Hukum Puasa Ramadhan Tidak Sahur karena Kesiangan, Apakah Sah?

Hukum Puasa Ramadhan Tidak Sahur karena Kesiangan, Apakah Sah?

Nur Umar Akashi - detikJogja
Selasa, 19 Mar 2024 09:26 WIB
Sunnah sahur
Ilustrasi sahur. Foto: iStock
Jogja -

Sebelum menjalani ibadah puasa Ramadhan, biasanya umat Islam akan mendahuluinya dengan santap sahur. Namun, terkadang agenda sahur ini terlewat akibat kesiangan atau terlambat bangun. Lantas, apakah puasa Ramadhannya sah?

Mari kenali dahulu apa yang dimaksud dengan sahur. Mengutip definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, sahur adalah makan pada dini hari (disunnahkan menjelang fajar sebelum subuh) bagi orang-orang yang akan menjalankan ibadah puasa.

Umumnya, umat Islam akan mulai sahur di sepertiga malam terakhir, kira-kira mulai jam 03.00 hingga sebelum adzan subuh. Hal ini sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad SAW yang biasanya mengakhirkan jam makan sahur. Dikutip dari buku 'Fikih Muyassar' terjemahan Fathul Mujib, ada sebuah hadits yang berarti:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami bersahur bersama Rasulullah SAW lalu beranjak untuk sholat. Perawi dari Zaid bertanya, 'Berapakah jarak antara sahur dan sholat Subuh?', Zaid menjawab, 'Kurang lebih (seukuran membaca) lima puluh ayat.'" (HR. Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097).

Kembali pada persoalan utama, apakah sah puasa seseorang yang bangun kesiangan sehingga tidak sempat sahur? Baca penjelasan hukumnya di bawah ini!

ADVERTISEMENT

Hukum Puasa Ramadhan Tidak Sahur

Diambil dari buku 'Panduan Lengkap Puasa Ramadhan menurut Al-Quran dan Sunnah' karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa dan Abu Ubaidah Yusuf, anjuran untuk sahur datang dari hadits berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: تَسَخَّرُوْا فَإِنَّ فِي السُّحُوْرِبَرَكَة

Artinya: "Dari Anas bin Malik RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: 'Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan'." (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Ibnul Mundzir dalam kitabnya, 'Al-Ijma' menerangkan bahwa hadits di atas hanyalah berupa anjuran atau sunnah, tidak sampai wajib. Karenanya, apabila seseorang terlewat sahur, puasanya tetap sah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ustadz Ammi Nur Baits dalam bukunya 'Kumpulan Artikel tentang Syaban dan Ramadhan'. Beliau menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tetap sah biarpun seseorang terlewat sahurnya. Sebab, sahur bukanlah termasuk syarat sah puasa.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa puasa Ramadhan akan menjadi tidak sah bila seseorang lupa berniat. Hal ini didasarkan atas hadits riwayat Abu Daud dan Nasai yang berbunyi:

من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له

Artinya: "Siapa saja yang belum berniat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya." (HR. Abu Daud dan Nasai. Dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani)

Kesimpulannya, puasa Ramadhan tetap sah meskipun tanpa didahului dengan sahur. Asalkan, seseorang telah berniat puasa Ramadhan sebelum masuk waktu fajar (subuh). Wallahu a'lam.

Anjuran Makan Kurma dan Minum Air Saat Sahur

Selain menganjurkan sahur, Nabi Muhammad SAW juga menyarankan umat Islam untuk santap sahur dengan kurma. Disadur dari buku 'Sifat Puasa Nabi dan 20 Amalan Ringkas di Bulan Ramadhan' karya dr. Raehanul Bahraen dan Rafif Zufarihsan, di bawah ini redaksi haditsnya:

نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ

Artinya: "Sebaik-baik makanan sahur mukmin adalah kurma." (HR. Abu Daud II/303 dan Ibnu Hibban no. 223)

Lebih lanjut, Nabi SAW juga mengajarkan untuk meminum air, kendati hanya seteguk, saat sahur. Dasarnya adalah hadits riwayat Abu Ya'la no. 3340 ini:

تَسَخَّرُوا ولَوْ بِجَرْعَةٍ مِنْ مَاءٍ

Artinya: "Bersahurlah kalian walaupun dengan seteguk air."

Hikmah Sahur

Meskipun hukumnya hanya sunnah, sudah sepatutnya kaum muslim mengerjakan sahur sebelum puasa Ramadhan. Selain dapat memperkuat puasa, sahur memiliki banyak hikmah yang sayang apabila terlewat begitu saja. Beberapa hikmah sahur adalah:

  1. Membendung tindakan-tindakan jelek akibat rasa lapar.
  2. Mencontoh perbuatan Rasulullah SAW.
  3. Menjadikan seorang bangun malam sehingga dapat berdoa, sholat, berdzikir, dan lain sebagainya.
  4. Membuat seseorang giat sholat Subuh berjamaah di masjid.
  5. Menyelisihi perangai ahli kitab.

Selain itu, waktu sahur juga termasuk salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Diambil dari situs Nahdlatul Ulama Banten, Rasulullah SAW pernah bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: "Rabb kita tabaraka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas, Allah berfirman, 'Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758)

Demikianlah penjelasan hukum puasa Ramadhan tanpa sahur. Semoga mencerahkan, ya.




(apl/apl)

Hide Ads