Duduk di kursi pesakitan, tatapan Amin tampak kosong saat mendengar amar putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Malang. Terdakwa pembunuh PSK di Songgoriti itu divonis bebas dari segala tuntutan karena mengalami gangguan kejiwaan.
Majelis hakim meminta agar pria Desa Saptorenggo, Pakis, Kabupaten Malang itu direhabilitasi di rumah sakit jiwa selama setahun. Sedangkan seluruh biaya dibebankan kepada negara.
"Memerintahkan agar terdakwa dimasukkan ke dalam Rumah Sakit Jiwa dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang Kabupaten Malang guna menjalani rehabilitasi mental/jiwa selama 1 tahun dengan biaya negara," kata hakim ketua Satyawati Yun Irianti membacakan putusannya saat itu.
Pembunuhan yang dilakukan Amin ini terjadi pada Kamis, 6 Oktober 2022. Saat itu, pria 39 tahun tersebut mengaku mendapat bisikan gaib untuk menyembelih PSK di Songgiriti karena PSK itu menyembah Firaun.
Saat itu juga, Amin lantas mengambil sebilah pisau dapur dan menyembunyikan di balik bajunya. Ia lantas mengendarai motor Honda BeAT nopol N 4255 EDC hasil pinjaman kerabatnya dan menuju ke daerah Songgoriti yang berada di Kota Batu siang itu.
Motor warna putih yang dikendarai Amin akhirnya tiba di vila Sammitomo Jalan Arumdalu, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu. Setibanya di sana, ia segera memarkir dan menuju ke kamar nomor 3. Di lantai 2 itu, Amin lantas didatangi penjaga vila bernama Benar Sunaryo dan Li'in.
Amin sempat ditanya kedatangannya dan ditawari PSK dengan harga Rp 250 ribu sekali main. Amin bersedia dengan tawaran itu dan meminta PSK yang dimaksud dan menunggu di kamar.
Sekitar 15 menit, penjaga vila, Sunaryo lalu tiba di kamar Amin dengan membawa seorang PSK bernama Felistiara Enggar Kasuarina. Perempuan 31 tahun itu lantas dipersilahkan masuk ke kamar Amin.
Di dalam kamar , Enggar masuk ke kamar mandi dulu untuk bersiap melayani Amin. Saat itu lah Amin mengeluarkan pisau dari balik bajunya yang telah disiapkan sejak dari rumah. Dengan tangan kirinya, Amin langsung menarik rambut Enggar.
Pisau di tangannya langsung disayatkan ke leher Enggar. Darah muncrat dan tubuh Enggar ambruk sambil mengerang kesakitan. Belum puas, Amin kembali menyayatkan pisaunya ke leher Enggar hingga tewas.
(abq/iwd)