Seorang mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya asal Mojokerto bernama Muhammad Rio Ferdinan Anwar tewas. Mahasiswa berusia 19 tahun itu diduga tewas di tangan seniornya. Dia diduga menjadi korban penganiayaan di lingkungan kampus.
Orang tua korban, M Yani mengungkapkan, kabar kematian anaknya itu diterima pada Senin (6/2) dini hari. Padahal, anaknya sudah dinyatakan meninggal sehari sebelumnya atau Minggu (5/2) malam.
"Awalnya laporan terpeleset di kamar mandi," beber Yani kepada detikJatim.
Namun Yani mendapati kejanggalan di tubuh anaknya. Dia menemukan luka lebam hingga gigi yang hampir lepas dan luka memar lainnya. Aneh, kalau kemudian anaknya disebut meninggal karena terpeleset. Dia lalu memutuskan melapor ke Polsek Gunung Anyar.
"Kalau lukanya banyak di bibir, sobek, terus giginya ada yang mau lepas. Terus hidung sebelah kanan atas itu memar hitam, batuknya (dahi) kanan-kiri hitam. Pipi kanan ada yang lecet sama luka hitam sama matanya kanan, terus dada sama leher itu memar semua hitam," ungkap Yani.
Yani menduga anaknya tewas usai dianiaya seniornya. Ini berdasarkan rekaman CCTV kampus yang dilihatnya sendiri.
"Diduga dianiaya oleh senior di kamar mandi, kalau menurut video CCTV, dari luar kan kita bisa prediksi penganiayaan terjadi di dalam," imbuh Yani.
Yani mengaku melihat rekaman CCTV sesaat setelah melaporkan kematian anaknya ke pihak polisi. Dari rekaman itu, ia tampak anaknya masuk ke kamar mandi dan keluar telah meninggal dunia.
"Soalnya setelah anak saya masuk kamar mandi, tenggang 8 menit sudah dibopong seniornya dalam keadaan meninggal," ucapnya.
Yani melanjutkan, anaknya selama ini mengaku sering di-bully oleh seniornya. Hal itu diutarakan korban kepada nenek dan ibunya.
Yani berharap polisi segera bisa mengungkap tuntas para pelaku dugaan penganiayaan terhadap anaknya. Ia pun berharap kasus kekerasan itu cukup menimpa anaknya saja.
"Ya segera terungkap, biar ke depannya tidak ada kejadian seperti itu," harap Yani.
Pihak kampus buka suara. Baca halaman selanjutnya.
(fat/dte)