Sejarah dan Makna Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober

Sejarah dan Makna Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 26 Okt 2023 13:39 WIB
Ilustrasi Sejarah Sumpah Pemuda
Sejarah dan Makna Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober. Foto: museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id
Jogja -

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tahunnya pada tanggal 28 Oktober. Adapun peringatan Sumpah Pemuda tersebut guna mengenang betapa pentingnya peran pemuda dan pemudi Indonesia dalam proses meraih kemerdekaan RI.

Sejarah panjang yang melekat pada peristiwa Sumpah Pemuda tentunya memiliki makna mendalam yang bisa dipetik oleh pemuda Indonesia saat ini, seperti rasa nasionalisme yang tinggi, toleransi, dan lain sebagainya.

Dalam rangka menumbuhkan semangat di hari yang bersejarah, berikut ini sejarah dan makna peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Mengacu kepada laman museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, awal mula munculnya Kongres Sumpah Pemuda ini dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). PPPI adalah sebuah organisasi berisikan para pemuda pelajar dari seluruh Indonesia.

Kongres ini bertujuan memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia dalam benak para pemuda. Pada tanggal 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928, para pemuda berkumpul dan mengadakan rapat membahas terkait pembentukan panitia, susunan acara kongres, waktu, tempat, serta biaya yang diperlukan.

ADVERTISEMENT

Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Kongres Pemuda II akan dilaksanakan pada 27 dan 28 Oktober 1928. Lokasi yang dipilih adalah gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw.

Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II akan ditanggung organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela. Rapat ini juga menghasilkan susunan panitia pelaksana Kongres Pemuda II, sebagai berikut:

  • Sugondo Djojopuspito (Ketua/PPPI)
  • R.M. Djoko Marsaid (Wakil Ketua/Jong Java)
  • Muhammad Yamin (Sekretaris/Jong Sumatranen Bond)
  • Amir Sjarifudin (Bendahara/Jong Bataks Bond)
  • Johan Mahmud Tjaja (Pembantu I/Jong Islamieten Bond)
  • R. Katja Soengkana (Pembantu II/Pemoeda Indonesia)
  • R.C.L. Sendoek (Pembantu III/Jong Celebes)
  • Johannes Leimena (Pembantu IV/Jong Ambon)
  • Mohammad Rochjani Su'ud (Pembantu V/Pemoeda Kaoem Betawi)

Pertemuan Pertama (27 Oktober)

Pertemuan pertama dilangsungkan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) pada Sabtu malam, 27 Oktober 1928 jam 19.30 hingga 23.30 WIB. Sugondo Djojopuspito selaku Ketua Kongres memberikan sambutannya.

Ia berharap agar kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Mohammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Terdapat lima faktor yang dikemukakannya, yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Mengutip dari laman surakarta.go.id, pada pertemuan pertama ini juga membahas terkait bahasa Melayu. Para pemuda menganggap bahasa Melayu sebagai bahasa politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Pertemuan Kedua (28 Oktober)

Pertemuan kedua mengambil tempat di Gedung Oost Java Bioscoop tertanggal 28 Oktober 1928 pada jam 08.00 hingga 12.00 WIB. Fokus pembahasan pada pertemuan kedua ini adalah mengenai masalah pendidikan.

Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan. Selain itu, wajib terdapat keseimbangan antara pendidikan yang diperoleh anak di rumah maupun sekolah.

Pertemuan Ketiga (28 Oktober)

Rapat puncak terjadi pada 28 Oktober 1928 jam 17.30 hingga 23.30 WIB di Gedung Indonesische Clubgebouw. Pembahasan berkisar seputar pentingnya dunia kepanduan untuk anak-anak bangsa yang disampaikan oleh Soenario, Ramelan, dan Theo Pengamanan.

Sebelum kongres diakhiri, para peserta mendengarkan lagu "Indonesia Raya" yang dibawakan oleh lantunan biola Wage Rudolf Supratman. Kongres diakhiri dengan pembacaan keputusan oleh ketua.

Masih mengutip laman resmi Museum Sumpah Pemuda, berikut ini putusan yang dibacakan oleh Sugondo Djojopuspito:

'Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia.

Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahun 1928 di negeri Djakarta:

Sesudahnya mendengar pidato-pidato pembicaraan yang diadakan di dalam kerapatan tadi;

Sesudahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembicaraan ini.

Kerapatan lalu mengambil keputusan:

PERTAMA

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,
TANAH INDONESIA.

KEDUA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,
BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan azas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia.

Mengeluarkan keyakinan persatuan Indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya:

KEMAUAN
SEJARAH
BAHASA
HUKUM ADAT
PENDIDIKAN DAN KEPANDUAN

dan mengeluarkan pengharapan, supaya putusan ini disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan kita.

Adapun keputusan di atas dikenal sebagai Ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober.

Makna Sumpah Pemuda

1. Rasa Toleransi

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Suku-suku yang mendiaminya pun bermacam-macam dari Sabang sampai Merauke. Beragamnya suku-suku ini kemudian juga menghadirkan kebudayaan yang berbeda-beda.

Penting bagi generasi Indonesia untuk dapat menumbuhkan rasa toleransi dalam hatinya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap menghormati dan menghargai, bahkan ketika hal tersebut berlainan dengan keyakinan kita. Dengan sikap tenggang rasa yang tinggi, maka perpecahan di antara anak bangsa dapat dicegah.

2. Semangat Nasionalisme

Para pemuda yang berkumpul dalam Kongres Pemuda II menunjukkan sikap nasionalismenya yang tinggi. Mereka tidak menonjolkan sifat kesukuannya masing-masing, akan tetapi mengedepankan Indonesia.

Sikap ini harus ditiru oleh generasi penerus bangsa Indonesia selanjutnya. Kepentingan bangsa dan negara harus memiliki porsi lebih ketimbang masalah kesukuan. Selain itu, semangat juang untuk memajukan Indonesia harus terus dipompa dengan semangat.

Meski terdapat perbedaan untuk definisi perjuangan sekarang dan zaman dahulu, perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus terus dilanjutkan. Kita sebagai generasi penerus dapat berkontribusi secara maksimal sesuai porsi masing-masing.

3. Bangga Terhadap Indonesia

Makna ketiga yang dapat diambil adalah perasaan bangga terhadap Indonesia. Salah satu cara menghargai perjuangan yang dilakukan para pendahulu adalah dengan merasa bangga dengan Indonesia.

Bangga dalam artian untuk menggunakan bahasa Indonesia, bangga menggunakan produk-produk Indonesia, hingga bangga menjadi warga negara Indonesia. Rasa bangga dan cinta terhadap tanah air ini pada gilirannya akan memiliki perannya sendiri untuk memajukan bangsa.

Demikian sejarah lahirnya Sumpah Pemuda hingga makna di balik peristiwa bersejarah tersebut. Semoga bermanfaat, ya, detikers!




(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads