal ini penting dilakukan agar kita dapat menyambut malam Nuzulul Quran dengan hati yang bersih dan penuh cinta kasih. Kita dapat melakukan introspeksi diri, memaafkan kesalahan orang lain, dan memohon maaf atas kesalahan yang pernah kita lakukan.
Tak hanya itu, kita juga dapat melakukan amal sholeh pada malam Nuzulul Quran. Amal sholeh adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita dapat melakukan amal sholeh dengan memberikan sedekah, mengunjungi orang sakit, atau melakukan kebaikan lainnya.
Dalam menyambut malam Nuzulul Quran, kita juga harus menghindari segala bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Kita harus menjauhi segala bentuk keburukan, seperti ghibah, hasad, dan maksiat. Hal ini penting dilakukan agar kita dapat meraih keberkahan dari Allah SWT pada malam Nuzulul Quran.
Menyambut malam Nuzulul Quran dengan khusyuk dan hati yang bersih adalah bentuk penghormatan kita kepada firman Allah SWT. Kita dapat melakukan beberapa hal untuk memperoleh khusyuk dan hati yang bersih, antara lain dengan memperbanyak membaca Al-Quran, melakukan sholat malam atau tarawih, memperbanyak doa, membersihkan hati dari segala bentuk kebencian dan permusuhan, melakukan amal sholeh, dan menghindari segala bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kita dapat meraih keberkahan dan kemuliaan pada malam Nuzulul Quran. Selain itu, kita juga dapat memperoleh banyak hikmah dan pelajaran dari Al-Quran, yang dapat membantu kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Peringatan malam Nuzulul Quran memang memberikan kesempatan bagi kita untuk berbagai kegiatan yang bersifat keagamaan, seperti sholat tarawih, tadarus Al-Quran, dan doa bersama.
Namun, kita harus memahami bahwa kegiatan-kegiatan tersebut seharusnya hanya menjadi sarana untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, serta menerapkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai kaum Muslim, kita seharusnya memiliki kesadaran bahwa kehidupan ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk beribadah dan berusaha meraih ridha-Nya.
Oleh karena itu, peringatan malam Nuzulul Quran seharusnya menjadi momentum untuk merenungkan diri dan memperbaiki kehidupan kita sebagai seorang Muslim. Kita dapat mengevaluasi diri, mengoreksi kekurangan, dan memperbaiki tindakan kita agar lebih sesuai dengan ajaran Islam.
Selain itu, kita juga harus terus mempelajari Al-Quran dengan baik dan benar. Selama ini, kita mungkin hanya membaca Al-Quran secara sporadis atau menghafalnya tanpa memahami maknanya.
Sebaiknya, kita perlu memperdalam pemahaman kita terhadap Al-Quran dengan mempelajari tafsir dan makna di balik setiap ayat-ayatnya. Hal ini akan membantu kita lebih memahami pesan-pesan Allah SWT yang terkandung di dalam Al-Quran dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam rangka meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, kita juga perlu berusaha untuk selalu memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu sesama, menghormati hak-hak orang lain, dan menjaga silaturahmi dengan keluarga dan tetangga. Kita juga harus berusaha untuk menjauhi perbuatan dosa dan selalu berada di jalan yang diridhai Allah SWT.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita berharap dapat mencapai khusyuk dan hati yang bersih dalam menyambut malam Nuzulul Quran. Sehingga, momen yang sangat istimewa ini dapat menjadi sarana bagi kita untuk meraih keberkahan dan kebaikan dalam hidup kita.
Kita harus selalu ingat bahwa Islam bukan hanya sekadar agama, tetapi juga merupakan sebuah cara hidup yang menyeluruh. Oleh karena itu, kita harus senantiasa memperdalam pemahaman kita tentang ajaran Islam, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, peringatan malam Nuzulul Quran dapat menjadi momen yang sangat berharga bagi kita untuk memperdalam pemahaman kita tentang Al-Quran dan ajaran Islam, serta meningkatkan keimanan dan takwa kita kepada Allah SWT.
Dengan demikian, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT, serta mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih kuat dan lebih tabah. Selamat menyambut malam Nuzulul Quran, semoga kita selalu diberikan kemuliaan, keberkahan, dan hidayah oleh Allah SWT. Aamiin. Wallahu a'lam bishawab.
Materi Kultum Ramadhan Nuzulul Quran #2: Kemuliaan Nuzulul Quran
(Sumber: tulisan Sriharini dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan')
Dari dua belas (12) bulan yang ada dalam kalender agama Islam, Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa. Karena keistimewaannya, Ramadhan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur-raja atau pemimpin seluruh bulan.
Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain, antara lain: Pertama, karena Ramadhan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama Al-Quran (QS. al-Baqarah: 185).
Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Quran. Kedua, dalam bulan Ramadhan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam Lailatul Qadar.
Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan. Ketiga, Ramadhan merupakan bulan istimewa, karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda.
Pada kesempatan ini penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Quran oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada saat itu, tepat pada malam Jumat bertepatan dengan hari ke tujuh belas Ramadhan, dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzulul Quran. Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketakwaan kita semakin kuat dan keyakinan kita semakin mantap terhadap kitab suci Al-Quran yang isinya memberi petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara perkara yang haq dan bathil.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah [2]: 185)
Adapun ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah al-'Alaq ayat 1 sampai 5. Al-Quran diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW, sebagaimana fırman Allah dalam surat al-Israa, ayat 106:
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَلْنَاهُ تَنْزِيلًا
"Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian". (QS. al-Israa [17]: 106)
Dengan bertahap ini, maka Al-Quran lebih mudah diterima dan mudah dihafal. Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal Al-Quran.
Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah Nabi hingga akhirnya banyak para sahabat Nabi yang gugur di medan perang sebagai syuhada', tak terkecuali para sahabat penghafal Al-Quran.
Oleh karena itu, muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Quran sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini, dan Allah senantiasa menjaga keaslianya.
Setelah mengetahui secara sekilas tentang proses turunya Al-Quran, maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW yang berupa Al-Quran yang berisi petunjuk-petunjuk yang benar.
Dari itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad, patut kiranya hunjuk syukur yang senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT, karena hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.
Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunya Al-Quran ini harus direalisaikan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari, yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Quran, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafa'atnya.
Sebagaimana hadist Nabi yang artinya: "Bacalah Al-Quran, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya" (HR. Muslim).
Begitu besarnya fadhilah membaca Al-Quran bagi para pembacanya. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al-Quran, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Quran, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadist yang lain Rasulullah menjelaskan: "Seorang mukmin yang membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum. Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Quran tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.
Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah kamarongan, rasanya pahit dan baunya busuk" (Hadits Shahih' riwayat al Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Quran dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia, dan Allah memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Quran.
Sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah RA: "Barangsiapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah" Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jalla mempunyai keluarga?
Beliau menjawab keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al-Quran. Ketahuilah, barangsiapa menghormati mereka, maka dia dihormati Allah dan diberi surga. Dan barangsiapa menghina mereka, maka dia dihinakan Allah dan dimasukan ke dalam neraka.
Hai Abi Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al-Quran. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al-Quran di sisi Allah adalah lebih mulia daripada siapapun, selain para Nabi (HR. Bukhari).
Dengan begitu, semangat Ramadhan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhitmad atas diturunkannya Al-Quran ini. Momentum Ramadhan, sebagai bulan turunnya Al-Quran (Nuzulul Quran) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.
Materi Kultum Ramadhan Nuzulul Quran #3: Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar
(Sumber: tulisan Saefudin Latief dalam situs resmi Kementerian Agama Sumatera Selatan)
Saudaraku! Setiap tahun, dan tepatnya di bulan suci Ramadhan ini, banyak dari umat Islam di sekitar anda merayakan dan memperingati suatu kejadian bersejarah yang telah merubah arah sejarah umat manusia.
Dan mungkin juga anda termasuk yang turut serta merayakan dan memperingati kejadian itu. Tahukah anda sejarah apakah yang saya maksudkan? Kejadian sejarah itu adalah Nuzulul Quran; diturunkannya Al-Quran secara utuh dari Lauhul Mahfud di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
"Bulan Ramadhan, bulan yang padanya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagı manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (Qs. Al Baqarah: 185)
Peringatan terhadap turunnya Al-Quran diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang mengadakan pengajian umum. Dari mereka ada yang merayakannya dengan pertunjukan pentas seni, semisal qasidah, anasyıd dan lainnya. Saya mengajak diri saya sendiri terlebih dahulu dan umat Islam lainnya untuk senantiasa kita membaca dan mempelajari Al-Quran.
Membaca dan mempelajari Al-Quran harus dijadikan tradisi oleh masing-masing keluarga Islam di muka bumi ini, kalau gerakan ını berlanjut, maka bukan tidak mungkin dunia nanti akan dipenuhi nilai-nilai Quran dan saat itulah peradaban baru dunia itu muncul, yaitu peradaban yang bersumber dari nilai-nilai Al-Quran.
Mengapa kita harus membudayakan membaca dan mempelajarı Al-Quran? Karena selaku umat Islam kita yakin bahwa Al-Quran merupakan pedoman hidup yang kompleks dan memuat sejumlah kebutuhan manusia, baik materiil maupun spiritual Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad memang diperuntukkan kepada manusia agar dia mendapat rahmat dan kegembiraan dari Allah SWT.
Membicarakan tentang Nuzulul Quran (turunnya Al-Quran) maka pasti tidak akan lepas pula membicarakan soal Lailatul Qadar dan Bulan Ramadhan. Karena memang antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling kait-mengkait.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qadar ayat 1 yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam Qadar (Lailatul Qadar)". Kemudian dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 disebutkan pula yang artinya, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (malam permulaan Al-Quran pertama kali diturunkan)".
Selain dua ayat diatas, dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman yang artinya, "Bulan Ramadhan adalah bulan di mana di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)...".
Mengenai persoalan bahwasanya Al-Quran untuk pertama kali diturunkan dari Lauhul Mahfudz sampai ke Baitil 'Izzah (Langit Dunia) yaitu pada Malam Qadar di bulan suci Ramadhan, para ulama mayoritas telah bermufakat semuanya.
Dimana dari Baitil 'Izzah ini, malaikat Jibril AS kemudian mengantarkannya kepada Nabi Muhammad SAW secara step by step selama kurun waktu sekitar 23 tahunan. Akan tetapi ketika diperinci lebih lanjut pada tanggal berapa persis sebenarnya saat Nuzulul Quran itu terjadi? Maka disini mulai terjadi perbedaan pendapat dikalangan 'ulama.
Kontek perbedaan pendapat ini sebetulnya bermuara pada batasan waktu kapan terjadinya Lailatul Qadar itu. Ada yang berpendapat di hari-hari ganjil 'asyrul awakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits. Ada pula yang mengatakan pada 27 Ramadhan.
Dan ada lagi yang berpendapat bahwa khusus Lailatul Qadar saat nuzulul Quran itu terjadi yakni pada tanggal 17 Ramadhan. Karena keterkaitannya Surat Al-Qadı ayat 1 dengan isyarat yang disampaikan oleh Allah SWT pada Surat Al-Anfal 41 yang artinya:
"...Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan (Al-Quran) kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan"
Yang dimaksud dengan hari Furqan atau hari bertemunya dua pasukan adalah hari pertempuran perang Badar. Peristiwa perang tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 02 H Atau jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624 M. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa perang Badar itu terjadi pada hari Jum'at adalah pendapat yang lemah (karena salah dalam mengkonversi).
Dan pendapat bahwasanya Nuzulul Quran itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan inilah pendapat terbanyak yang dipakai di Indonesia. Sehingga umat islam di Indonesia banyak yang memperingatinya tiap tanggal 17 Ramadhan.
Peristiwa turunnya Al-Quran atau sering disebut sebagai Nuzulul Quran merupakan hal yang sampai saat ini selalu diperingati oleh sebagian umat Islam di dunia. Di seluruh negara Arab dilakukan tradisi syiar atau menyemarakkan bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan memperingati Lailatul Qadar yang biasanya ini serempak dirayakan oleh umat Islam di seluruh negara Arab pada malam ke-27. (Musthafa Luthfi, Harian Pelita, 01 September 2009).
Sementara itu, dalam memperingati turunnya Al-Quran, di Indonesia dilaksanakan peringatan "Nuzulul Quran" pada malam ke-17 Ramadhan. Berbeda dengan umat Islam di Arab, di Indonesia, banyak umat Islam yang menyangka peristiwa Nuzulul Quran itu berbeda dengan Lailatul Qadar. Padahal jika dilihat dalam sejarah, kedua hal ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan.
Lantas, mengapa umat Islam Indonesia memperingati turunnya Al-Quran pada malam 17 Ramadhan? Awal diperingatinya Nuzulul Quran di Indonesia, yaitu ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Buya Hamka untuk memperingati Nuzulul Quran setiap tanggal 17, karena bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia, dan sebagai rasa syukur kemerdekaan Indonesia. Memang, dari dahulu telah ada perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Al-Quran pertama kalinya, yang kemudian diperingati sebagai malam Nuzulul Quran.
Rasulullah SAW pernah mengabarkan tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar Beliau bersabda: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain juga dijelaskan: "Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir" (HR. Bukhori dan Muslim). Berdasarkan hadis di atas, diketahui bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjılnya 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadhan.
Keterangan bahwa turunnya Al-Quran pada 10 hari terakhir Ramadhan diperkuat oleh Syeikh Safiur Rahman Mubarakpuri, penulis Sirah Nabawiyah. Mubarakpuri dalam buku Cahaya Di Atas Cahaya (2008: 40) menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW, mendapat wahyu pertama pada malam senin, tanggal 21 Ramadhan (10 Agustus 610 M.).
Menurut kalender yang didasarkan pada perputaran bulan (Qamariyah), saat itu Nabi berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari. Sedangkan menurut kalender Masehi, Nabi berusia 39 tahun 3 bulan 22 hari.
Keterangan Mubarakpuri di atas menguatkan pernyataan bahwa Al-Quran pertama sekali turun pada tanggal 21 Ramadhan dan bukan pada tanggal 17 Ramadhan. Berdasarkan berbagai keterangan di atas, Al-Quran diturunkan Allah SWT. kepada Nabı Muhammad SAW pertama kalinya pada malam Lailatul Qadar, yang oleh sumber sejarah dijelaskan bahwa Nabi menerima wahyu pada malam 21 Ramadhan.
Jadi peristiwa Nuzulul Quran pertama sekali terjadi pada tanggal 21 Ramadhan, tepatnya pada hari senin, sebab sebagıan besar ahli sejarah sepakat bahwa diangkatnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Dalil ini dianggap kuat karena Rasulullah ketika ditanya tentang puasa Senin beljau menjawab: "Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku" (HR. Muslim).
Peristiwa turunnya Al-Quran (Nuzulul Quran) sebagaimana yang biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia pada dasarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi'in.
Jika pun perayaan Nuzulul Quran tetap diperingati dengan niat dan alasan yang baik, hendaknya bukanlah sekadar seremonial belaka, tetapi melalui peringatan tersebut esensi Al-Quran sebagai 'peringatan bagi umat manusia dapat membawa bekas dalam diri umat Islam yang memperingatinya.
Sebagaimana Al-Quran menjelaskan: "Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al-A'raaf: 2). Wallahu A'lam.
Nah, itulah beberapa materi kultum Ramadhan tentang Nuzulul Quran. Semoga membantu, ya!
(cln/aku)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang