Gunung Merapi dalam beberapa waktu terakhir kerap mengalami erupsi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut hal ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi.
"Iya memang kebetulan suplai magma kan menerus di Gunung Merapi ini. Jadi data kegempaan maupun deformasi, kemudian dengan curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang beberapa hari terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi saat dihubungi wartawan, Minggu (21/1/2024).
Meski ada peningkatan aktivitas, BPPTKG masih mempertahankan status Merapi di level Siaga. Hal ini karena setiap kejadian awan panas belum melewati radius bahaya yang ditetapkan dan masih jauh dari permukiman masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tiga tahun lebih (status Siaga), sejak November 2020. Ya (aktivitas Merapi) masih tinggi yang seperti ini tuh memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini," ujar Agus.
Menurut dia, aktivitas Merapi saat ini berupa penyembuhan kubah lava, kemudian guguran awan panas sesekali. Terkait kejadian rentetan awan panas, hal itu disebabkan karena peningkatan suplai magma. Menurut Agus, hal ini masih wajar.
"Ada peningkatan suplai yang ketika keluar dia mengakibatkan kejadian rentetan awan panas dan yang seperti ini sudah beberapa kali terjadi, sudah mungkin sembilan kali dengan yang akhir-akhir ini. Yang pertama itu 27 Januari 2021. Kemudian yang sebelum ini tuh 8 Desember 2023. Totalnya sembilan kali, dan ini sudah menjadi kebiasaan merapi selama tiga tahun ini," terang Agus.
Dia menuturkan, erupsi Merapi masih akan terus berlangsung. Sebab suplai magma belum berhenti sampai saat ini.
"Ancaman ke depan masih, yang jelas ini erupsi seperti dirimu, belum akan berakhir dalam waktu dekat. Karena suplai magma masih berlangsung," ucap Agus.
Hujan Abu Capai Radius 30 Kilometer
Lebih lanjut, terkait kejadian awan panas hari ini, Agus bilang bahwa hujan abu berdampak di Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah.
"Hujan abu itu Boyolali, Klaten, mungkin jaraknya sampai radius 30 kilo-an ada. Iya (cukup jauh), itu karena pengaruh angin. Anginnya memang sedang kencang saat itu dan arahnya ke timur," jelas Agus.
Agus mengingatkan potensi hujan abu setelah keluarnya awan panas masih akan terjadi. Dia mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir. Dia juga mengimbau agar masyarakat memakai masker saat terjadi hujan abu.
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang