.webp)
Wali Kota Blitar Santoso menanggapi soal sakit hati mantan Wali Kota Samanhudi Anwar di balik perampokan rumah dinas. Santoso mengaku tetap akan berpegang pada hukum yang berlaku.
"Tidak (unsur dendam atau sakit hati). Saya melihat ini adalah sebuah permasalahan yang saya berharap bisa dilihat dari kacamata hukum, bukan dari sisi lain. Tentang kebenaran dalam mengungkap fakta yang terjadi, yang saya alami beserta istri," kata Santoso kepada detikJatim, Jumat (21/7/2023).
Menurutnya, banyak orang yang menafsirkan peristiwa perampokan tersebut dari beragam sudut pandang. Termasuk, adanya anggapan bahwa perampokan terjadi karena bentuk dendam politik yang disampaikan Samanhudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, saya melihat ini dari sisi hukum, karena bisa saja banyak orang menafsirkan sesuai penafsiran masing-masing. Tapi tetap saya meliat dari kacamata hukum," tegasnya.
Santoso berharap proses persidangan dapat berjalan adil dan berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Sehingga, pihak-pihak yang terbukti bersalah di persidangan mendapatkan hukuman yang setimpal.
"Seberapa jauh, seberapa besar, kesalahan sehingga nanti ketika dia (Samanhudi dan pelaku lainnya) melakukan sebuah kesalahan. Ya tentunya akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku," pungkasnya.
Diketahui, mantan Wali Kota Blitar Muhamad Samanhudi Anwar menjalani sidang perdana secara daring. Samanhudi terlibat perampokan rumah dinas (rumdin) Wali Kota Blitar, Kamis (20/7).
Dalam pembacaan dakwaan oleh JPU, Samanhudi mengaku dipenjara karena kasus korupsi yang diduga dilaporkan oleh Santoso. Sehingga, hal itu membuat dia sakit hati hingga diduga menjadi otak perampokan rumah dinas.
(hil/dte)
