Saksi Bisu Pertempuran 10 November yang Terlupakan dan Memprihatinkan

Urban Legend

Saksi Bisu Pertempuran 10 November yang Terlupakan dan Memprihatinkan

Suparno - detikJatim
Kamis, 24 Nov 2022 15:57 WIB
Di Sidoarjo ada Markas Besar Oelama (MBO). Tempat ini disebut-sebut sebagai salah satu saksi bisu Pertempuran 10 November 1945.
Foto: Suparno/detikJatim
Surabaya -

Markas Besar Oelama (MBO) disebut sebagai salah satu saksi bisu Pertempuran 10 November 1945. Kini, kondisi MBO sungguh memprihatinkan.

MBO berada di Jalan Letjen Sutoyo Gang Satria, Desa Kedungrejo, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Pantauan detikJatim di lokasi, bangunannya sudah lapuk dimakan usia.

Bangunan MBO berukuran 15 x 8 meter. Temboknya mengelupas, sehingga bata merahnya terlihat jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagian depan terdiri dari dua lantai. Dulu, lantai bawah digunakan sebagai tempat menyusun strategi perang. Sedangkan lantai dua digunakan untuk salat.

Lantai dua terbuat dari kayu. Sehingga saat ini sudah tidak bisa ditapaki karena sudah lapuk dan rawan ambrol. Bagian belakang seperti dapur dan kamar mandi juga sudah tak bisa digunakan.

ADVERTISEMENT

"Rumah ini merupakan rumah yang bersejarah, pernah dibuat pertemuan para kiai untuk melawan penjajahan. Namun kini kondisinya sangat memprihatinkan," kata penjaga MBO, Ahmad Ghozali kepada detikJatim, Kamis (24/11/2022).

Ghozali merupakan orang keempat yang menjaga MBO, setelah ayah, ibu dan kakaknya. Menurutnya, bangunan setinggi tujuh meter itu sempat akan dijual kepada warga keturunan Arab, Mat Alwi.

Di Sidoarjo ada Markas Besar Oelama (MBO). Tempat ini disebut-sebut sebagai salah satu saksi bisu Pertempuran 10 November 1945.Bagian dalam Markas Besar Oelama (MBO) Foto: Suparno/detikJatim

Awalnya, rumah itu disewakan. Lalu ketika akan dijual, kabar tersebut sampai ke telinga KH Asep Saifuddin Chalim. Ia merupakan anak bungsu dari KH Abdul Chalim, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Majalengka.

"Kiai Asep itu kan orang NU (Nahdlatul Ulama), jadi ketika tahu kabar akan dibeli Mat Alwi, akhirnya langsung dibeli oleh Kiai Asep," papar Ghozali.

MBO dibangun pada 1927. Saat hujan deras mengguyur, banjir tak dapat dihindari. Bahkan sering sampai selutut kaki orang dewasa.

"Saya harap ada bantuan dari Pemkab Sidoarjo untuk melakukan renovasi, karena bangunan ini bersejarah. Kadang kalau banjir air masuk ruangan dengan ketinggian 50 cm," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, MBO disebut sebagai salah satu saksi bisu Pertempuran 10 November 1945. Waktu itu, kiai-kiai sepuh berkumpul membahas dan menyusun strategi perang melawan Sekutu di MBO.

"Rumah ini pernah dijadikan pertemuan kiai seluruh Jawa Timur, yang dipimpin oleh KH Bisri Syansuri atas perintah KH Hasyim Asy'ari. Untuk membahas strategi perang melawan penjajah," jelas Ghozali.




(sun/iwd)


Hide Ads