Rabu Abu adalah salah satu hari penting yang dirayakan umat Katolik di tahun 2024. Sebagai hari besar, Rabu Abu memiliki sejarah dan makna yang penting bagi kehidupan iman umat Katolik.
Dikutip dari Kamus Alkitab dan Theologi (2021) oleh Jonar Situmorang, Rabu Abu adalah masa perayaan Prapaskah pada gereja Katolik Roma. Perayaan ini ditandai dengan upacara penerimaan abu di gereja yang dioles dengan membentuk tanda salib pada kening sebagai lambang pertobatan.
Abu tersebut diperoleh dari pembakaran daun palma yang diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya. Lalu bagaimana sejarah terciptanya perayaan Rabu Abu? Berikut penjelasan lengkapnya dari sejarah, makna, hingga aturan berpantang dan puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Rabu Abu
Mengutip Britannica, Rabu Abu adalah hari pertama masa Prapaskah yang terjadi enam setengah minggu sebelum Paskah. Rabu Abu biasanya jatuh antara tanggal 4 Februari dan 11 Maret, tergantung tanggal Paskah.
Rabu Abu menjadi momen peringatan akan kematian manusia dan perlunya rekonsiliasi dengan Tuhan. Rabu Abu juga menjadi tanda dimulainya masa pertobatan Prapaskah yang biasanya dilakukan dengan pembagian abu dan puasa.
Sejarah Rabu Abu
Mengutip jurnal Kajian Teologis Makna Ibadah Rabu Abu dan Implikasinya bagi Warga Gereja Toraja Jemaat Limbong Klasis Pangala Utara oleh Frans Geril Batara dkk dari Institut Agama Kristen Negeri Toraja, sejarah Rabu Abu muncul dari suatu prosesi yang ada pada pertengahan abad ke-8.
Saat itu, jika ada seseorang yang mendekati ajalnya, ia akan dibaringkan di atas tanah sambil memakai kain hitam dan dipercikan abu. Setelahnya, para imam memberkati dirinya dengan air suci sambil mengatakan "ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu".
Setelah prosesi tersebut selesai, para imam akan menanyakan lagi kepada orang tersebut apakah dirinya telah puas dengan kain hitam dan abu sebagai tanda pertobatan di hadapan Allah pada hari penghakiman. Orang tersebut biasanya menjawab apakah puas atau tidak.
Sejak saat itu, abu dan kain kabung digunakan sebagai tanda pertobatan di Roma. Umat yang hendak bertobat ditaburi abu dan mengenakan kain kabung serta diwajibkan berpisah hingga mereka berdamai dengan umat Kristiani pada Kamis Putih, Kamis sebelum Paskah.
Praktik pertobatan tersebut lalu digantikan dengan penempatan abu di atas kepala seluruh jamaat hingga sekarang.
Masih mengutip Britannica, lamanya perayaan Rabu Abu sebagai awal Prapaskah dulunya dilakukan bervariasi. Hingga akhirnya dimulai 6 minggu sebelum Paskah yang berarti tanpa hari Minggu, puasa hanya dilakukan selama 36 hari.
Pada abad ke-7 lalu ditambahkan empat hari sebelum Minggu pertama masa Prapaskah untuk menetapkan dan meniru 40 hari puasa yang dilakukan Yesus di padang gurun.
Prosesi Penerimaan Abu
Masih mengutip Kamus Alkitab dan Theologi, hal terpenting dalam liturgi Rabu Abu adalah pemberian abu kepada umat. Abu tersebut diperoleh dari pembakaran daun palma yang diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya dan diberkati pada Rabu Abu.
Abu yang telah diberkati tersebut lalu dioleskan pada dahi dengan ibu jari tangan kanan dan jari telunjuk atau ditaburkan di atas kepala kaum beriman dalam bentuk tanda salib disertai nasihat,
"Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil" (Markus 1:15)
atau,
"Ingatlah, hai manusia, bahwa kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" (Kejadian 3:19)
Dengan tanda dan kata-kata tersebut, kaum beriman diajak bertobat atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Dalam pertobatan Rabu Abu, umat Katolik meyakini bahwa setiap umat wajib mengikuti penorehan abu tanpa memandang perbedaan baik tua, muda, perempuan maupun laki-laki.
Makna Rabu Abu
Mengutip laman smak1.penaburcirebon.sch.id, umat Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat keterbatasan manusia. Tanda abu di kening menjadi pendorong umat untuk bertobat sekaligus tanda akan posisinya sebagai makhluk yang berdosa di dunia.
Dalam buku Memahami Rabu Abu, Prapaskah, dan Minggu Palma oleh I. Marsana Windhu, dijelaskan bahwa abu adalah sisa-sisa pembakaran berwarna hitam yang menjadi gambaran manusia yang berasal dari tanah atau abu. menurut Kitab Suci, abu mengungkapkan apa-apa yang tanpa harga, kemuakan (Ayb 30:19), kesengsaraan, malu, kerendahan diri di hadapan Allah (Kej 18:27), dan perasaan sedih karena dosa.
Abu memberikan gambaran kelabu, suram dan gambaran kelemahan sekaligus dosa manusia. Oleh karena itu, abu dipilih untuk menandai permulaan masa Prapaskah sebagai hari-hari untuk matiraga dan bertobat. Rabu Abu juga menjadi momen pengharapan umat bahwa Allah mengampuni dirinya, sebagaimana dijelaskan buku Natal dan Paskah karya C.H. Suryanugraha.
Puasa dan Pantang
Selain melakukan misa di gereja, umat Katolik juga dianjurkan untuk melakukan puasa dan pantang. Dua kegiatan tersebut dilakukan dengan mengikuti sejumlah aturan yang telah ditetapkan.
Dijelaskan laman Sekolah Tarsisius Vireta, puasa yang dimaksud di hari Rabu Abu adalah puasa yang dilakukan dengan satu kali makan kenyang dalam sehari.
Sedangkan pantang, dikutip dari laman SMPK Immaculata Ruteng, berarti memilih untuk mengurangi segala sesuatu (makanan atau kebiasaan yang mengenakkan dan nikmat) demi rasa solidaritas yang tinggi dengan sesama yang berkekurangan.
Adapun peraturan puasa dan pantang di tahun 2024 mengacu pada Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa (KPKRJ) Tahun 2016 pasal 138 No 2b dalam kaitannya dengan kanon 1249-1253 KHK 1983 tentang Hari Tobat adalah sebagai berikut:
- Hari puasa tahun 2024 dilangsungkan pada hari Rabu Abu 14 Februari 2024 dan Jumat Agung 29 Maret 2024. Sedangkan hari pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung. Bagi petugas pemilu yang tidak bisa menjalankan pantang dan puasa pada hari Rabu Abu 14 Februari, diberikan dispensasi untuk menggantinya pada Kamis, 15 Februari 2024.
- Yang dimaksud dengan berpuasa adalah makan kenyang hanya sekali saja dalam sehari pada hari Rabu Abu dan hari Jumat Sengsara serta Wafat Tuhan. Umat beriman yang wajib berpuasa adalah yang berumur antara delapan belas tahun sampai dengan awal tahun ke-60.
- Yang dimaksud berpantang adalah tidak makan daging atau makanan yang lain yang disukai pada hari rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah. Sesuai dengan tradisi gereja, waktu untuk berpantang dapat dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu merupakan hari pesta wajib. Umat beriman yang wajib berpantang adalah yang sudah genap berumur empat belas tahun.
Kapan Rabu Abu 2024?
Rabu Abu diperingati di hari Rabu pertama dalam masa 40 hari sebelum Paskah. Jika mengacu pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (SKB 3 Menteri), Paskah diperingati pada tanggal 31 Maret 2024. Dengan demikian, Rabu Abu akan jatuh pada tanggal 14 Februari 2024.
Itulah penjelasan lengkap tentang Rabu Abu 2024 lengkap dari pengertian, sejarah, makna hingga aturan berpantang dan puasa. Semoga bermanfaat!
(apu/cln)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Pernyataan Ridwan Kamil Usai Tes DNA Anak Lisa Mariana