Kisah Pertempuran Airlangga Lawan Raja Wengker dan Ratu Raksasa

Kisah Pertempuran Airlangga Lawan Raja Wengker dan Ratu Raksasa

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 18 Nov 2022 16:36 WIB
Prasasti Pucangan
Situs Jolotundo Penanggungan, salah satu tempat yang dipercaya sebagai lokasi penemuan Prasasti Pucangan. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Kisah Airlangga, pewaris tahta Medang Kamulan sekaligus pendiri Kahuripan tertuang dalam Prasasti Pucangan. Sejarah penting yang tercatat di Prasasti Pucangan itu adalah peperangan Airlangga menumpas semua musuhnya selama 18 tahun. Salah satunya saat Airlangga berhadapan melawan seorang ratu kuat bak raksasa.

Peneliti Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi, Sastra, dan Bahasa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Titi Surti Nastiti mengatakan, Prasasti Pucangan Sansekerta yang dibuat 1037 masehi juga mengisahkan pengangkatan Airlangga sebagai Raja Medang Kamulan. Ia menggantikan Dharmawangsa Teguh yang tewas dalam penyerbuan Raja Wurawari tahun 1016 masehi. Ketika itu ia menikahi putri Dharmawangsa, Galuh Sekar.

"Airlangga kemudian didatangi rakyat yang dipimpin oleh para brahmana, mereka meminta agar Airlangga bersedia menjadi raja," kata Titi kepada detikJatim, Kamis (17/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bait-bait berikutnya di Prasasti Pucangan Sansekerta, lanjut Titi, menguraikan beberapa pertempuran yang dimenangkan Airlangga. Pendiri Kerajaan Kahuripan atau Panjalu ini berhasil menduduki tahta dengan meletakkan kakinya di atas kepala semua musuhnya tahun 959 saka atau 1037 masehi.

"Selanjutnya disebutkan juga bahwa Airlangga mendirikan sebuah pertapaan di Pugawat sebagai tanda terima kasihnya kepada para dewa," terangnya.

ADVERTISEMENT

Vernika Hapri Witasari dalam skripsinya tahun 2009 berjudul 'Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka: Suatu Kajian Ulang' memaparkan lebih rinci perjuangan Airlangga menumpas semua musuhnya. Berawal dari peristiwa Pralaya tahun 1016 ketika Raja Wurawari dari Banyumas, Jateng menghancurkan Kerajaan Medang Kamulan di Madiun. Pralaya menewaskan banyak petinggi kerajaan, termasuk Raja Dharmawangsa Teguh.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid) Foto: Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)

Airlangga harus menyelamatkan diri ke hutan bersama abdinya, Narottama. Tiga tahun setelah menyiapkan fisik dan rohaninya, Airlangga diangkat menjadi raja dan bertekad membalas dendam. Ia menyerang Raja Wurawari yang menyerang habis kerajaan leluhurnya, Medang Kamulan.

Sebagai informasi, Airlangga merupakan keturunan Mpu Sindok, pendiri Medang Kamulan di Jatim sekaligus Wangsa Isana. Ketika diangkat menjadi raja, ia mendirikan Kerajaan Kahuripan atau Panjalu. Ibu kotanya semula di Watas Mas, lalu pindah ke Daha.

"Raja Airlangga pun menyerang raja Wurawari yang telah memporakporandakan kerajaan leluhurnya dahulu, hingga kekuatan Raja Wengker yang dua kali menyerang sang raja. Di sini terlihat lah musuh-musuh yang hebat pun sanggup dikalahkan oleh raja Airlangga demi ketenteraman negaranya," jelasnya.

Saat Raja Airlangga menyerang Raja Wengker di Madiun. Baca halaman selanjutnya.

Airlangga Hadapi 2 Raja Sekaligus pada Tahun yang Sama

Berdasarkan data dari Prasasti Pucangan Jawa Kuno dan Sansekerta, lanjut Vernika, Airlangga dengan kekuatan tentara yang sangat besar menyerang Raja Wengker atau Panuda di Madiun tahun 952 saka atau 1030 masehi. Tak lama kemudian, Airlangga juga menaklukkan putra Raja Panuda dengan membakar rumahnya di Lewa sampai tak tersisa. Setahun kemudian, 953 saka atau 1031 masehi, Airlangga membakar kota-kota Raja Wengker.

"Hal tersebut menjelaskan bahwa pada saat kediamannya terbakar di Lewa, raja tersebut masih hidup dan sempat melarikan diri atau bersembunyi di kota-kotanya. Setelah mendengar kabar bahwa raja tersebut masih hidup, Airlangga kembali menyerang dengan mencarinya di setiap kota-kotanya, terus mencari hingga berhasil mengalahkan mereka di Galuh dan Barat tahun 953 saka," ujarnya.

Sayangnya, Prasasti Pucangan tak menjelaskan Raja Wengker berhasil dibunuh atau sekadar ditahan. Sebab, prasasti ini juga menjelaskan Wengker lantas menyerang kekuasaan Airlangga. Raja Wengker tersebut bernama Wijayawarmma. Di Prasasti Pucangan Sansekerta disebutkan Airlangga membalas serangan Wijayawarmma dengan kekuatan besar tahun 957 saka atau 1035 masehi.

Sedangkan Prasasti Pucangan Jawa Kuno menjelaskan Airlangga sukses menaklukkan Wijayawarmma di Tapa tahun 957 saka. Sehingga, Wijayawarmma kabur ke desa yang sulit dijangkau pasukan Airlangga meninggalkan putra, permaisuri, kekayaan dan berbagai jenis kendaraan. Baru tahun 959 saka atau 1037 masehi Wijayawarmma berhasil dikalahkan di Sarasa. Perang yang dijalani Airlangga selama 18 tahun pun berakhir.

"Secara singkat tokoh yang dijelaskan maupun tahun penyerangannya berjalan sama. Ini memperkuat bahwa Raja Wengker yang dimaksud dalam Prasasti Pucangan Jawa Kuno adalah raja yang bernama Wijayawarmma," ungkapnya.

Ketika berperang dengan Wengker, terang Vernika, Airlangga juga menghadapi ratu seperti raksasa. Di bait ke-26 Prasasti Pucangan Sansekerta disebutkan ada seorang wanita yang sangat kuat seperti raksasa. Segala sesuatu tentang wanita ini penuh ketakutan dan kekuatan jahat.

"Kemungkinan pada tahun yang sama tersebut Raja Airlangga menghadapi dua raja sekaligus (satu wanita), yang raja wanita tersebut tidak dikenal dalam prasasti maupun naskah," tandasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Airlangga soal Diskon Tarif Trump: Kita Harap Dapat Lebih dari Vietnam"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)


Hide Ads