Selain pohon natal dan lagu Jingle Bells, Natal begitu identik dengan sosok Santa. Santa digambarkan sebagai sosok baik yang datang untuk memberi hadiah bagi anak-anak. Kemudian timbul pertanyaan, mengapa Natal identik dengan Santa?
Santa diceritakan sebagai sosok orang tua dengan jenggot putih menjuntai. Dirinya mengenakan pakaian berwarna serba merah. Tak lupa topi dan kantong berisi hadiah anak-anak yang juga berwarna merah.
Lantas, mengapa bisa sesosok orang tua ini dikaitkan dengan perayaan Natal? Yuk, simak jawaban lengkapnya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Santo Nicholas
Pembahasan ini tak bisa dimulai tanpa menceritakan seseorang bernama Nicholas. Mengutip dari laman St. Nicholas Center, Nicholas adalah seorang anak yang lahir pada abad ketiga di Desa Patara.
Ia lahir dalam sebuah keluarga Kristen yang kaya raya. Orang tuanya yang taat agama mendidik Nicholas menjadi seorang yang penuh kasih dan berjiwa dermawan. Orang tua Nicholas meninggal saat dirinya masih muda karena wabah penyakit.
Nicholas kemudian mengabdikan dirinya dan diangkat menjadi Uskup di Myra. Pada masa Kaisar Romawi Diocletian yang terkenal kejam terhadap Umat Kristiani, Uskup Nicholas dipenjara. Hal ini terjadi buntut dari keimanannya yang begitu kuat.
Nicholas kemudian meninggal pada 6 Desember 343 Masehi di Myra dan dimakamkan di katedral miliknya. Tanggal kematiannya diperingati sebagai Hari Santo Nicholas setiap 6 Desember.
Sifat Dermawan Santo Nicholas
Semasa hidupnya, Nicholas dikenal sebagai orang yang dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan koceknya untuk membantu anak-anak yang membutuhkan.
Saking hebatnya kisah kedermawanannya, banyak legenda yang beredar di tengah masyarakat. Salah satunya adalah ketika ia membantu tiga orang gadis miskin.
Nicholas melemparkan uang ke dalam rumah gadis tersebut. Kebetulan, uang dalam kantong yang dilemparkannya mendarat di dalam sepatu dan kaos kaki.
Sejak saat itu, anak-anak sering kali meletakkan kaos kakinya pada malam Natal. Harapannya adalah agar Santa datang dan memasukkan hadiah ke dalamnya.
Santo Nicholas juga kerap membantu orang yang kesusahan. Salah satu kisah yang menonjol adalah ketika ia menyelamatkan seorang budak bernama Basilios dari perbudakan yang dilakukan oleh seorang raja Arab.
Santo Nicholas menjadi Santa Claus
Mengutip informasi dari laman whychristmas.com, pada abad ke-16, kisah tentang Santo Nicholas mulai terlupakan. Di Inggris, karena membutuhkan figur magis untuk mengantarkan hadiah pada anak, maka muncullah tokoh Santo Christmas atau Old Man Christmas.
Sebagaimana Inggris, negara-negara Eropa lain juga memiliki figur demikian. Sebut saja Pere Noel di Prancis, Sinterklaas di Belanda, hingga Christkind di Jerman dan Austria.
Para pemukim Belanda di Amerika Serikat kemudian membawa kisah mengenai Sinterklaas ini menuju tanah Paman Sam tersebut. Perlahan Santo Nicholas atau Sinterklaas menjadi terkenal. Namun, dengan pengucapan lidah Amerika, maka terbaca menjadi Santa Claus.
Sejak saat itu, Santo Nicholas dikenal sebagai Santa Claus atau Santa. Sifat asli Santo Nicholas yang gemar berbagi hadiah dinilai sangat cocok dijadikan representasi kegiatan saling berbagi dalam perayaan Natal. Karenanya, hingga kini, Santa begitu identik dengan Natal.
Nah, itulah penjelasan mengapa Santa bisa menjadi begitu identik dengan Natal. Semoga informasi yang disampaikan dapat menjawab rasa penasaran detikers, ya!
(sip/sip)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan