Nasib Tragis 2 Bocah Gresik Meninggal Usai Dengar Petasan-Dibunuh Ayah

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Minggu, 30 Apr 2023 19:02 WIB
Evakuasi anak yang dibunuh ayah kandungnya di Gresik (Foto: Jemmi Purwodianto/File detikJatim)
Gresik -

Nasib tragis dialami dua bocah di Gresik. Dua bocah itu meninggal dunia dalam peristiwa yang memilukan.

Kasus pertama terjadi pada bayi berusia 38 hari yang diduga meninggal usai kaget dengar suara petasan. Lalu kasus kedua, sang bocah berusia 9 tahun tewas dibunuh ayah kandungnya.

Berikut ulasan lengkapnya!

1. Bayi Meninggal Diduga karena Dengar Suara Petasan

Seorang bayi meninggal karena kaget mendengar suara ledakan petasan. Peristiwa itu terjadi di Gresik, Jawa Timur/Foto: Dokumentasi keluarga

Nasib pilu dialami bayi berusia 38 hari di Gresik. Bayi perempuan berinisial HDN ini diduga meninggal dunia usai kaget mendengar kerasnya ledakan petasan.

Bayi malang tersebut merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Nur Hasim dan Nur Faizah, warga Jatirembe, Benjeng, Gresik.

Tante korban, Nufus menceritakan, sebelum meninggal, keponakannya sempat mendapat perawatan selama 6 hari di rumah sakit. Namun, takdir berkata lain, ia dinyatakan meninggal dunia.

"Meninggalnya tadi pukul 10.00. Di RS Muhammadiyah Lamongan," kata Nufus kepada detikJatim, Kamis (27/4).

Nufus menduga, keponakannya tersebut meninggal karena kaget dengan ledakan petasan yang disulut tetangga saat malam takbir Lebaran. Menurut Nufus, petasan tersebut disulut pada Sabtu (22/4) sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu bayi dan kedua orang tuanya sudah beristirahat di kamar.

"Setelah mendengar petasan itu, keponakan (korban) saya itu langsung kaget hingga mata kanannya itu nutup sebelah dan lidahnya terbalik ke atas," terangnya.

Nufus menambahkan, korban saat itu kemudian menangis, ibunya lalu memberikan ASI. Namun, karena lidah N terbalik ke atas, ibunya kesulitan memberikan ASI kepada keponakannya.

"Dikasih ASI ibunya gak mau, karena lidahnya terbalik. Karena khawatir memburuk, kedua orang tua N membawanya ke klinik, bidan, hingga Rumah Sakit Denisa di daerah Bunder," tambah Nufus.

Karena tidak ada ventilator, lanjut Nufus, keluarga membawa korban ke RS Muhammadiyah Lamongan, pada Rabu (26/4) siang. Di sana korban masuk ruang ICU karena koma.

"Di sana keponakan saya sudah koma sehingga dimasukkan ke dalam ruang ICU. Berdasarkan hasil CT scan, ada pembuluh darah otak pecah," jelas Nufus.

Nufus menjelaskan, menurut dokter yang merawat, penyebab pembuluh otak N pecah disebabkan karena sebuah benturan. Padahal N tak pernah terbentur apapun.

Keluarganya sebenarnya sudah mengingatkan tetangga tersebut agar tak main petasan karena ada bayi. Letak rumah mereka juga dekat karena jaraknya hanya dua rumah. Namun, imbauan itu tak digubris.

"Sebelumnya sudah pernah diingatkan kalau ada bayi. Tapi gak digubris. Selain kakak saya, ada juga yang punya bayi, sampai diungsikan ke rumah kakeknya," kata Nufus.

Bahkan, lanjut Nufus, saat menyulut petasan, tetangga kakaknya mengarahkan petasan ke atas rumah. Tak hanya itu, penyulut petasan tersebut tak merasa bersalah atau meminta maaf.

"Kan orang dulu gitu kalau kaget karena apa, di pegangkan penyebabnya. Waktu ibu saya meminta bungkus petasan yang disulut untuk obat sawanen (kaget), malah dikasih petasan yang belum disulut. Kan kurang ajar banget," tambah Nufus.

Kisah tragis bocah 9 tahun dibunuh ayah kandungnya. Baca di halaman selanjutnya!




(hil/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork