Menilik Tol Buntung Saksi Bisu 19 Tahun Tragedi Lumpur Lapindo

Menilik Tol Buntung Saksi Bisu 19 Tahun Tragedi Lumpur Lapindo

Suparno - detikJatim
Senin, 26 Mei 2025 17:45 WIB
Dua pilar tol Buntung atau tol pedot
Dua pilar tol Buntung atau tol pedot (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo - Dua pilar beton berdiri kokoh di tengah jalan Porong lama. Bangunan itu dikenal warga dengan sebutan Tol Buntung atau Tol Pedot, yang menjadi saksi bisu dari tragedi semburan lumpur panas Lapindo yang terjadi hampir dua dekade silam.

Pilar-pilar tersebut dulunya merupakan bagian dari penyangga ruas Tol Porong-Gempol. Namun, semburan lumpur panas muncul dari sumur pengeboran milik PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo pada 29 Mei 2006.

Sejak saat itulah ruas jalan tol itu lumpuh total tidak berfungsi. Kini, hanya dua pilar itulah yang tersisa, mengingatkan warga pada bencana yang menenggelamkan 15 desa di tiga kecamatan: Porong, Tanggulangin, dan Jabon.

Awal Mula Tragedi

Semua bermula sehari setelah gempa besar mengguncang Sleman, Yogyakarta, pada 28 Mei 2006. Keesokan harinya, gas dan lumpur panas tiba-tiba menyembur dari tanah dekat sumur pengeboran Lapindo. Awalnya hanya menggenangi persawahan, tapi dalam hitungan hari meluas ke permukiman warga di Desa Kedungbendo, Renokenongo, Jatirejo, dan Kelurahan Siring.

Pihak Lapindo sempat membangun tanggul darurat untuk membendung lumpur yang terus menyembur. Namun, upaya itu tak bertahan lama. Jumat pagi, 11 Agustus 2006, tanggul di belakang Koramil Porong jebol. Warga panik, terutama ibu-ibu banyak yang histeris melihat rumah mereka mulai dibanjiri oleh lumpur panas.

Ledakan Pipa Gas, Korban Jiwa Berjatuhan

Belum habis kepanikan warga, dua bulan berselang bencana lain terjadi. Pada Rabu malam, 22 November 2006, pukul 20.20 WIB, pipa gas yang berada di bawah tanggul penahan lumpur meledak. Suaranya menggelegar. Ledakan itu membuat tanggul kembali jebol dan lumpur panas meluber ke jalan tol Porong-Gempol dengan ketinggian hingga 3 meter.

Tragedi ini menewaskan 7 orang dan melukai belasan lainnya. Ruas tol Porong-Gempol pun ditutup total dan tak pernah berfungsi lagi hingga hari ini.

Warga Terus Terlunta

Bencana ini menyisakan penderitaan mendalam. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, bahkan akses pendidikan. Lumpur merendam rumah, sekolah, tempat ibadah, dan pabrik. Di beberapa titik, lumpur bahkan menyembur dari lantai rumah warga.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mencatat, hingga tahun ke-19 pasca bencana, semburan lumpur telah menenggelamkan 15 desa di tiga kecamatan. Jalan tol yang lumpuh menyebabkan aktivitas ekonomi Jawa Timur terganggu berat kala itu.

Kini, 19 tahun telah berlalu. Lumpur masih menyembur, meski tidak sedahsyat dulu. Namun dua pilar tol buntung itu tetap berdiri kokoh, menjadi pengingat tragedi kemanusiaan yang belum sepenuhnya tuntas hingga kini.


(auh/hil)


Hide Ads