Sebuah video yang menarasikan pembentangan spanduk dukungan terhadap Ganjar Pranowo saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Gunungkidul merupakan aksi terencana beredar di media sosial. PDIP Gunungkidul merespons unggahan tersebut.
Unggahan yang disertai video kegiatan rapat itu juga menyebut bahwa aksi itu sudah direncanakan di rumah salah satu direktur sebuah BUMN.
Terkait unggahan tersebut, Sekertaris DPD PDIP DIY Totok Hedi Santosa mengatakan tidak mengetahui lokasi pasti kejadian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau yang video itu, saya ndak pernah tahu video itu di mana, di Gunungkidul atau di mana kan nggak jelas," jelas Totok saat dihubungi wartawan, Kamis (1/2).
Sedangkan soal anggapan adanya konsolidasi sebelum insiden Gunungkidul seperti yang dinarasikan dalam unggahan tersebut, begini tanggapan Totok.
"Kalau konsolidasi sekarang ini tiap menit, kaitannya dengan pemilu legislatif dan presiden, hanya itu. Tiap hari dan itu di banyak titik tidak hanya di Gunungkidul," jelas Totok.
"PDIP DIY itu punya karakter bekerja terus, bahkan secara simultan secara lima tahunan, kalau hari-hari seperti ini ya semakin banyak konsolidasinya. Bahkan sampai ke tingkat dusun, desa," imbuhnya.
Lebih lanjut, Totok juga menyinggung soal insiden pembentangan spanduk Ganjar Pranowo saat kunjungan Presiden Jokowi di Gunungkidul beberapa waktu lalu. Menurutnya, aksi tersebut merupakan sebuah respon.
Respon tersebut, menurut Totok, terkait informasi yang ia terima tentang adanya permintaan untuk menurunkan baliho dan bendera-bendera PDIP di lokasi kunjungan Presiden Jokowi. Totok mengaku mendapat laporan ini pada malam sebelum insiden itu terjadi.
"bahwa malam sebelumnya dari kawan-kawan itu diminta menurunkan seluruh baliho dan bendera PDI bersangkut-paut dengan kehadiran Pak Jokowi, terus mereka ndak mau menurunkan," jelasnya.
Meski begitu Totok tidak menyebut siapa yang meminta penurun baliho dan bendera PDIP tersebut. Akibat permintaan tersebut, kemudian direspon dengan aksi pembentangan spanduk Ganjar Pranowo.
"Kalau kemudian mereka membentangkan spanduk, menurut saya itu spontan aja. Apakah itu bagian dari perencanaan? Itu persepsi yang dibangun," jelas Totok.
"Yang merencanakan itu justru mereka yang merencanakan untuk menurunkan bendera, Baliho yang sudah terpasang. Kita itu kan bereaksi terhadap itu. Wong sekarang belum saatnya menurunkan baliho dan bendera, kok disuruh menurunkan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, PDIP Gunungkidul menyebut ada salah satu relawan Ganjar yang dianiaya saat ada kunjungan Jokowi di Gunungkidul.
Ketua DPC PDIP Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih menerangkan kejadian tersebut berlangsung pada saat rangkaian kunjungan Presiden Jokowi ke peresmian Inpres Jalan Daerah Provinsi DIY di Kalurahan Mulo, Kapanewon Wonosari.
"Kejadiannya itu pas Presiden ke Pasar (Argosari, Wonosari). Yang menangkap dua orang," kata Endah kepada wartawan di Wonosari, Selasa (30/1).
"Jadi salah satu warga masyarakat menyampaikan ucapan selamat datang ke Presiden dengan spanduk dan menyampaikan aspirasinya bahwa yang bersangkutan memilih Ganjar. 'Selamat datang Pak Jokowi, tapi kami memilih Pak Ganjar'," ucapnya.
Saat itu juga, kata Endah, orang tersebut diamankan oleh orang yang diduga oknum aparat. Setelahnya, Endah mengaku ditelepon dan langsung mendatangi tempat kejadian.
"Langsung di situ diamankan oleh aparat dan dianiaya, kita ada videonya, kemudian hidung dan gusi berdarah. Saya ditelepon, saya datang dan saya bawa ke rumah sakit," imbuhnya.
(ahr/cln)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang