Prasasti Pucangan Menguak Silsilah Airlangga Turunan Mataram Kuno dan Bali

Prasasti Pucangan Menguak Silsilah Airlangga Turunan Mataram Kuno dan Bali

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 17 Nov 2022 13:22 WIB
Lokasi prasasti pucangan
Salah satu tempat yang disinyalir jadi lokasi penemuan Prasasti Pucangan di Petirtaan Jolotundo Gunung Penanggungan. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Prasasti Pucangan dibuat Airlangga sebagai sarana untuk melegitimasi kekuasaannya 1019-1043 masehi. Salah satunya berupa silsilah keluarga Airlangga yang dideskripsikan di prasasti tersebut. Pendiri Kerajaan Kahuripan ini ternyata keturunan Wangsa Isana dari Mataram Kuno dan Wangsa Warmadewa di Bali.

Silsilah Airlangga dijelaskan panjang lebar dalam skripsi tahun 2009 karya Vernika Hapri Witasari, mahasiswa Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI). Dalam karya ilmiah berjudul 'Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka: Suatu Kajian Ulang', Vernika menjelaskan silsilah keluarga Airlangga dimulai dari Mpu Sindok atau Sri Isanawikramma Dharmmotunggadewa. Mpu Sindok merupakan Raja Medang Kamulan dari Mataram Kuno yang berkuasa di Jatim 929-947 masehi.

Permaisuri Mpu Sindok adalah Rakryan Binihaji Sri Prameswari Dyah Kebi, putri pejabat tinggi kerajaan bernama Rakryan Bawang. Mpu Sindok dan Prameswari mempunyai putri bernama Sri Isana Tunggawijaya. Nama Tunggawijaya disebutkan dalam Prasasti Pucangan Sansekerta baris ke-6. Ia sempat memerintah Kerajaan Medang Kamulan menggantikan ayahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tunggawijaya memerintah Kerajaan Medang Kamulan tahun 1947 masehi. Selanjutnya, Tunggawijaya menikah dengan Sri Lokapala, bangsawan asal Bali.

"Di Prasasti Pucangan Sansekerta dijelaskan pula bahwa Sri Lokapala memerintah kerajaan tersebut. Jadi, kemungkinan tahta kerajaan yang sebelumnya sempat dipegang Isana Tunggawijaya beralih ke Sri Lokapala setelah mereka menikah. Disebutkan dalam prasasti Pucangan Sansekerta bait ke-7 'putraḥ prabhur bhūbhujām' atau seorang anak laki-laki yang unggul yang memerintah bumi," jelas Vernika dalam skripsinya yang dikutip detikJatim, Kamis (17/11/2022).

ADVERTISEMENT
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid) Foto: Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan prasasti Pucangan (dok. Instagram Hilmarfarid)

Pernikahan Sri Lokapala dengan Sri Isana Tunggawijaya melahirkan putra mahkota bernama Sri Mangkutawangsawarddhana. Di Prasasti Pucangan Sansekerta baris ke-9 Mangkuta disebut sebagai pemimpin para manusia yang tidak dapat dibandingkan dari Dinasti Isana. Cucu Mpu Sindok tersebut memerintah sampai 991 masehi. Ia mempunyai putri bernama Mahendradatta atau Gunapriyadharmmapatni.

Menurut Vernika, Mahendradatta menikah dengan Udayana, raja dari Wangsa Warmadewa di Bali bergelar Sri Dharmadayana Warmadewa. Pernikahan mereka melahirkan Airlangga. Ketika Udayana dan Mahendradatta berkuasa di Bali, Medang Kamulan dipimpin saudara sepupu Mahendradatta, Dharmawangsa Teguh. Dharmawangsa merupakan raja terakhir Medang periode Jatim yang memerintah 991-1016 masehi.

"Nama Dharmawangsa Teguh tercantum pada bait ke-13 Prasasti Pucangan Sansekerta. Pada kata sambandhinā yang berarti saudara sepupu. Jelas menunjukkan raja Airlangga adalah anak dari Mahendradatta, saudara Dharmawangsa Teguh," terangnya.

Merujuk data Prasasti Raja Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu dari Ponorogo tahun 1126 saka atau 1024 masehi, Dharmawangsa Teguh bergelar Abhiseka sebagai Raja Sri Isana DharmmawangΕ›a Teguh Anantawikramottunggadewa. Unsur Isana dalam gelar tersebut menjadi bukti Dharmawangsa keturunan Mpu Sindok.

Menguak hubungan Airlangga dengan Dharmawangsa. Baca halaman selanjutnya.

Airlangga Keturunan Medang Kamulan Wangsa Isana dengan Wangsa Warmadewa

Vernika memperkirakan Dharmawangsa adalah putra Makut awangsawarddhana, saudara Mahendradatta. Ia mewarisi tahta Medang Kamulan dari ayahnya.

Dengan demikian, Dharmawangsa merupakan keponakan ibu kandung Airlangga. Sehingga, hubungan Airlanggan dengan Dharmawangsa adalah saudara sepupu.

"Jelas lah bila Airlangga disebut saudara sepupu raja dan menggunakan nama Dharmmawangsa Airlangga seperti yang disebutkan dalam prasasti-prasastinya, termasuk Prasasti Pucangan Jawa Kuno," cetusnya.

Yori Akbar Setiyawan dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) mempunyai pendapat lain. Dalam penelitiannya berjudul 'Latar Belakang Penetapan Sima Bagi Pertapaan pada Masa Pemerintahan Airlangga 1019-1043 Masehi', ia menjelaskan, Airlangga putra pasangan Dharmodayana atau Udayana dan Mahendradatta. Ayahnya putra mahkota Wangsa Warmadewa di Bali.

"Hubungan antara ibunda Airlangga yaitu Gunapriyadharmapatni dengan Dharmawangsa Teguh adalah saudara sepupu," cetusnya.

Terlepas dari silang pendapat para peneliti tersebut, sudah jelas bahwa Airlangga keturunan Mataram Kuno atau Medang Kamulan Wangsa Isana dengan penguasa Bali dari Wangsa Warmadewa. Hubungan dua kekuasaan besar itu terus terjalin selama Airlangga berkuasa 1019-1043 masehi untuk meneruskan tahta Medang Kamulan dengan mendirikan Kahuripan.

Hal tersebut juga dijelaskan di dalam penelitian Ida Bagus Sapta Jaya dari Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana berjudul 'Pemerintahan Keluarga Warmadewa di Bali Serta Hubungannya Dengan Jawa Timur'. Menurutnya, Airlangga mempunyai seorang putri bernama Sanggramawijaya. Namun, Sanggramawijaya enggan mewarisi kekuasaan ayahnya karena lebih memilih menjadi pertapa.

Keputusan Sanggramawijaya justru menempatkan Airlangga di posisi sulit. Sebab, ia khawatir singgasana raja menjadi rebutan 2 putranya. Sehingga, tahun 1041 masehi, Airlangga memutuskan membagi wilayah kekuasaannya di Jatim menjadi dua. Ia lebih dulu mengutus Mpu Bharada ke Bali agar salah seorang putranya menjadi raja di Bali.

"Tetapi rencana ini ditolak oleh Mpu Kuturan. Oleh karena demikian, maka Airlangga menyuruh Empu Bharada memutuskan batas-batas antara bagian Jenggala (Koripan) dan bagian Kediri," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(abq/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads