Tugu Kuning yang berada di Jalan Raya Porong Lama, tepatnya di titik 10 A, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, kini tinggal kenangan. Tugu yang dahulu berdiri kokoh sebagai penanda wilayah dan kebanggaan warga Siring, kini tampak miring dan nyaris tertimbun oleh tanggul penahan lumpur.
Sejak peristiwa semburan Lumpur Lapindo pada 29 Mei 2006, kawasan di sekitar Tugu Kuning mengalami perubahan drastis. Selain merusak infrastruktur dan merendam permukiman, lumpur panas juga mematikan denyut ekonomi yang pernah hidup di sekitar tugu tersebut.
"Dulu sebelum ada semburan lumpur, 2 Tugu Kuning itu berdiri kokoh. Bangunan itu merupakan simbol kejayaan warga Siring," kata Mursidi (61), tokoh masyarakat Kelurahan Siring, kepada detikJatim yang saat ini sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci, Senin (26/5/2025)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, banyak pengemudi dan penumpang angkutan umum yang menjadikan Tugu Kuning sebagai patokan naik-turun kendaraan, terutama sebelum dan sesudah memasuki Tol Porong-Gempol.
Tugu Kuning bukan sekadar penanda geografis. Sebelum lumpur menelan kawasan itu, tugu ini dikenal luas sebagai titik awal berbagai aktivitas masyarakat. Deretan pedagang kaki lima pernah meramaikan jalanan di sekitarnya, menjadikannya pusat aktivitas ekonomi warga.
Lebih dari itu, Tugu Kuning juga menyimpan nilai sejarah penting. Ia pernah menjadi titik peringatan bagi perjuangan Marsinah, tokoh buruh perempuan asal Nganjuk yang gugur demi membela hak-hak pekerja. Sejumlah sumber menyebutkan, Tugu Kuning kerap dijadikan lokasi berkumpul dalam rangkaian kegiatan mengenang perjuangan buruh.
Namun, bukan hanya kisah sejarah dan sosial yang melekat. Tugu Kuning juga dikenal dengan nuansa mistis yang menyelimutinya. Warga sekitar kerap mengisahkan penampakan sosok berpakaian serba putih, serta seringnya terjadi kecelakaan yang tragis di sekitar area tersebut, baik di jalur lalu lintas maupun rel kereta api.
Kini, kondisi Tugu Kuning memprihatinkan. Warga berharap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo turun tangan membangun kembali ikon yang pernah menjadi simbol kebanggaan wilayah selatan Sidoarjo itu.
Pantauan detikJatim dari atas tanggul penahan lumpur, kondisi 2 tugu kuning masih terlihat kokoh. Namun keberadaan tugu kuning saat ini di bawah tanggul penahan lumpur, serta dipenuhi dengan rerumputan liar sehingga hanya terlihat bagian atasnya tugu.
"Kalau bisa dibangun kembali. Tugu Kuning itu bukan hanya simbol, tapi juga sejarah kami, atau sejarah Kelurahan Siring," imbuh Mursidi.
Tugu Kuning di Porong tak hanya menjadi saksi bisu tragedi nasional, namun juga potret sejarah lokal yang sarat makna dan emosi bagi warganya.
"Harapannya tugu kuning itu suatu sebuah simbol dari desa Siring kalau tugu kuning itu sudah tidak ada maka tidak ada lagi tonggak sejarahnya Kelurahan Siring karena menurut kami warga Siring Tugu Kuning itu merupakan simbol daripada Kelurahan Siring," pungkas Mursidi.
(auh/hil)