Di tengah riuh dan padatnya pusat kota Gresik, terselip sebuah kawasan permukiman tua yang menyimpan wajah lama kota pelabuhan. Kawasan itu dikenal sebagai Kampung Kemasan, sebuah blok bersejarah yang masih mempertahankan deretan rumah dengan pilar besar, jendela lebar, atap khas, dan warna merah yang mencolok.
Meski tampak cantik secara estetika, setiap ornamen pada bangunan di Kampung Kemasan menyimpan cerita, simbolisme, dan jejak pertemuan budaya yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Kampung ini berada sekitar 600-700 meter dari Alun-Alun Gresik, menjadikannya mudah dijangkau pejalan kaki.
Sejak abad ke-19, wilayah ini berkembang sebagai titik pertemuan pedagang, perajin, dan warga dari berbagai latar etnis. Nama "Kemasan" sendiri dipercaya berhubungan dengan tradisi kerajinan emas dan perhiasan yang pernah sangat berkembang di kawasan ini. Kegiatan tersebut tidak hanya mendorong ekonomi warga, tetapi juga membentuk identitas kawasan yang kemudian dikenal sebagai pusat budaya dan keterampilan masyarakat urban Gresik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana Kampung Kemasan dan Gajah Mungkur Foto: Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik |
Kini, Kampung Kemasan bertransformasi menjadi destinasi wisata heritage kota. Pengunjung datang untuk menikmati rumah-rumah bercat merah dengan gaya arsitektur campuran China-Eropa-Arab, menyusuri jalanan yang masih berlapis bata, serta mengabadikan bangunan ikonik seperti Gajah Mungkur, yang menjadi simbol visual kota tua Gresik.
Sejarah Kampung Kemasan
Dikutip dari jurnal Makna Simbolik Arsitektur Pada Rumah Kampung Kemasan di Kelurahan Pekelingan Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik karya Qurrotul Uyun, kawasan Kampung Kemasan mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke-19. Catatan lokal menyebutkan bahwa perkembangan kampung ini dipicu oleh keberadaan seorang saudagar bernama H Oemar bin Ahmad, pedagang yang mendirikan rumah dan usaha di kawasan tersebut sekitar tahun 1855.
Kehadiran tokoh ini memicu pembangunan rumah-rumah megah bergaya campuran yang mencerminkan kosmopolitanisme Gresik kala itu. Posisi kampung yang strategis di dekat pelabuhan membuatnya tumbuh sebagai pusat pertemuan pedagang dan para perajin.
Suasana Kampung Kemasan dan Gajah MungkurFoto: Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik |
Asal-usul nama "Kemasan" juga sering dikaitkan dengan aktivitas perak dan emas-sebuah profesi yang menjadikan warga di kawasan ini dikenal sebagai ahli kerajinan. Seiring waktu, kawasan yang awalnya berfungsi sebagai pusat produksi dan perdagangan berkembang menjadi lingkungan permukiman dengan bangunan-bangunan besar bergaya kolonial.
Kondisi fisik Kampung Kemasan mencerminkan akumulasi sejarah panjang. Lot rumah-rumahnya rapat, halaman kecil, dan jalan setapak yang kini difungsikan sebagai jalur wisata pejalan kaki. Pemerintah daerah dan pelaku pariwisata pun mulai menaruh perhatian serius terhadap pelestarian kampung ini, memasukkannya ke dalam peta destinasi heritage Kota Gresik.
Suasana Kampung Kemasan dan Gajah Mungkur Foto: Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik |
Arsitektur Unik Kampung Kemasan
Memasuki kawasan Kampung Kemasan, pengunjung langsung disambut perpaduan elemen arsitektur yang tidak biasa. Pilar-pilar besar bergaya Doric atau Doria, yang mencerminkan pengaruh Eropa, berdiri bersebelahan dengan dominasi warna merah dan detail atap bergaya China. Sementara itu, ornamen sulur yang melekat pada beberapa fasad menunjukkan sentuhan Arab.
Arsitektur Kampung Kemasan dan Gajah Mungkur Foto: Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik |
Penelitian pada Kampung Kemasan mengungkap bahwa setiap elemen memiliki makna simbolik tersendiri. Pilar Doria, misalnya, melambangkan kekokohan dan kemegahan.
Motif sulur dipahami sebagai simbol harapan dan doa, sementara lantai dengan pola octagon atau kotak memiliki makna kemakmuran dan kemenangan. Warna merah yang begitu mendominasi juga bukan sekadar estetika; dalam tradisi lokal dan Tionghoa, warna ini kerap menggambarkan keberuntungan, keberanian, dan kebajikan.
Selain unsur simbolik, ada pula fitur fungsional yang mencerminkan kreativitas pemilik rumah. Beberapa jendela di lantai dua diketahui merupakan jendela kamuflase, karena area tersebut pernah difungsikan untuk ternak burung walet-sebuah aktivitas ekonomi yang cukup populer di masa lalu. Ornamen seperti begisting atau susunan batu bata dekoratif sebagian besar berfungsi sebagai pemanis visual, tanpa makna ritual tertentu, namun memperkaya karakter unik kampung.
Rute dan Tips Berkunjung ke Kampung Kemasan
Kampung Kemasan mudah dijangkau wisatawan yang sedang berkeliling pusat kota Gresik. Lokasinya dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 10-15 menit dari Alun-alun Gresik. Kawasan ini juga sering dimasukkan dalam rute tur kota tua yang menampilkan sejarah pelabuhan Gresik dan titik-titik penting masa kolonial. Beberapa titik favorit wisatawan meliputi berikut.
- Rumah Gajah Mungkur
- Deretan rumah merah bergaya campuran
- Sentra Batik Gajah Mungkur, yang menampilkan motif khas Gresik
Saat berkunjung ke kawasan heritage seperti Kampung Kemasan, penting menjaga etika karena sebagian besar bangunan masih berfungsi sebagai rumah tinggal warga. Wisatawan diimbau untuk tidak mengganggu aktivitas penghuni, mematuhi rambu yang ada, dan tidak masuk ke properti pribadi tanpa izin. Aktivitas fotografi diperbolehkan sepanjang tidak melanggar batas privasi penduduk.
Kampung Kemasan merupakan fragmen sejarah yang merangkum perkembangan panjang kota Gresik, mulai dari dinamika perdagangan, akulturasi budaya, hingga kehidupan urban yang terus berubah. Pelestarian kawasan ini bukan hanya soal merawat bangunan tua, melainkan juga menjaga memori kolektif kota-cerita, praktik sosial, dan nilai-nilai simbolik yang melekat padanya.
Setiap kunjungan ke Kampung Kemasan menjadi bagian penting dari upaya menjaga warisan tersebut. Dengan datang membawa rasa ingin tahu, menghormati ruang hidup warga, dan memahami makna di balik arsitektur yang berdiri, wisatawan turut membantu memastikan bahwa jejak sejarah ini tetap hidup untuk generasi berikutnya.
(ihc/irb)















































