4. Ternyata Pelaku Hanya OB
Dari hasil penyelidikan lebih lanjut, ternyata pelaku merupakan seorang office boy (OB) yang bekerja di Dindik Kota Surabaya.
"Ini murni penipuan. Karena tidak ada keterkaitan dengan Diknas sama sekali. Kebetulan yang bersangkutan bekerja sebagai OB di Diknas," ungkap Imam Mustolih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5. Terungkap Saat Anak Korban Tak Lolos
Setelah itu, korban percaya dan menyetorkan uang puluhan juta kepada pelaku. Namun, saat pengumuman, nama anak-anak korban tidak masuk ke sekolah tersebut. Selanjutnya, para korban melaporkan kejadian ini ke Polsek Tegalsari.
"Pengakuan sementara, inisiatif dari pelaku (melakukan penipuan)," ujar Imam Mustolih.
6. Pelaku Telah Dipecat
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengaku sudah mengambil langkah tegas dengan memecat pelaku. Sanksi berat pun telah diberikan untuk Diki.
"Diberi sanksi dan diberhentikan," kata Yusuf saat dikonfirmasi, Selasa (25/7/2023).
Yusuf menyebut, oknum tersebut memang pegawai Dindik Surabaya. Namun, statusnya bukan Aparatur Sipil Negara (ASN). Yusuf pun enggan menyebut jabatan pelaku.
"Tenaga kontrak (DA). Oknum itu cleaning service," ujarnya saat ditanya jabatan Diki.
7. Pelaku Juga Tawarkan Masuk SMK Negeri
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut, Diki, tak hanya menjadi calo Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di jenjang SMP saja, namun ternyata di SMK Negeri juga.
Para korban Diki diketahui menyerahkan uang sekitar Rp 20 juta. Sedangkan statusnya di Dispendik Surabaya bukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Namun merupakan tenaga kontrak petugas cleaning service.
"Tidak hanya masukkan ke SMP, ke SMK barang (juga) kok. Itu OS (outsourcing) yang sekarang sudah diamankan di Polsek Tegalsari dan kita sudah keluarkan (dipecat)," kata Eri di Balai Kota, Selasa (25/7/2023).
Eri lalu menegaskan dalam kasus ini, tidak ada ASN yang terlibat. Namun dari kasus ini, ia berharap jadi pembelajaran bagi semua.
Eri juga mengimbau kepada masyarakat Surabaya untuk tidak mentah-mentah mempercayai oknum yang meminta uang. Terlebih dengan modus memasukkan ke sekolah negeri karena kenal dengan pimpinan di dinas.
"Kita bolak balik menghimbau, seluruh warga Surabaya bukan hanya wali murid. Kalau ada tenaga kontrak, masuk sekolah, ojok percoyo (jangan percaya). Malah saya sing ngomong (yang ngomong) kalau ada warga yang dimintai kasih uang, setelah itu laporan ke saya, saya kasih reward," tegasnya.
(hil/fat)