Focus

Secercah Asa Sepakbola Indonesia dari Bumi Arema

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 06 Okt 2022 13:07 WIB
Karangan bunga dukungan morel untuk Aremania di patung kepala singa, kompleks Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Malang -

Sabtu, 1 Oktober 2022, jadi hari paling kelam dalam sejarah sepakbola Indonesia. Laga bertajuk Derby Jatim yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang itu berujung petaka. Ratusan suporter tuan rumah kehilangan nyawa saat berebut dan berdesakan keluar stadion usai polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah tribun.

Tragedi Kanjuruhan sangat memukul hati seluruh pencinta sepakbola Indonesia. Apalagi bagi para korban dan suporter yang ada di stadion. Banyak keluarga kehilangan orang yang dicintainya untuk selama-lamanya. Mereka yang selamat, juga tak bisa sepenuhnya langsung sembuh dari luka dan trauma.

Salah satu saksi bisu Tragedi Kanjuruhan itu ada di Tribun 13. Emilia, salah seorang Aremanita yang menonton pertandingan itu menceritakan betapa mencekamnya tribun itu saat kericuhan pecah. Malam indah Emilia menjadi kelam, suami dan anaknya meninggal dunia setelah berdesakan dengan penonton lainnya.

Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom. Foto: ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO

Keluarga kecil itu berangkat bertiga mengendarai motor ke stadion. Emilia sendiri sebenarnya tidak terlalu suka sepakbola, tapi sang buah hati mulai kepincut dengan Singo Edan.

Emilia mencoba tegar saat menceritakan kejadian itu. Matanya sembab, tak terhitung berapa banyak derai air matanya. Ia mengungkapkan, awalnya pertandingan berjalan seperti biasa. Riuh suporter terdengar meriah menyemangati klub kebanggaannya.

Namun, ketika wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya babak kedua, sejumlah suporter merangsek masuk ke lapangan. Aksi ini diikuti suporter lainnya. Tak lama kemudian, terjadi gesekan di lapangan dan sebuah benda mengeluarkan asap putih yang dilontarkan polisi ke arah Tribun 13.

Ternyata, asap putih tersebut merupakan gas air mata. Emilia mengaku awalnya tak mengetahui apa itu gas air mata. Saat itu, Emilia hanya merasakan sesak. Bergegas, sang suami mengajaknya keluar dari stadion.

"Tahu ada gas air mata, suami saya ngajak keluar. Saat itu suami menggendong anak saya. Terus ada satu orang (di belakang suami saya) itu saya. Tapi gara-gara kedorong yang di belakang, saya terpisah sama suami," cerita Emilia dengan tegar, Rabu (5/10).

Menurut Emilia, pintu di Tribun 13 saat itu terbuka sangat kecil. Ia sempat melihat pintu tersebut hanya bisa dilewati 2 orang. Sedangkan ada ratusan orang yang berebut keluar. Mereka saling berdesak-desakan karena gas air mata sudah mulai menyesakkan. Tribun 13 saat itu betul-betul mencekam.

"Saat itu pintu yang dibuka di Tribun 13, cuma cukup buat 1 atau 2 orang. Saat mau turun itu gas air matanya makin terasa ditambah saling dorong orang-orang yang saling ingin menyelamatkan diri masing-masing," sambungnya.

Usai tembakan gas air mata, suasana memang agak mereda. Tetapi pemandangan yang dilihatnya sangat mengenaskan. Hati Emilia tersayat. Ia tak menyangka keseruan menonton bola malam itu berakhir jadi tragedi.

"Di tribun (atas) suasananya sudah nggak mencekam seperti pertama kali. Gas air mata sudah agak hilang. Saat itu penonton sudah banyak yang sekarat, tergeletak di tribun," kenangnya.

Emilia (33) yang kehilangan suami dan anaknya berusia 3,5 tahun (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)

Emilia menunggu dengan cemas sekitar setengah jam. Ia menanti kabar anak dan suaminya.

Akhirnya, kabar yang ia tunggu-tunggu datang. Ia mendapat kabar anaknya berada RSUD Kanjuruhan. Ia langsung bergegas ke sana. Namun, hati Emilia hancur karena melihat anaknya terbujur kaku. Anak laki-laki kebanggaannya ini sudah tak bernyawa di kamar mayat.

Belum selesai hatinya terguncang, sekitar 10 menit kemudian, ia mendapat kabar suaminya juga telah ditemukan. Suaminya ditemukan di Rumah Sakit Wava Husada. Sama, nyawa suaminya juga tak tertolong.

"Selang 30 menit ada kabar dari kakak saya. Setelah kakak saya minta foto dan ditunjukkan ke polisi itu ketemunya di RS kanjuruhan. Posisi anak saya sudah di kamar mayat. Terus 10 menit lagi dapat kabar suami saya sudah nggak ada nyawa di RS Wava Husada," ungkap Emilia berkaca-kaca.

Kesaksian Aremania asal Jember melihat kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan. Baca halaman selanjutnya.



Simak Video "Video Erick Thohir Tanggapi Pemain Naturalisasi Pindah Klub-Main di Liga 1"


(hil/dte)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork