Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, BEM UI: Jogja Beda dengan Politik Dinasti

Nasional

Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, BEM UI: Jogja Beda dengan Politik Dinasti

Danu Damarjati - detikJogja
Senin, 04 Des 2023 15:49 WIB
Ketua BEM UI Melki Sedek Huang
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang. Foto: Adrial/detikcom
Jogja -

BEM UI buka suara setelah aksi protes mereka terhadap politik dinasti direspons politikus PSI Ade Armando yang menyenggol model kepemimpinan Sultan di DIY. Ade Armando akhirnya meminta maaf karena komentarnya disebut membuat gaduh.

"Menurut saya, Bang Ade Armando perlu belajar lagi. Sebagai seorang pakar komunikasi, pernyataannya kemarin jelas tidak menunjukkan kepakarannya. Ia harusnya paham akan konstitusi, hukum, dan demokrasi terlebih dahulu sebelum berbicara," kata Ketua BEM UI Melki Sedek Huang lewat keterangan tertulisnya, Senin (4/12/2023), dikutip dari detikNews.

Diketahui, di Provinsi DIY memang tidak ada Pemilu Gubernur. Gubernur DIY dijabat oleh Sri Sultan HB X yang notabene juga raja Kesultanan Yogyakarta. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia pun menghargai keistimewaan DIY.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya rasa semua hal di atas sudah menggambarkan mengapa kekhususan yang hari ini Yogya alami berbeda dengan politik dinasti yang kami tentang," ujar Melki.

Politik dinasti yang dikritik BEM UI dkk mengemuka lewat putusan MK soal syarat usia minimal capres-cawapres.

ADVERTISEMENT

"Proses politik dinasti yang hari ini kita saksikan jelas sangat berbeda dengan yang ada di Yogyakarta. Proses manipulasi hukum di Mahkamah Konstitusi, etika kenegaraan yang tak dihiraukan, dan pembangkangan konstitusi jelas bukan hal yang legal dan direstui hukum," ucap Melki.

Menurut BEM UI, tanggapan Ade Armando terhadap aksi BEM UI dan BEM UGM berpotensi menyulut kemarahan orang-orang. BEM UI pun menyayangkan pernyataan Ade Armando.

"Bahkan, walaupun kami tak selalu sependapat dengannya, kami tetap mengecam kekerasan yang pernah ia alami. Ini adalah karena perjuangan kami yang dilandasi nilai, bukan sentimen politik apa pun," kata Melki.

Isu ini bermula dari aksi BEM UGM dan BEM UI di Monumen Serangan Umum 1 Maret di Kota Jogja, Rabu (29/11) sore. Kala itu para mahasiswa menggelar 'Mimbar Rakyat' dan menyuarakan matinya demokrasi. Ade Armando lalu menanggapi aksi BEM UGM dan BEM UI di Jogja.

"Ini ironi sekali karena mereka justru sedang berada di sebuah wilayah yang jelas-jelas menjalankan politik dinasti, dan mereka diam saja. Anak-anak BEM ini harus tahu dong kalau mau melawan politik dinasti, ya politik dinasti sesungguhnya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, gubernurnya tidak dipilih melalui pemilu, gubernurnya adalah Sultan Hamengku Buwono ke-X yang menjadi gubernur karena garis keturunan," tulis Ade Armando di akun X-nya, Minggu (3/12).

Setelah jadi sorotan, hari ini Ade Armando meminta maaf lewat akun X. "Saya ingin ajukan permohonan maaf sebesar-besarnya seandainya video saya terakhir tentang politik dinasti telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta," kata Ade Armando yang sudah mengizinkan video untuk dikutip, Senin (4/12).




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads