Sosok Bhre Wengker, Raja Berpengaruh dalam Sejarah Majapahit

Sosok Bhre Wengker, Raja Berpengaruh dalam Sejarah Majapahit

Irma Budiarti - detikJatim
Selasa, 27 Mei 2025 07:00 WIB
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim meyakini, gerbang istana Bhre Wengker, Paman Raja Majapahit Hayam Wuruk di Situs Kumitir, Mojokerto dibangun megah. Mereka mendapatkan temuan baru terkait teknik pembangunan gerbang pada masa lalu.
Arkeolog BPCB Jatim meyakini gerbang istana Bhre Wengker, paman Raja Majapahit Hayam Wuruk di Situs Kumitir Mojokerto dibangun megah. Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Mojokerto -

BhreWengker, atau yang bernama asli Raden Kudamerta, merupakan sosok penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Ia dikenal sebagai pendiri Kerajaan Wengker yang berpusat di wilayah Ponorogo dan menempati posisi strategis dalam struktur pemerintahan Majapahit.

Selain perannya sebagai raja bawahan, Bhre Wengker termasuk anggota Dewan Sapta Prabu, yang menjadi dewan pertimbangan tertinggi kerajaan, serta terlibat langsung dalam pengangkatan Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1364 M.

Selain kiprahnya di pemerintahan pusat Majapahit, Bhre Wengker juga memiliki warisan berupa Istana Timur Majapahit, yang diyakini berada di Situs Kumitir Mojokerto. Istana megah ini menjadi simbol kekuasaan sekaligus tempat Bhre Wengker dan istrinya, Bhre Daha, menjalankan fungsi pemerintahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tempat ini juga mereka menjaga keseimbangan politik antara Tribhuwana Tunggadewi dan keluarga kerajaan setelah wafatnya Raja Jayanegara. Penemuan arkeologis yang menguatkan keberadaan istana ini menunjukkan bahwa Bhre Wengker bukan hanya tokoh lokal, tetapi bagian integral dari dinamika politik dan budaya Majapahit.

Sosok Bhre Wengker

Bhre Wengker, yang memiliki nama asli Raden Kudamerta atau dikenal dengan gelar Wijayarajasa, merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Ia dikenal sebagai pendiri Kerajaan Wengker yang diyakini berpusat di wilayah yang kini menjadi Kecamatan Sambit dan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

Raden Kudamerta menikahi Dyah Wiyat, putri bungsu Raden Wijaya dan Gayatri (Rajapatni), yang bergelar Rajadewi Maharajasa Bhre Daha. Pernikahan ini menjadikan Bhre Wengker sebagai paman, sekaligus mertua dari Raja Hayam Wuruk, karena putri dari pernikahan mereka, Rajasaduhita Indudewi, dikenal sebagai Bhre Lasem.

Sebagai bagian dari keluarga inti kerajaan, Bhre Wengker memegang peranan penting dalam struktur pemerintahan Majapahit. Ia menjadi anggota Dewan Sapta Prabu, sebuah dewan pertimbangan agung yang terdiri dari anggota keluarga kerajaan, sejak tahun 1351 M.

Dalam kapasitas ini, Bhre Wengker terlibat dalam pengambilan keputusan penting, termasuk dalam peristiwa pengangkatan Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1364 M. Perang Bubat pada tahun 1357 M merupakan salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Majapahit, yang melibatkan bentrokan antara pasukan Majapahit dan rombongan kerajaan Sunda.

Dalam peristiwa ini, Bhre Wengker disebut-sebut sebagai salah satu tokoh yang mengambil tindakan tegas terhadap Mahapatih Gajah Mada atas insiden tersebut. Kerajaan Wengker, yang didirikan Bhre Wengker merupakan kerajaan bawahan Majapahit yang memiliki otonomi dalam wilayahnya.

Wilayah kerajaan ini dikenal dengan topografinya yang sulit dijangkau, dikelilingi pegunungan seperti Gunung Wilis dan Gunung Lawu. Meskipun peran Bhre Wengker lebih dominan di Majapahit, Kerajaan Wengker tetap memiliki kontribusi budaya, seperti kesenian Reog yang berkembang di wilayah tersebut.

Bhre Wengker atau Raden Kudamerta adalah sosok yang memainkan peran strategis dalam sejarah Majapahit, baik melalui hubungan kekeluargaan maupun kontribusinya dalam pemerintahan. Sebagai pendiri Kerajaan Wengker dan anggota Dewan Sapta Prabu, ia turut membentuk dinamika politik dan budaya pada masa kejayaan Majapahit.

Istana Timur Majapahit dan Peran Bhre Wengker

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian arkeologi di Situs Kumitir Mojokerto, mengungkapkan sisa-sisa bangunan megah yang diyakini sebagai Istana Timur Majapahit. Berdasarkan hipotesis yang diperkuat Kitab Nagarakertagama dan peta rekonstruksi arkeolog Belanda, situs ini diduga sebagai bekas istana Bhre Wengker dan Bhre Daha.

Istana ini diyakini dibangun pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M), tepat setelah wafatnya Jayanegara. Tujuan pembangunan dua istana, barat dan timur, adalah meredam potensi konflik suksesi antara Tribhuwana dan adiknya, Bhre Daha.

Tribhuwana Tunggadewi menempati istana barat, sedangkan Bhre Daha dan Bhre Wengker menempati istana timur. Di kompleks istana timur itulah Bhre Wengker juga membangun tempat pendarmaan Mahesa Cempaka, seorang raja bawahan dari era Singosari.

Hasil ekskavasi di Situs Kumitir menunjukkan tata ruang yang tertata rapi dengan fondasi bangunan berbahan bata merah dan batu besar (boulder). Fondasi yang ditemukan seluas 20 x 26 meter, dikelilingi pagar berdimensi 316 x 203 meter dengan luas total mencapai 64.148 m².

Struktur ini mencerminkan kemegahan dan kekuasaan politik Bhre Wengker sebagai bangsawan tinggi Majapahit. Adanya artefak, tata ruang istana, dan gerbang benteng juga menunjukkan bahwa kawasan ini bukan hanya hunian, tetapi pusat kegiatan pemerintahan dan upacara keagamaan.

Walaupun tidak banyak catatan tentang aktivitas Bhre Wengker di Wengker itu sendiri, kiprahnya di Majapahit cukup dominan. Ia adalah bagian dari elite kerajaan yang turut menentukan arah politik dan stabilitas dinasti Majapahit, terutama di masa transisi dan ekspansi.

Kini, warisan sejarah itu tersisa dalam bentuk situs arkeologi yang menyimpan banyak misteri, termasuk penemuan lima kerangka manusia di lokasi yang diduga bagian dari bekas Istana Timur Majapahit.




(auh/irb)


Hide Ads