Massa Geruduk Bawaslu DIY Bawa 'Krupuk Mlempem Award'

Massa Geruduk Bawaslu DIY Bawa 'Krupuk Mlempem Award'

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 22 Feb 2024 13:57 WIB
Massa aksi di Bawaslu DIY bawa Krupuk Mlempem Award, Kamis (22/2/2024).
Massa aksi di Bawaslu DIY bawa 'Krupuk Mlempem Award', Kamis (22/2/2024). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Sejumlah massa yang mengatasnamakan diri Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan (Garda) kembali menggelar aksi. Usai beberapa waktu lalu menggeruduk kantor KPU DIY, siang ini mereka gantian menggeruduk kantor Bawaslu DIY, Mantrijeron, Kota Jogja.

Pantauan detikJogja di lokasi, massa mendatangi kantor Bawaslu DIY sekitar pukul 12.30 WIB. Berbeda dengan aksi saat di KPU DIY, kali ini mereka membawa kaleng kerupuk raksasa berwarna oranye yang bertuliskan Kerupuk Melempem Award.

Massa yang didominasi bapak-bapak dan ibu-ibu ini beberapa di antaranya mengenakan pakaian adat jawa dan kebaya. Mereka juga merias diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka juga membawa kaleng-kaleng snack yang terus dibunyikan sepanjang aksi. Beberapa dari mereka terus bergantian menyampaikan orasinya. Di sela aksi, massa juga menyanyikan lagu Indonesia Raya.

"Bawaslu seperti kerupuk melempem!" seru salah seorang massa aksi dalam orasinya, Kamis (22/2/2024).

ADVERTISEMENT
Massa aksi di Bawaslu DIY bawa 'Krupuk Mlempem Award', Kamis (22/2/2024).Massa aksi di Bawaslu DIY bawa 'Krupuk Mlempem Award', Kamis (22/2/2024). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

Berikut tujuan aksi massa dalam keterangan tertulis yang dibagikan kepada wartawan:

Massifnya dugaan berbagai kecurangan Pemilu 2024 mewarnai perbincangan publik sepekan terakhir. Mulai dicoblosinya kertas suara untuk paslon capres/cawapres tertentu, maraknya politik uang, penggunaan fasilitas negara oleh pejabat publik, intimidasi oknum aparat hingga penggelembungan penghitungan suara. Sistem rekapitulasi suara KPU Sirekap dituding bermasalah dan sengaja disetting untuk menggelembungkan paslon capres/cawapres tertentu.

Kepuasan publik terhadap pelaksanaan Pemilu kali ini sangat rendah. Suara-suara masyarakat untuk dilakukan Pemilu ulang bahkan penolakan hasil Pemilu, audit digital forensik terhadap sistem IT KPU, hingga dorongan hak angket di DPR RI pun menguat. Kalangan gerakan mahasiswa bahkan lebih nyaring tuntutannya yakni pemakzulan Presiden Joko Widodo.

Berbagai preseden buruk yang terjadi dalam Pemilu dinilai publik merupakan buntut dari malpraktek kekuasaan rezim Joko Widodo sejak meletus skandal keputusan Mahkamah Konstitusi hingga KPU yang memberikan karpet merah kepada sang putra Presiden agar bisa menjadi salah satu kontestan Pemilu Presiden.

Menyikapi berbagai kekisruhan tersebut Gerakan Rakyat Untuk Demokrasi dan Keadilan (GARDA) akan memberikan "Krupuk Mlempem Award" kepada Bawaslu sebagai simbol kinerja Bawaslu yang melempem atas berbagai kasus-kasus pelanggaran dan kecurangan Pemilu. Bawaslu sebagai instrumen demokrasi dinilai gagal menjalankan fungsinya secara optimal. Bawaslu tak ubahnya sekedar tukang stempel kepentingan rezim penguasa yang telah mengatur sedemikian rupa Pemilu terselenggara sesuai seleranya.




(ams/dil)

Hide Ads