Mengenal Teks Editorial: Pengertian, Struktur hingga Cirinya

Mengenal Teks Editorial: Pengertian, Struktur hingga Cirinya

Steffy Gracia - detikJogja
Senin, 04 Sep 2023 14:29 WIB
Crop person using typewriter
Mengenal Teks Editorial: Pengertian, Struktur hingga Cirinya. Ilustrasi. (Foto: iStock)
Jogja -

Teks editorial adalah salah satu teks yang biasa ditemukan di media massa. Lantas, apa itu teks editorial? Berikut ini pengertian, struktur hingga cirinya.

Teks editorial merupakan teks yang memuat pendapat atau pandangan redaksi atas peristiwa yang sedang terjadi. Teks ini juga bisa mendorong adanya diskusi publik hingga memandu pembaca dalam memahami suatu topik secara mendalam.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang teks editorial, berikut ini serba-serbi tentang teks editorial yang bisa diketahui detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Teks Editorial

Mengutip jurnal 'Edukasi Nonformal' karya Erwan Effendi, dkk, teks editorial adalah artikel utama yang ditulis oleh redaktur media massa yang merupakan pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi sorotan atau kontroversial. Dalam media massa, teks editorial juga biasa disebut sebagai tajuk rencana. Maka, teks editorial juga bisa disebut sebagai pandangan media massa terhadap suatu peristiwa yang dibahas.


Dalam teks editorial, isu yang dibahas mengandung fakta peristiwa sebagai dasar berita. Fakta-fakta ini diperiksa kebenarannya melalui berbagai sumber untuk memastikan keakuratan dan aktualisasinya, sehingga tidak sekadar informasi biasa. Fakta-fakta peristiwa yang telah diverifikasi digunakan sebagai dasar berita dalam editorial dan dianalisis untuk membentuk pandangan redaksi. Biasanya, pandangan ini didasarkan pada berbagai aspek permasalahan. Agar pandangan ini memiliki nilai opini yang kuat, redaksi akan menyajikan berbagai argumen yang mendukungnya. Editorial akan diuji secara kritis berdasarkan argumen ini. Jika dianggap cukup kuat, redaksi akan memberikan rekomendasi solusi.

ADVERTISEMENT

Fungsi Teks Editorial

Mengutip buku 'Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK' karya Kosasih, fungsi teks editorial jauh lebih kompleks dari berita. Sebab, dengan membaca teks editorial, pembaca diharapkan bisa lebih bijak dalam menanggapi suatu berita, lebih dewasa dalam menghadapi suatu persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar, menambah wawasan pembaca (dalam arti tidak sekadar mengetahui tentang ada-tidaknya suatu peristiwa), dan dapat lebih memahami sekaligus menilai suatu peristiwa.

Struktur Teks Editorial

Berikut struktur teks editorial:

1. Tesis, berperan sebagai pengenalan isu atau tesis yang akan dibahas dalam bagian selanjutnya. Tujuannya adalah memperkenalkan isu atau permasalahan yang akan diperdebatkan. Dalam bagian pengenalan isu ini, berbagai peristiwa kontroversial, fenomenal, dan aktual dipresentasikan.

2. Argumentasi, juga disebut sebagai ekspresi pendapat dalam teks editorial, merupakan bagian diskusi yang mencerminkan pandangan redaksi terhadap isu yang telah diperkenalkan sebelumnya.

3. Penegasan, yang termasuk dalam teks editorial, berupa rangkuman, saran, atau rekomendasi. Di dalamnya juga mencakup aspirasi redaksi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam menangani atau mengatasi masalah yang muncul dalam isu tersebut.

Jenis Teks Editorial

Berikut ini beberapa jenis teks editorial:

1. Editorial Interpretatif

Merupakan jenis teks editorial yang bertujuan untuk menjelaskan arti dari isu-isu yang sedang diberitakan oleh suatu media massa. Dalam teks ini, informasi fakta digunakan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca sehingga mereka dapat memahami situasi atau peristiwa yang tengah terjadi melalui sudut pandang media tersebut. Editorial ini bisa memiliki pendekatan positif, negatif, atau netral tergantung pada cara penulis menghadapi isu tersebut.

2. Editorial Kontroversial

Merupakan jenis teks editorial yang dirancang untuk mengkomunikasikan pandangan khusus dari redaksi. Jenis ini biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca tentang relevansi atau pentingnya suatu isu tertentu.

3. Editorial Penjelasan

Merupakan jenis editorial yang hanya menyajikan isu atau peristiwa yang sedang berlangsung. Namun, penilaian atau pandangan tentang isu tersebut dibiarkan sepenuhnya kepada pembaca. Editorial ini bertujuan untuk merangsang pembaca agar berpikir tentang pentingnya isu yang dibahas, terutama dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi, sehingga mereka dapat membuat penilaian dan melihat solusi yang mungkin.

Ciri-Ciri Teks Editorial

Teks editorial merupakan jenis teks yang sering ditemukan dalam media massa seperti surat kabar dan majalah. Teks editorial biasanya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam berita aktual. Editorial termasuk dalam kategori teks argumentatif, yang berarti bahwa kemampuan penulis dalam memberikan argumen yang kuat menjadi hal yang sangat penting. Berikut ciri-ciri umum teks editorial:

a. Ulasan terhadap fenomena atau peristiwa aktual menjadi sorotan khalayak

b. Penulisnya adalah redaksi dari media itu sendiri

c. Adanya penggunaan ungkapan-ungkapan retoris

d. Banyak menggunakan kata-kata populer sehingga mudah dicerna pembacanya

e. Banyak kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lain yang menjadi fokus ulasan

f. Banyak penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, oleh sebab itu.

g. Banyak penggunaan konjungsi pertentangan, seperti akan tetapi, namun.

Contoh Teks Editorial

Berikut salah satu contoh teks editorial yang dikutip dari E-modul 'Bahasa Indonesia Kelas XII' karya Titin Rohmawati.

Penggusuran Lahan Salah Siapa?

Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Harus ada solusi yang cepat dan tepat untuk mengatasinya sebelum Jakarta benar-benar tenggelam. Salah satu solusi yang diusung Pemkot DKI Jakarta adalah program normalisasi sungai. Program tersebut berupa pengosongan lahan di sekitar sungai-sungai yang ada di Jakarta. Pengosongan lahan pun akan berimbas pada seluruh warga yang tinggal di pemukiman sekitar sungai. Dengan demikian, akan banyak relokasi yang dilakukan Pemkot DKI. Namun, relokasi ke rusunawa ternyata bukanlah kabar gembira bagi warga sekitar bantaran sungai sebab itu artinya mereka harus menata kembali hidup mereka dari awal sehingga tidak sedikit warga yang melakukan aksi menolak penggusuran.

Masih segar dalam ingatan kita semua tragedi Kampung Pulo pada 20 Agustus 2015 kemarin. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-70 ternyata menjadi momen mengerikan bagi warga Kampung Pulo. Mereka harus bersitegang dengan petugas yang hendak menggusur pemukiman mereka. Bahkan, bentrokan fisik yang memakan korban luka pun tak terelakan dalam kejadian nahas itu. Hal ini sebenarnya membuat saya dilema sekaligus kesal karena dalang dari semua keributan ini bukanlah pemerintah bukan juga rakyat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. Lalu siapakah yang sebenarnya salah?

Jika kita telusuri, akar permasalahan ini adalah pihak yang mengizinkan orang-orang untuk membuat perkemahan di bantaran sungai. Menurut masyarakat sekitar, mereka telah membayar uang sewa kepada sejumlah oknum. Entah kita harus menyebut mereka apa? Entah preman, entah yang lainnya. Yang pasti mereka itulah yang mengaku bahwa daerah tersebut, yang berpeluang milik pemerintah, merupakan wilayah kekuasaannya sehingga mereka yang ingin membuat bangunan harus meminta izin dan menyerahkan sejumlah uang untuk dapat memiliki lahan di tempat tersebut.

Sayangnya, oknum tersebut tidak pernah muncul setiap pemerintah melakukan penggusuran. Mereka (oknum) tidak pernah bertanggung jawab, dan mereka pun tidak pernah ditindak tegas oleh pemerintah bahkan aparat keamanan. Keberadaannya hanya muncul ketika hendak menerima keuntungan, sedangkan selanjutnya mereka tak mau menanggung kerugian yang diterima warga bantaran sungai.

Dengan demikian, jelaslah siapa otak yang seharusnya digusur dan dibasmi. Para oknum tak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penguasa, sebab rakyat bantaran sungai tentu tidak akan mendirikan bangunan jika tidak ada yang memberi izin sebab mereka pasti mengerti maksud plang yang dipasang di sepanjang bantaran sungai. Pemerintah pun tidak akan melakukan penggusuran jika tidak ada bangunan yang didirikan di pinggir sungai yang menyebabkan penyempitan area sungai sehingga banjir selalu menimpa Jakarta yang notabene ibu kota negara. Jika normalisasi sungai tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakartalah yang rugi. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama pahami maksud pemerintah yang hendak merelokasi semua penghuni bantaran ke rusunawa yang pemerintah siapkan. Tujuannya tiada lain agar tidak ada pihak yang kembali dirugikan.

Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Begitu pun pihak-pihak yang mendatangkan orang-orang yang menyebabkan kebanjiran tersebut harus ditindak tegas oleh seluruh aparat.

Teks editorial memiliki peran yang signifikan dalam dunia jurnalisme, yakni menjadi sebuah sarana penting untuk menyampaikan opini dan pandangan yang mendalam tentang isu-isu penting dalam masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh Steffy Gracia Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dil/sip)

Hide Ads