Puncak peringatan nasional Hari Penegakan Kedaulatan Negara (HPKN) diwujudkan dengan teatrikal perang di halaman parkir Mandala Krida Jogja, hari ini. Menyajikan kolosal teatrikal perang antara pasukan gerilya dengan penjajah Belanda. Fokusnya adalah antara peristiwa Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 hingga Serangan Umum 1 Maret 1949.
Teatrikal perang diawali dengan mendaratnya pasukan Belanda di kawasan Berbah, Sleman. Setelahnya merangsek ke arah Kota Jogja. Dalam perjalanan ini sempat bertempur dengan gerilyawan perang. Hingga akhirnya mampu menguasai kawasan Jogjakarta.
"Kalau ceritanya mulai dari agresi ke-2 Belanda kemudian Pak Hatta mengirimkan perintah kawat untuk PDRI di Sumatera, kemudian Pak Dirman memberi perintah perang gerilya semesta, kemudian keadaan yang Jogja sebagai ibu kota negara waktu itu carut-marut," jelas sutradara teatrikal Eko Isdianto ditemui di Halaman Parkir Mandala Krida, Jumat (1/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puncak teatrikal, lanjutnya, terfokus pada perang gerilya di kawasan Kota Jogja. Tepatnya dalam upaya menguasai kawasan Titik Nol Kilometer, Benteng Vredeburg dan sekitaran Malioboro. Targetnya adalah menduduki lokasi-lokasi tersebut selama 6 jam.
Selain peperangan, teatrikal ini juga menyajikan upaya diplomasi. Tepatnya oleh Lenoardus Nicholaus Pallar dalam melakukan pendekatan non militer. Hingga akhirnya pergerakan di Jogja ini dilirik oleh forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Tokohnya mulai dari Pak Dirman (Jenderal Soedirman), Ngarsa Dalem IX (Sri Sultan Hamengku Buwono IX), Pak Harto (Kolonenl Soeharto) bersama pasukannya, kurir, rakyat dan bersama pasukan Belanda seperti itu. Lalu tokoh diplomasi Indonesia yaitu Pak Leonardus Nicholaus Pallar," katanya.
HPKN ditetapkan sebagai Hari Besar Nasional pada 2022. Peringatan ini merupakan potret peran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Tepatnya dalam peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949.
![]() |
Penetapan HPKN diresmkan dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022. Peristiwa ini menjadi penanda kedaulatan Indonesia di mata internasional. Tepatnya pasca Belanda melakukan agresi militernya yang kedua di Indonesia.
"Kami tidak bosan-bosan untuk merawat ingatan di kita merawat ingatan bersama-sama secara kolektif terutama di Yogyakarta. Kami coba merawat ingatan kembali bahwa dulu Jogja pernah menjadi Ibukota Negara Indonesia yang kemudian juga menjadi penentu merdeka berdaulat sampai dengan Ibukota kembali ke Jakarta," ujarnya.
Pementasan teatrikal perang ini dikemas dalam teater dan tari. Melibatkan instansi terkait dan sejumlah pelajar di Jogjakarta. Lalu kelompok tari Bantul dan Kulon Progo, Srikandi Adi Mukti. Adapula Komunitas Djokjakarta 1945 dengan kendaraan antiknya.
"Kolaborasi ii menjadi satu rangkaian cerita dimana fragmen Serangan Umum yang menjadi Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Total sampai 85 orang yang terlibat dalam teatrikal ini," katanya.
(apu/cln)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang