Ekspedisi JawaDwipa Juga Teliti Mitigasi Bencana di Balik Mantra-Doa Kuno

Ekspedisi JawaDwipa Juga Teliti Mitigasi Bencana di Balik Mantra-Doa Kuno

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 02:02 WIB
Paparan dalam bincang bencana road to Ekspedisi JawaDwipa via Zoom.
Bincang bencana Ekspedisi JawaDwipa. (Foto: tangkapan layar/detikJatim)
Surabaya - Ahli Sejarah Universitas Negeri Malang Rakai Hino mengatakan selain gempa dan banjir, mitigasi bencana kebakaran dan bencana lainnya terdapat di dalam relief atau prasasti di candi era kerajaan. Hanya saja penyebabnya biasanya bukan karena alam.

"Penyebabnya biasanya bukan karena alam. Di (Candi) Penataran ada relief Ramayana ketika Hanoman membakar. Faktanya itu bisa kita dapat di prasasti dan artefaktual dengan melakukan uji karbon, salah satunya dengan Prasasti Rukam," kata Rakai di bincang bencana road to Ekspedisi JawaDwipa via Zoom, Sabtu (11/10/2022).

Rakai pun mengapresiasi upaya SKALA, DisasterChannel, hingga para ahli geologi yang menginisiasi susur sejarah bertajuk Ekspedisi JawaDwipa. Peserta ekspedisi itu akan mempelajari mitigasi bencana dari sejarah terdahulu, baik relief, prasasti, hingga artefak.

Ia pun menganjurkan agar ilmu dan hasil yang diperoleh disinkronkan dengan metode dan upaya dari BMKG berdasarkan keilmuan lokal. Dengan demikian mitigasi bencana bisa menjadi lebih maksimal dan tepat sasaran.

"Biasanya, orang-orang berkeyakinan lokal suatu daerah itulah yang ada transformasi ilmu dari nenek moyang secara turun temurun. Contoh, kasus suku Aborigin di Australia, saat dia menceritakan batas tanah itu sertifikatnya lewat nyanyian," ujarnya.

"Nah, itu juga ada di nenek moyang kita. Salah satunya yang berkeyakinan Hindu di Bali. Mereka mempelajari sastra dan menghormati alam manusia dan kedewaan, ada perhitungan-perhitungan hari, dengan perhitungan hari ini mereka membuat ciri khas astronomi dan harusnya itu yang ditransformasikan ke kita agar terhindar dari bencana alam. Cuma untuk runtutan penanggalan itu pernah dikaji," lanjutnya.

Ketika ada susur gunung atau laut, kerap ada mantra-mantra dan doa lokal yang selalu disematkan. Rakai ingin para pihak yang ada di sekitarnya bisa mendokumentasikan melalui video dan suara.

"Dengan begitu, bisa kita cari bagaimana cara mitigasinya dan bisa tuangkan itu ke ilmu sains," tuturnya.

Hal senada disampaikan Dosen Teknik Geofisika ITS Dr Ir Amien Widodo. Menurutnya, bumi telah berproses lama, sedangkan manusia baru 2 juta tahun lalu. Artinya, semua kejadian geologis selalu terjadi.

Oleh karena itu, ketika muncul kearifan lokal, ia ingin masyarakat menggali bersama-sama. Bahkan, ia ingin agar mitigasi bencana benar-benar sesuai dan tepat, terlebih belajar dari gempa 10 April dan 19 Mei 2021 silam.

"Saat itu ada korban dan kerusakan, karena membangunnya tidak memenuhi standar baku seperti di buku. Misalnya, tiang penyangga diisi paralon dan tidak kuat, cara menyambungnya juga salah. Lalu, gempa di Jogja 2006, mereka tidak merubah rumah dan mereka terbunuh karena rumahnya, sehingga banyak korban. Kenapa kok nggak belajar dari pengalaman itu? Malah Mei 2021 juga banyak gempa di Jatim dan mengkhawatirkan," katanya.

Tak hanya itu, ia menegaskan candi Prambanan pada 1800an juga hancur karena gempa. Pun dengan Candi Sari di Jogja yang juga tertutup dengan letusan gunung berapi dari Merapi.

Di Jatim sendiri, lanjut Widodo, pada 1311 silam ada beragam kejadian bencana alam. Lalu, banyak orang yang mendekati gunung berapi. Padahal, zaman dulu sempat membunuh masyarakat di sekitar. Meski begitu, ia merasa hal itu sudah menjadi takdir bagi warga Indonesia untuk hidup di tengah bencana. Namun, bukan berarti bisa dihindari atau diminimalisasi.

"Takdir Indonesia, bencana alam yang ada ya sudah begini dan kita harus beradaptasi, apalagi didesak dengan 3 lempeng (Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik) di bawah Indonesia, ada tumpukan seperti triplek papan baja dan cor-coran, sepanjang ini lah terjadi pergeseran dan terjadi gempa setiap detik pada seismograf, karena ini bergerak 7 cm per tahun," tutupnya.


(dpe/iwd)


Hide Ads