Haedar soal Pemimpin: Bukan Tua Muda-Kemampuan Teknis, tapi Kenegarawanan

Haedar soal Pemimpin: Bukan Tua Muda-Kemampuan Teknis, tapi Kenegarawanan

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Jumat, 17 Nov 2023 14:01 WIB
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah, Jogja, Senin (6/2/2023).
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah, Jogja, Senin (6/2/2023). Foto: Adji G Rinepta/detikJateng
Bantul -

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menyampaikan pendapatnya soal pemimpin Indonesia. Haedar menilai yang terpenting adalah pemimpin memiliki visi kebangsaan dan kenegarawanan.

Haedar awalnya mengatakan PP Muhammadiyah selalu memiliki perspektif bahwa politik dan kekuasaan itu harus berdiri di atas prinsip-prinsip konstitusi dan keadilan. Kemudian, berorientasi kepada kesejahteraan sekaligus semacam kearifan budaya.

"Saya tidak akan masuk ke soal person, soal figur, dan soal calon-calon. Semua anak muda itu punya hak yang sama dalam politik," kata Haedar kepada wartawan di kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Bantul, DIY, Jumat (17/11/2023). Haedar menjawab pertanyaan wartawan soal politik dinasti jelang Pilpres 2024.

"Karena itu kalau kita membuka ruang konstitusi dan hukum berlaku kan untuk semua," lanjut Haedar.

Haedar kemudian menyebut dalam membangun bangsa dan negara, bukan sekadar soal pemimpin dari kalangan tua atau muda maupun kemampuan teknis. Terpenting adalah visi kebangsaan dan kenegarawanan, dan pergumulan kehidupan berbangsa.

"Kedua, bahwa membangun bangsa dan negara itu juga bukan sekadar tua muda, bukan soal tua muda, tetapi soal visi kebangsaan, kenegarawanan, pengalaman dalam pergumulan kehidupan kebangsaan dan sekaligus juga leadership yang tumbuh. Bukan sekadar kemampuan-kemampuan teknis," jelasnya.

Lebih lanjut, Haedar meminta untuk belajar dari Presiden pertama RI Sukarno. Di mana saat berumur 18 tahun Sukarno sudah memulai pergerakan. Kemudian pada tahun 1927 atau saat berumur 26 tahun, Sukarno menjadi Ketua PNI.

"Menjadi Presiden usia 44 tahun. Dalam pergumulan yang kita tahu, Bung Karno itu dibuang ke berbagai tempat, kemudian interaksinya dengan seluruh tokoh bangsa, dengan perdebatan, dengan silaturahmi itu luar biasa," ujarnya.

Selain Sukarno, Haedar menilai hal tersebut juga terjadi pada Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta. Hatta menjabat sebagai Wapres pada usia 43 tahun.

"Dan juga sama, Hatta itu menjadi Wakil Presiden itu usia 43 tahun. Artinya apa? Bahwa perjalanan hidup para tokoh bangsa kita itu penuh dengan pergumulan-pergumulan yang tidak sekadar soal usia, jalan pintas, karier, dan sebagainya," kata Haedar.

"Tapi pergumulan menghayati denyut nadi kehendak rakyat, nasib rakyat, dan nasib Indonesia ketika sebelum bahkan setelah Indonesia merdeka," lanjut Haedar.




(rih/ams)

Hide Ads