Mural 'Awas Intel' dan 'Reset System' ditulis di sebuah bangunan kosong di Pojok Beteng (Jokteng) Wetan, simpang empat Jalan Brigjen Katamso, Kota Jogja. Pembuat mural itu menceritakan momen saat rombongannya digeruduk polisi usai membuat mural itu.
Salah satu pembuat mural dengan nama samaran Kinky20 mengatakan total ada sekitar 20-an pekerja seni termasuk dirinya yang membuat mural itu. Dia mengatakan rombongan ini tidak mewakili kelompok atau komunitas apapun.
"Bukan komunitas, kami sepakat, per individu, karena dengan gelisah yang sama dan sudah memuncak, kami sepakat ramai-ramai kita bikin aksi. Tidak membawa kelompok atau grup atau apa," jelas Kinky20 saat dihubungi, Rabu (3/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kinky20 mengatakan rombongannya pada Senin (1/9) membuat mural di dua lokasi. Di bawah Jembatan Kewek Danurejan pada siang hari, dan di Jokteng Wetan setelahnya.
"Dua tempat itu sudah kami diskusikan jauh-jauh hari sebelum kami eksekusi," ungkap Kinky20.
Kinky20 mengatakan saat hampir selesai menggarap mural di Jokteng Wetan, sekitar pukul 19.00 WIB, ada beberapa orang yang datang. Kemudian disusul rombongan orang dengan membawa truk polisi.
"Sekitar jam 19.00 WIB atau 19.30 WIB, kami didatangi segerombol orang yang berpakaian preman, kami awalnya juga tidak sadar. Setelahnya itu ada mereka bergerombol banyak sekali. Mereka mengaku polisi, tapi memang polisi, wong ada truknya polisi juga kok," paparnya.
Kinky20 melanjutkan, saat beberapa orang datang, sudah bentuk intimidasi dengan bentakan keras. Selain itu, rombongan polisi itu juga berkata akan menggeledah pihaknya dan meminta identitas. Namun pihaknya menolak itu.
Kinky20 bilang, pihaknya saat itu mencoba tenang. Alih-alih memberikan respons berlebihan, pihaknya mengajak oknum yang mengaku polisi itu berdialog.
"Datang ke kami, dan mengintimidasi kami dengan suara yang agak emosi. Kami mencoba untuk tidak terpancing suasana, jadi kami berdialog tentang tujuan kami membuat karya kreatif di Jokteng Wetan itu," ungkap Kinky20.
"Karena kami tidak berbuat kriminal, mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka bicara geledah, mana identitas. Kok enak sekali mereka bicara seperti itu, geledah indentitasnya mana, memang mereka mau bikinin kami BPJS atau apa gitu?" cetusnya.
Kinky20 menjelaskan dialog kedua pihak akhirnya berjalan tanpa tensi tinggi. Pihaknya pun menjelaskan dasar hukum soal kegiatan berkesenian di jalan tidak melanggar hukum.
Kinky20 menyebut oknum yang membentak di awal kedatangan juga telah meminta maaf. Setelah dialog hampir selesai, datang lagi beberapa orang yang membuat dialog semakin panjang.
"Di sana juga ada karya juga tentang polisi menindas polisi menggilas, Mereka tersinggung dengan tulisan-tulisan itu. Jadi waktu saya bilang, di mana tulisan, di mana karya yang membuat tersinggung, dia lalu menunjuk tulisan itu," ujar Kinky20.
"Saya bicara tentang pasal-pasal juga bahwa aksi yang kami lakukan itu sudah dilindungi oleh hukum. Mereka diam saja karena saya bicara tentang itu. Dia (pembentak) sudah minta maaf sebenarnya, ketika dia bersuara keras itu, emosi itu," imbuhnya.
Setelah dialog itu, Kinky20 dan rombongannya pun pulang. Esok harinya, pada Selasa (2/9) beberapa rekannya mengecek mural di Jokteng bertulisan 'awas intel' ternyata dirusak oleh beberapa orang. Ia mengaku tak mengetahui siapa orang-orang yang merusak mural itu.
"Ternyata sudah ada segerombolan lima orang pakai helm gitu, pagi-pagi jam berapa gitu Selasa, itu sudah dicoret-coret, sudah dihapus lah kata-kata awas intel itu. Karya yang polisi menindas itu sudah juga ilang," terang Kinky20.
Polisi Imbau Tak Buat Tulisan-Gambar Provokatif
Sementara itu, Plt Kasi Humas Polresta Jogja Iptu Gandung Harjunadi membenarkan pihaknya mendatangi para muralis. Dia mengatakan belum memberi arahan ke para muralis untuk menghapus tulisan tersebut.
"Terkait mural kemarin memang sempat didatangi petugas, termasuk Pak Kapolresta (Jogja)," kata Gandung saat dihubungi detikJogja, Selasa (2/9).
"Sementara biarkan dulu saja," kata Gandung saat dihubungi detikJogja, Selasa (2/9).
Pihaknya pun mengimbau agar muralis tak membuat tulisan atau gambar provokatif.
"Mengajak kawan-kawan seniman untuk tidak membuat gambar-gambar provokatif dan diajak supaya ikut menjaga Jogja tetap nyaman. Demo boleh, akan kita kawal dan amankan giat berpendapat tapi tidak anarkis," ujar dia.
"Oknum yang memberedel karya kami, ini sebenarnya vandalistik yang berbahaya. Karena itu membungkam kreativitas, pesan moral kepada masyarakat," jelas dia.
Sedangkan pantauan detikJogja di Jembatan Kewek, lokasi yang dimural oleh Kinky20 dan kawan-kawannya, sudah ditutup dengan cat putih. Saat ini tembok itu sudah muncul coretan-coretan yang terlihat kacau dan tidak estetik.
(ams/afn)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan