Candi Sumberawan Singosari, Stupa Suci yang Berdiri di Atas Mata Air

Candi Sumberawan Singosari, Stupa Suci yang Berdiri di Atas Mata Air

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Minggu, 14 Des 2025 15:00 WIB
Candi Sumberawan Singosari, Stupa Suci yang Berdiri di Atas Mata Air
Candi Sumberawan Malang. Foto: Putu Intan/detikcom
Malang -

Candi Sumberawan, sebuah stupa tunggal yang berdiri tenang di tengah rindangnya hutan pinus Singosari, menjadi salah satu wajah kuno yang kerap dikunjungi wisatawan dan peziarah di Malang. Berbeda dengan candi-candi kompleks yang biasa ditemui di Jawa, Sumberawan tampil sederhana namun penuh makna, berdiri di atas sumber air yang menurut penduduk setempat nyaris tak pernah kering.

Letaknya tidak jauh dari pusat sejarah Singosari, hanya beberapa kilometer dari situs-situs kerajaan lama, sehingga Candi Sumberawan sering dikaitkan dengan masa Singasari dan Majapahit. Selain fungsi arkeologis, tempat ini kini juga menyatu dengan kegiatan religius dan tradisi lokal yang memanfaatkan tirta (air suci) dari sendang di dekat candi.

Dikelola di dalam kawasan hutan milik Perhutani, Sumberawan menawarkan pengalaman wisata alam sekaligus napak tilas sejarah. Pengunjung bisa merasakan suasana syahdu, menyusuri area hijau, dan melihat langsung aliran air yang keluar dari sela-sela batu candi. Keunikan geomorfologi dan nilai kulturalnya menjadikan Sumberawan destinasi yang penting bagi Malang Raya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Candi Sumberawan

Dilansir dari laman resmi Pemkab Malang, para ahli purbakala memperkirakan Candi Sumberawan identik dengan Kasurangganan, sebuah nama yang termasyhur dalam kitab Negarakertagama. Lokasi ini tercatat pernah disinggahi Hayam Wuruk dalam perjalanan kelilingnya pada tahun 1359 M.

Candi ini sendiri baru ditemukan pada 1904 dan sempat dipugar di bagian kakinya pada masa kolonial Belanda tahun 1937, dengan sisa bangunan yang direkonstruksi seadanya. Berdasarkan ciri arsitektur pada batur dan stupanya, bangunan Candi Sumberawan diyakini berasal dari periode Majapahit, sekitar abad ke-14 hingga ke-15.

ADVERTISEMENT
Candi Sumberawan di MalangCandi Sumberawan Foto: Putu Intan/detikcom

Situs ini merupakan sebuah stupa yang memiliki struktur fondasi unik, terdiri dari batur (alas) berbentuk persegi empat, lapik (penyangga) berbentuk segi delapan, dan landasan yang menyerupai bunga lotus atau teratai merah. Bangunan ini memiliki desain yang sangat polos, tanpa dilengkapi bilik (ruangan), tangga, hiasan, maupun relief.

Menariknya, bagian puncak atau chattra disebutkan sudah tidak ada lagi, kemungkinan karena hilang seiring waktu atau memang tidak dipasang seperti beberapa stupa lain. Kondisi ini membuat Sumberawan tampil lebih "murni" sebagai stupa ketimbang candi bertingkat.

Mata Air yang Tak Pernah Kering

Dikutip dari laman resmi Perhutani, asal-usul nama Candi Sumberawan diyakini sangat erat kaitannya dengan kondisi geografisnya. Nama ini merupakan gabungan dari kata "sumber" dan "rawan".

"Sumber" merujuk pada fakta bahwa candi ini dipercaya berdiri tepat di atas sebuah sumber mata air yang sangat besar. Sementara itu, kata "rawan" diartikan sebagai telaga atau rawa, menggambarkan kondisi area candi di masa lalu yang dikelilingi oleh rawa-rawa sebelum akhirnya dirawat dan dipugar.

Candi Sumberawan di MalangCandi Sumberawan Kabupaten Malang Foto: Putu Intan/detikcom

Keberadaan sumber air di bawah candi tersebut menjadi fitur utamanya. Dipercaya terdapat mata air terbesar yang airnya terus mengalir dari dasar candi.

Aliran air ini kemudian menyebar dan merembes keluar melalui celah-celah bebatuan struktur candi. Air tersebut lantas disalurkan secara teratur melalui gorong-gorong atau saluran air kuno yang telah dirancang untuk mengarahkannya ke satu titik tertentu.

Titik akhir dari aliran air suci tersebut adalah sebuah tempat penampungan yang dikenal sebagai Sendang Kederajatan. Di sendang inilah air yang berasal dari bawah candi dikumpulkan.

Tempat ini memiliki nilai penting bagi masyarakat dan pengunjung, yang sering memanfaatkannya sebagai lokasi untuk mandi atau menyucikan diri, serta mengambil airnya untuk keperluan ritual dan berdoa.

Rute dan Akses

Untuk mengunjungi wisata sejarah ini, bisa menggunakan sepeda motor dan langsung sampai di lokasi Candi Sumberawan. Akan tetapi bila menggunakan mobil, harus memarkirnya di tepi jalan besar dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, sebab lokasi masuk Candi kira-kira sejauh 700 m dengan lebar jalan sekitar 1 m.

Candi SumberawanPengunjung di Candi Sumberawan Foto: Putu Intan/detikcom

Untuk mencapai candi ini, pengunjung dapat menumpang kendaraan umum dari pasar Singosari menuju desa Sumberawan, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m menuju ke sebuah kanal (saluran-air), belok ke kanal berjalan mengikuti kanal sejauh 1 km melalui persawahan dengan panoramanya yang indah hingga sampai ke candi.

Pengunjung bisa mengikuti papan penunjuk arah dari perempatan di dekat Candi Singasari ke arah utara. Namun, menjelang lokasi Candi Sumberawan, pengunjung akan sedikit tidak yakin untuk melanjutkan perjalanan menuju lokasi candi tersebut. Karena selain papan penunjuk arah yang begitu kecil juga jalan yang menuju ke sana kurang meyakinkan mengingat jalannya kecil laksana pematang sawah (galengan) di sepanjang sungai kecil yang mengalir deras dan jernih.

Sebagai satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur, Candi Sumberawan menonjol karena kesederhanaan arsitekturnya yang polos namun berdiri megah di atas landasan lotus. Keistimewaan utamanya, yakni sumber mata air suci yang mengalir dari bawahnya, menegaskan fungsi situs ini sebagai tempat penting untuk kontemplasi dan penyucian diri sejak era Majapahit. Keberadaan Sendang Kederajatan yang masih dimanfaatkan hingga kini menunjukkan bahwa Candi Sumberawan bukanlah monumen mati, melainkan warisan hidup yang terus memberikan ketenangan spiritual.

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads