Satu sapi yang mati mendadak di Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, dinyatakan positif antraks. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul akan memberikan vaksin ratusan ekor sapi dan kambing di dusun setempat.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan hewan ternak di Padukuhan Kayoman yang bakal mendapatkan vaksin antraks ada 89 sapi dan 175 kambing.
"(89 sapi dan 175 kambing) Itu yang kemarin diberi antibiotik dan vitamin," jelas Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari kepada wartawan, Rabu (13/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Hewan ternak di Padukuhan Kayoman) Belum kita vaksin (antraks) karena masih nunggu 12 hari lagi," imbuhnya.
Wibawanti menerangkan pihaknya menunggu pemberian vaksin antraks 12 hari lagi, sebab sebelumnya ratusan hewan ternak itu sudah diberikan antibiotik. Sedangkan vaksin, Wibawanti menjelaskan merupakan bakteri yang sudah dijinakkan.
"Antibiotik dapat menghambat bakteri yang ada dalam vaksin sehingga mengganggu sistem imunnya nanti. Padahal tujuan vaksinasi meningkatkan kekebalan atau imun," jelasnya.
Perihal pembatasan lalu lintas hewan ternak dari luar Gunungkidul, Wibawanti menerangkan hal tersebut merupakan wewenang dari Pemda DIY. Dia mengatakan pihaknya melakukan pembatasan mobilitas hewan ternak di Padukuhan Kayoman.
"Jadi kita memohon kepada DIY untuk diintensifkan pengawasan di pos lalu lintas ternak dari luar masuk," terangnya.
Selain itu, Wibawanti mengungkapkan pihaknya melakukan pengawasan di pasar sapi di Gunungkidul secara intensif. Dia menganjurkan pedagang atau peternak untuk memiliki surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
"Karena untuk perlindungan pedagang atau peternak itu sendiri," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, seekor sapi yang mati mendadak milik warga suspek antraks pada 7 Maret 2024 di Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul positif antraks.
"Hasilnya keluar kemarin, saya diberitahu kemarin dari petugasnya BBVET Wates sapi itu positif antraks," jelas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, kepada wartawan melalui telepon, Senin (11/3) lalu.
Wibawanti menerangkan pihaknya melakukan penanganan hewan mati tersebut sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP). "SOPnya SOP antraks," katanya.
Perihal penyebaran bakteri antraks ke wilayah lain, Wibawanti menjelaskan kemungkinannya kecil. "Kalau mungkin menular melalui media lain karena sifat bakteri berat karena ada di dalam tanah," ungkapnya.
Wibawanti menerangkan pihaknya telah memberikan antibiotik dan vitamin kepada 89 sapi dan 175 kambing di Padukuhan Kayoman. Pihaknya juga melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada 50 warga setempat.
(rih/dil)
Komentar Terbanyak
Sultan HB X soal Polemik Pemanfaatan Lahan Pantai Sanglen: Yang Ngijinke Sopo
UAD Bikin Rudal Merapi Antipesawat, Mampu Kunci Target dengan Cepat
Pakar UGM Sebut Pajak Toko Online Langkah Positif, tapi...