Sebagai salah satu landmark Kabupaten Jombang, Bundaran Ringin Contong lekat dengan menara air peninggalan Belanda atau watertoren. Penamaan Ringin Contong konon tidak terkait sama sekali dengan keberadaan menara air tersebut.
Penelusur Sejarah Jombang dari Komunitas Pelestari Sejarah (KompaS) Moch Faisol mengatakan, Ringin Contong berasal dari 2 kata dalam Bahasa Jawa. Ringin berarti pohon beringin. Sedangkan Contong adalah wadah makanan berbentuk kerucut.
Kata ringin dipilih karena adanya beringin yang ditanam Bupati Jombang pertama, Raden Adipati Arya Soeradiningrat V pada 21 Oktober 1910. Penanaman beringin dilakukan untuk menandai berdirinya Pemerintah Kabupaten Jombang setelah berpisah dari Mojokerto pada zaman kolonial Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contong itu merujuk pada lahan yang menjorok dari jalan. Dulunya itu Jalan Surabaya - Madiun (Sekarang Jalan Gus Dur dan Jalan A Yani), tanahnya menjorok sehingga orang Jawa menyebutnya nyontong. Contong bukan merujuk pada bangunan tower air. Sebutan ringin contong sudah ada sebelum tower dibangun," kata Faisol kepada wartawan di tempat kerjanya, Jalan Airlangga, Jombang, Kamis (26/5/2022).
Faisol menjelaskan, beringin yang saat ini tumbuh di Bundaran Ringin Contong bukanlah pohon yang ditanam Bupati Jombang pertama. Menurutnya, penanaman ulang dilakukan karena beringin tumbang tahun 1964 dan 1989.
"Sebelum reformasi, pohon itu disakralkan masyarakat sehingga tak ada yang berani memangkas. Setelah ambruk dan ditanam ulang tahun 1989, beringin rutin dipangkas untuk mencegah roboh," jelasnya.
![]() |
Budayawan Jombang Nasrul Illah atau Cak Nas berpendapat, beringin sudah ada di lokasi yang kini menjadi Bundaran Ringin Contong sejak zaman kerajaan. Menurutnya, tempat ini dulunya sangat strategis karena berada di tepi jalan utama mobilitas masyarakat dari Majapahit ke Mataram Kuno.
"Sejak awal ditumbuhi beringin. Kenapa dipertahankan, karena sejak dulu beringin nyatanya membuat air terpelihara dengan baik," terangnya.
Cak Nas menuturkan, Ringin Contong dulu kala menjadi tempat istirahat masyarakat. Selain pohon beringin yang membuat tempat ini teduh, juga terdapat mata air di bawahnya. Keberadaan beringin dan sumber air itulah yang mengilhami nama Ringin Contong.
"Kemudian mata air itu ditembok agar airnya tidak melebar ke mana-mana, supaya terwadahi. Sehingga menjadi penampungan air, sumber air utama di Jombang. Orang Jawa menyebutnya air dicontongi dari sumbernya supaya tidak meluber," cetusnya.
Barulah pada zaman penjajahan, Belanda membangun watertoren di tempat yang kini menjadi Bundaran Ringin Contong. Berdasarkan data surat kabar lama De Indische Courant, pembangunan menara air itu dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum Belanda, Burgelijke Operbare Werken (BOW) sejak 24 Agustus 1928.
Pembangunan watertoren yang dirancang arsitek Belanda, Ir Snuyf itu berjalan satu tahun. Sehingga difungsikan sejak 1929 untuk tandon air dari sumber air besar di Ngampungan, Bareng, Jombang. Kemudian air dari watertoren digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jombang kota.
(fat/fat)