Dalam satu minggu, berita-berita yang disajikan redaksi detikcom regional Jatim menyedot banyak perhatian. Salah satunya sidang perdana Samanhudi Anwar yang terlibat perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar.
Selain itu soal 5 SDN di Ponorogo bernasib ngenes karena tidak mendapatkan satu siswa pun saat tahun ajaran baru dan wali murid di Tulungagung mengeluhkan harga seragam dan atribut mahal.
Berikut rinciannya:
1. Eks Walkot Blitar Sidang Perdana Perampokan Rumdin
Mantan Wali Kota Blitar Muhamad Samanhudi Anwar menjalani sidang perdana secara daring. Samanhudi terlibat perampokan rumah dinas (rumdin) Wali Kota Blitar. Samanhudi tampak tenang dan fokus ke kamera selama persidangan berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sidang yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Surabaya itu dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Abu Achmad Sidqi Amsya dan 2 hakim anggota, Gunawan dan Widiarso. Samanhudi sendiri didampingi 2 penasihat hukum yang baru ditunjuk sehari sebelum persidangan.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sabetania mengatakan, Samanhudi bertemu dengan para eksekutor perampokan di dalam Lapas Sragen. Samanhudi dipindah ke Lapas Sragen dari Lapas Blitar pada Agustus 2020. Di Lapas Sragen, Samanhudi bertemu dengan Hermawan alias Natan Moenawar dan Ali Jayadi. Keduanya terpidana pencurian dengan kekerasan (curas).
"Selama menjalani pidana itu, saksi (Samanhudi) beberapa kali berkomunikasi di lapas saat berada di lapangan, saat keluar dan diizinkan berkumpul saat itu," kata Sabetania saat membacakan surat dakwaan, Kamis (20/7/2023).
Dakwaan itu dibaca secara bergiliran oleh Tim JPU. Selanjutnya, masing-masing saling memperkenalkan diri. Tanpa segan, Hermawan mengaku dipenjara gegara perkara pencurian di beberapa tempat. Lalu, Samanhudi juga menceritakan kasus yang menjeratnya kepada Hermawan.
"Terdakwa Samanhudi mengaku dipenjara karena kasus korupsi dan dipindahkan dari Blitar ke Sragen. Sehingga, hal itu membuat dia sakit hati," ujarnya.
Mereka lalu mengobrol dan memulai pembicaraan terkait rumdin wali kota Blitar yang pernah dihuni Samanhudi. Lalu, membicarakan terkait adanya uang tunai sebesar Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar dalam kamar rumdin.
"Terdakwa Samanhudi mengatakan ada 2 sampai 3 orang dari Satpol PP yang berjaga, tidak pegang senjata, tidak ada pembantu, dan saat itu menginformasikan terkait jam-jam tidur para penjaga di jam 01.00 sampai 02.00 WIB," imbuh dia.
Berita selengkapnya dapat dibaca di sini
2. 5 SD Ponorogo Tak Dapat Murid Saat Tahun Ajaran Baru
5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Ponorogo bernasib ngenes. Saat harusnya hari pertama masuk sekolah dipenuhi canda tawa murid-murid baru, kelima SDN itu justru terasa hampa. Kelima SDN itu tak dapat murid baru.
SDN di Ponorogo yang tak dapat murid baru itu antara lain SDN 2 Munggu; SDN Jalen; SDN 3 Babadan; SDN 1 Duri, Slahung; dan SDN 2 Tegalombo.
Dari pantauan detikJatim di SDN Jalen, pada hari pertama masuk sekolah, tidak ada satupun murid baru. Guru-guru terlihat pasrah. Mereka bukannya tidak berusaha mencari siswa baru. Namun, pada akhirnya upaya untuk menarik minat para calon wali murid tak membuahkan hasil.
Baca juga: Ngenes! SDN di Ponorogo Tak Punya Murid Baru |
Kepala Sekolah SDN Jalen Dedy Adi Nugroho mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan para guru sebelum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Banner PPDB sudah dipasang di depan sekolah. Bahkan, guru-guru juga mendatangi para calon wali murid.
"Banyak yang kita lakukan, sebelum PPDB sudah ke rumah calon wali murid dengan memberikan seragam gratis, serta tabungan senilai Rp 100 ribu untuk membeli buku pendamping seperti LKS, juga siap memberikan uang transportasi Rp 150 ribu per bulan untuk anak yang sekolah di sini. Uang tersebut diambilkan dari sumbangan para guru di sini," ujar Dedy kepada detikJatim, Senin (17/7/2023).
Namun hingga akhir PPDB, tetap saja tidak ada wali murid yang mendaftarkan anaknya.
"Sejak 5 tahun terakhir, jumlah siswa masuk semakin menurun," papar Dedy.
Rata-rata, para wali murid lebih memilih sekolah di MI. Sehingga, semakin tahun peminat siswa bersekolah di SD menurun.
Dedy menambahkan, sebenarnya sekolahnya mendapat 2 orang pendaftar. Namun, keduanya mundur karena takut anaknya tidak ada teman di sekolah.
"Misalnya saja kalau ada 5 siswa, mereka mau masuk. Tapi kalau cuma dua anak dengan berat hati saya suruh cari sekolah lain," terang Dedy.
Berita selengkapnya dapat dibaca di sini
3. Wali Murid di Tulungagung Keluhkan Harga Seragam-Atribut Sekolah
Wali murid di SMA Negeri 1 Kedungwaru, Tulungagung mengeluhkan harga paket seragam dan atribut sekolah yang mahal. Dalam struk rincian pembelian, terlihat sejumlah item yang dibeli termasuk jilbab dari sekolah dengan harga Rp 160 ribu.
"Kalau melihat harganya saya rasa cukup mahal, itu belinya di (koperasi) sekolah," kata NE, seorang wali murid yang mengeluhkan mahalnya harga paket seragam dan atribut sekolah di SMAN 1 Kedungwaru, Kamis (20/7/2023).
NE sempat menunjukkan struk pembelian paket tersebut. Dia harus melunasi Rp 2.360.000 untuk 10 item paket seragam dan atribut dari sekolah. Terlihat dalam struk itu apa saja yang didapatkan oleh siswa dengan harga yang harus dilunasi.
Selain itu, NE juga mengeluhkan pembelian paket seragam dan atribut sekolah itu yang terkesan diwajibkan. Bahasanya, guru mewanti-wanti murid soal warna seragam yang berbeda.
"Anak saya dibilangi sama gurunya, kalau beli di luar nanti warnanya beda. Jadi anak-anak takut, apalagi siswa baru," ujarnya.
Meski NE merasa harga paket seragam dan atribut itu memberatkan, dia tetap merogoh kantung dalam-dalam agar anaknya tidak sampai merasa minder di sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai angkat bicara. Menurutnya, wali murid tidak perlu membeli seragam itu bila harganya tidak masuk akal alias terlalu mahal.
"Itu kan koperasi yang jual. Kalau koperasi kita nggak ikut-ikut, bukan kita. Kalau dia jual mahal ya nggak apa-apa. Jadi, jangan dibeli kalau (wali murid) nggak mampu," kata Aries usai Penandatangan Pakta Integritas di Surabaya, Jumat (21/7/2023).
Sesuai struk pembelian paket seragam yang dia terima, biaya Rp 2,3 juta yang dia keluarkan itu untuk sejumlah jenis barang berikut ini:
- 1 stel kain seragam abu-abu putih Rp 359.400
- 1 stel kain seragam pramuka Rp 315.850
- 1 stel kain seragam batik Rp 383.200
- 1 stel kain seragam khas Rp 440.550
- 1 item jas almamater Rp 185.000
- 1 kaus olahraga Rp 130.000
- 1 ikat pinggang Rp 36.000
- 1 tas sekolah Rp 210.000
- 1 atribut sekolah Rp 140.000
- 1 jilbab Rp 160.000.
Berita selengkapnya dapat dibaca di sini
Simak Video " Video: Perhatikan Hal Ini Sebelum Beli Seragam Sekolah Anak"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/fat)