Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo dan Wonosobo di timur, Banjarnegara di utara, Cilacap dan Banyumas di barat, serta Samudera Hindia di selatan. Lalu bagaimana sejarah dan asal usul nama Kebumen yang terdengar cukup unik ini?
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kebumen memiliki luas wilayah sebesar 1.334 kmΒ². Wilayah ini juga memiliki garis pantai sepanjang 57,5 km yang terbentang dari Kecamatan Mirit hingga Ayah. Tidak heran jika Kebumen terkenal dengan wisata pantainya, seperti Menganti dan Sagara View.
Penasaran dengan sejarah dan asal-usul nama Kebumen, Lur? Mari kita simak informasi yang dihimpun dari laman Pemerintah Kecamatan Kuwarasan dan Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen serta Museum Ullen Sentalu berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Nama Kebumen
Nama Kebumen memiliki akar sejarah yang dalam dan berhubungan erat dengan tokoh-tokoh penting dari masa lalu. Awalnya, daerah ini dikenal dengan nama Panjer. Nama Kebumen sendiri muncul dari perubahan signifikan yang berkaitan dengan tokoh-tokoh bersejarah.
Salah satu tokoh utama dalam sejarah nama Kebumen adalah Pangeran Mangkubumi, seorang bangsawan dari Kerajaan Mataram. Pangeran Mangkubumi adalah adik Sultan Agung dan putra ketiga dari istri Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Karena perselisihan dengan raja, Pangeran Mangkubumi meninggalkan kerajaan dan menetap di desa Karang, mengubah namanya menjadi Kyai Bumi atau Kyai Bumi Dirjo.
Kyai Bumi atau Kyai Bumi Dirjo, menjadi tokoh sentral dalam sejarah Kebumen. Nama 'Kebumen' sendiri diyakini berasal dari kata 'Kabumian' yang berarti tempat Kyai Bumi Berada. Seiring dengan berjalannya waktu,'Kabumian' beralih menjadi 'Kebumen' yang kita kenal saat ini.
Sejarah Kebumen Secara Kronologis
Penasaran dengan sejarah Kabupaten Kebumen, detikers? Mari kita simak sejarahnya berdasarkan lini masa berikut ini!
1629
Kebumen, yang saat itu dikenal dengan nama Panjer, mencatatkan peran penting dalam sejarah Mataram. Kiai Bodronolo, seorang tokoh lokal, berperan dalam menyediakan dan mengumpulkan perbekalan untuk pasukan Sultan Agung dalam penyerangan terhadap Batavia.
Peristiwa ini menjadi salah satu tonggak sejarah yang menandai awal mula keberadaan Kebumen. Penetapan hari jadi Kabupaten Kebumen ditetapkan pada 21 Agustus 1629 sebagai peringatan atas kontribusi ini.
1677
Pangeran Mangkubumi (Pangeran Bumi Dirja), adik Sultan Agung, melarikan diri dari Kerajaan Mataram dan menetap di daerah ini. Ia kemudian dikenal sebagai Kyai Bumi, dan daerah tempat tinggalnya disebut 'kabumian', yang berasal dari nama Kyai Bumi. Nama ini lambat laun berkembang menjadi Kebumen karena lebih mudah diucapkan.
1755
Perjanjian Giyanti membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Wilayah Bagelen, termasuk Panjer (sekarang bagian dari Kebumen), menjadi wilayah mancagung yang berada di bawah kedua kerajaan tersebut. Kebumen, sebagai bagian dari Bagelen, terbagi antara Yogyakarta dan Surakarta.
1825-1830
Perang Jawa berlangsung, dan Kebumen menjadi bagian dari daerah kekuasaan Belanda di bawah Asisten Residen. Selama periode ini, Kebumen berada dalam Karesidenan Bagelen.
1901
Karesidenan Bagelen berganti nama menjadi Kedu. Dalam proses reorganisasi administrasi kolonial Belanda, beberapa kabupaten, termasuk Panjer, Ambal, dan Karanganyar, digabung menjadi satu kabupaten yang lebih besar yang dikenal sebagai Kebumen.
1935-1936
Tanggal 1 Januari 1936 ditetapkan sebagai hari jadi Kebumen berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 619. Namun, penetapan ini dianggap tidak mencerminkan semangat nasionalisme karena sarat dengan nuansa kolonialisme.
2018
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, hari jadi Kebumen diubah dan diperingati pada 21 Agustus, sebagai penghargaan atas peran Kiai Bodronolo dalam sejarah perjuangan melawan VOC Belanda pada 1629. Penetapan ini dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2018 untuk lebih mencerminkan semangat nasionalisme dan sejarah lokal.
(prf/ega)











































