Duduk Perkara 2 Siswa Difabel Gunungkidul Cekcok hingga Kelingking Patah

Terpopuler Sepekan

Duduk Perkara 2 Siswa Difabel Gunungkidul Cekcok hingga Kelingking Patah

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 25 Feb 2024 08:53 WIB
Ilustrasi Kekerasan pada Anak
Ilustrasi kekerasan anak. Foto: iStock
Gunungkidul -

Kelingking seorang siswa difabel di Gunungkidul patah usai bertengkar dengan temannya di sekolah. Korban harus menjalani operasi di rumah sakit akibat peristiwa tersebut.

Kasus kekerasan di sekolah ini menarik perhatian Dinas Pendidikan maupun kepolisian. Mereka berusaha untuk melakukan mediasi. Beruntung, kasus ini akhirnya bisa selesai secara damai.

Peristiwa tersebut juga menjadi salah satu berita yang banyak dibaca oleh pengunjung detikJogja selama sepekan terakhir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayah korban, Wasido pada awalnya mengatakan bahwa dia juga tidak tahu pasti awal mula peristiwa itu. Hanya saja, dia mengaku bahwa kondisi fisik anaknya sering diejek oleh teman-temannya.

"Sering diejek teman-temannya lah dan saya bilangin kalau diejek nggak usah gimana-gimana. Laporkan saja ke Bapak Guru," kata Wasido saat ditemui wartawan di IGD RSUD Wonosari, Kamis (22/2/2024).

ADVERTISEMENT

Dia mengaku hanya mendengar cerita tentang peristiwa itu dari teman-teman sekolah anaknya. Namun dia tidak tahu peristiwa yang sebenarnya.

"Ceritanya sih kata teman-temannya kelingkingnya dipuntir sampai patah. Satu orang kemarin habis salat zuhur di sekolah," katanya.

"Awal mulanya sih kata teman-temannya saling berejek-ejekan. Anak saya kan cacat (disabilitas fisik) dari lahir, tangannya cuma satu (hanya kiri). Itu diejek temannya. Mungkin tidak terima atau gimana terus terjadi perkelahian. Tapi yang sebenarnya bagaimana saya juga kurang tahu," kata dia melanjutkan.

Korban kemudian dilarikan ke rumah sakit. Dia harus menjalani operasi untuk mengobati kelingkingnya yang patah.

Adapun pihak sekolah membantah jika terjadi aksi bullying di sekolah. Kepala sekolah menyebut peristiwa itu sebagai pertengkaran.

Kepala Sekolah terkait, Sutoto Sudarujian, mengatakan kejadian tersebut berlangsung saat waktu istirahat kedua, tepatnya usai salat zuhur. Saat itu, kata Sutoto, korban sedang duduk di depan ruang komputer dan terduga pelaku berada di sampingnya.


"Kejadian hari Rabu pas waktu istirahat kedua setelah salat zuhur ini anak kami (korban) duduk-duduk di depan ruang komputer. Habis itu (terduga pelaku) ada disampingnya, di dekat triplek. Waktu itu si anak itu (terduga pelaku) pukul-pukul nendang-nendang tripleks itu," jelas Kepala Sekolah terkait, Sutoto Sudarujian, kepada wartawan saat ditemui di sekolahnya, Jumat (23/2/2024).

Karena merasa terganggu, korban kemudian mengingatkan temannya yang ternyata juga sama-sama difabel itu. Dia memanggilnya dengan sebutan nama ayah temannya itu. Hal tersebut membuat temannya itu merasa diejek.

"Sehingga anak itu (terduga pelaku) tersinggung. Kemudian gantian membalas 'ayo rentangkan tangan'," ucapnya.

Korban ganti merasa tersinggung. Kedua siswa difabel itu akhirnya berkelahi yang berujung dengan patahnya kelingking korban. Adapun lawannya mengalami benjol di kepala.

"Jadi kalau dianggap sebagai bullying, kami bukan menganggap sebagai bullying. Kami menganggap kesalahpahaman," ungkap Sutoto.

Sutoto memastikan bahwa masalah tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan dengan melibatkan tokoh masyarat setempat. Saat ini pihaknya tengah menyusun laporan tertulis ke Dinas Pendidikan.




(ahr/ahr)

Hide Ads