Asal-usul Nama Banyuwangi dan Sejarah yang Menyertai

Asal-usul Nama Banyuwangi dan Sejarah yang Menyertai

Dina Rahmawati - detikJatim
Kamis, 22 Sep 2022 00:45 WIB
Taman Blambangan
Taman Blambangan/Foto: Putri Akmal
Banyuwangi -

Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur. Luasnya sekitar 5.782,50 km2. Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa.

Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Bagian timur berbatasan dengan Selat Bali. Bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso.

Daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi berupa pegunungan dan menjadi daerah penghasil produk perkebunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara wilayah dataran rendah menyimpan berbagai potensi produk pertanian serta biota laut. Yuk, ketahui asal-usul dan sejarah Kabupaten Banyuwangi!

Asal-usul Nama Banyuwangi

Mengutip dari laman resmi Kabupaten Banyuwangi, wilayah ini dulu dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya, Prabu Sulahkromo dibantu oleh seorang patih yang gagah, berani, dan bijaksana bernama Patih Sidopekso.

ADVERTISEMENT

Patih Sidopekso memiliki seorang istri yang cantik dan baik hati. Namanya adalah Sri Tanjung. Rupanya, Prabu Sulahkromo jatuh hati kepada Sri Tanjung. Prabu Sulahkromo pun berusaha untuk menaklukkan hati Sri Tanjung dengan berbagai cara.

Suatu hari, Prabu Sulahkromo memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan sebuah tugas. Patih Sidopekso berangkat untuk menjalankan perintah Prabu Sulahkromo tanpa ada rasa curiga.

Sepeninggal Patih Sidopekso, Prabu Sulahkromo melancarkan aksinya untuk merayu Sri Tanjung. Namun, Sri Tanjung tetap teguh pada pendiriannya sebagai istri yang selalu berbakti kepada suami. Prabu Sulahkromo merasa marah lantaran cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.

Ketika Patih Sidopekso kembali, Prabu Sulahkromo bercerita jika Sri Tanjung telah mendatangi dan merayunya tanpa sepengetahuan Patih Sidopekso. Tanpa berpikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh amarah dan tuduhan yang tidak beralasan.

Namun, pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur tidak membuat hati Patih Sidopekso luluh. Patih Sidopekso justru semakin marah dan mengancam akan membunuh istrinya.

Patih Sidopekso menyeret Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Sebelum dibunuh oleh suaminya, Sri Tanjung punya permintaan terakhir.

Sri Tanjung meminta agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh tersebut. Jika darahnya membuat air sungai berbau busuk, maka Sri Tanjung telah berbuat kesalahan. Tetapi jika air sungai berbau harum, maka Sri Tanjung tidak bersalah.

Patih Sidopekso lalu menikam dada Sri Tanjung dengan keris. Sri Tanjung pun mengembuskan napas terakhir seketika. Patih Sidopekso segera menceburkan mayat Sri Tanjung ke sungai. Lama-kelamaan, sungai keruh menjadi jernih dan berbau wangi.

Patih Sidopekso terhuyung dan jatuh. Tanpa sadar, ia mengucapkan kata banyu dan wangi yang berarti air wangi. Dengan begitu, nama Banyuwangi tercipta sebagai bukti cinta seorang istri pada suaminya.

Sejarah Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Kerajaan Blambangan. Sejak masa pemerintahan Pangeran Tawang Alun (1655-1691) sampai Kerajaan Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum tertarik untuk memasuki dan mengelola wilayah Blambangan.

Pada 1743, Raja Mataram Pakubuwana II menyerahkan wilayah Blambangan kepada VOC. Namun, VOC masih menganggap wilayah Blambangan sebagai barang simpanan yang akan dikelola jika sudah diperlukan.

Kemudian, pada 1767 Inggris menjalin hubungan dagang dengan rakyat Blambangan dan mendirikan kantor dagang di bandar kecil Banyuwangi (Tirtaganda dan Tirtaarum). Mengetahui hal itu, VOC langsung bergerak untuk merebut dan mengamankan seluruh wilayah Blambangan.

Setelah berhasil merebut kembali wilayah Blambangan, VOC menunjuk Wilis yang merupakan saudara tiri dan mantan patih dari Pangeran Danuningrat, untuk memimpin wilayah Blambangan.

Namun, Wilis memanfaatkan posisinya sebagai penguasa untuk menghimpun kekuatan yang digunakan untuk menyerang VOC. Pemberontakan Wilis pun berlangsung selama setahun pada 1768.

Sepeninggal Wilis, VOC semakin berlaku sewenang-wenang kepada rakyat Blambangan. Bahan pangan dirampas, petani dipaksa menyerahkan hasil panen kepada Belanda, hingga kaum muda yang dipaksa bekerja tanpa upah.

Rakyat Blambangan kemudian berusaha menyelamatkan diri dengan pergi ke daerah bernama Bayu yang terletak di lereng Gunung Raung (sekarang Kecamatan Songgon, Banyuwangi). Di sana, rakyat Blambangan bertemu dengan salah satu pengikut Wilis yang bernama Jagapati.

Di bawah kepemimpinan Jagapati, rakyat Blambangan sepakat untuk melakukan perang puputan atau perang habis-habisan. Rakyat Blambangan maju ke medan tempur dengan membawa golok, keris, pedang, tombak, dan senjata api yang merupakan hasil rampasan dari tentara VOC.

Perang yang dikenal dengan nama Puputan Bayu itu berlangsung sejak awal Agustus 1771. Puncak peperangan terjadi pada 18 Desember 1771. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari lahir Kabupaten Banyuwangi.

VOC mengerahkan 10 ribu personel dilengkapi senjata yang canggih pada masa itu. Namun, serangan rakyat Blambangan yang mendadak membuat pasukan VOC terdesak. VOC kemudian mundur dan lari meninggalkan semua perlengkapan perang.

Dengan begitu, peperangan dimenangkan oleh pasukan Jagapati. Pemimpin VOC yang bernama Vaandrig Schaar dan Comet Tinne tewas di medan pertempuran.

Perkembangan Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi semakin gencar melakukan pembenahan di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, pariwisata, pertanian, UMKM, dan infrastruktur. Pembangunan di bidang infrastruktur dibuktikan dengan keberadaan Bandara Banyuwangi sebagai aksesabilitas masyarakat antardaerah.

Selain itu, Banyuwangi yang sebelumnya dikenal sebagai Kota Santet telah berubah menjadi Kota Wisata. Ini diperkuat dengan penghargaan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) yang telah diterima oleh Kabupaten Banyuwangi.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Keluarga TKI yang Tewas di Kamboja Diteror Penelepon Misterius"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)


Hide Ads