Surabaya -
Pemkot Surabaya akan kembali menata citra eks Lokalisasi Dolly. Terbaru, Dolly akan dijadikan kawasan wisata religi. Mungkinkah masyarakat Dolly bisa berubah dengan cepat, dari kultur keras atau image prostitusi menjadi kultur agamis yang berkaitan dengan ziarah atau wisata religi?
Guru Besar Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN-SA) Profesor Dr Nur Syam angkat bicara mengenai itu. Menurutnya, perubahan status kewilayahan dari prostitusi ke wilayah non prostitusi menjadi hal positif yang luar biasa. Tetapi implikasi terhadap hal itu dianggap masih panjang.
Eks Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI itu menjelaskan, perubahan itu akan sangat lambat. Sebab, dia menilai tokoh yang ada di kawasan Dolly itu tidak setenar tokoh lainnya. Karena itu Nur Syam menilai untuk mengubah imej Dolly menjadi tempat wisata religi bisa sangat lambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tokoh yang berada di situ menurut saya, bukannya tidak sekaliber dengan Mbah Bungkul, Sunan Ampel, Giri, dan lain sebagainya tapi tidak setenar mereka. Jadi karena nama ini adalah nama yang secara historis kemudian peran sosial keagamaannya kan mungkin tidak sekaliber mereka-mereka yang saya sebut, jadi kalau kemudian itu akan ditokohkan butuh waktu yang panjang," ujarnya.
Dia menuturkan, untuk sosialisasi dan memperkenalkan siapa tokoh Kapiludin sebenarnya, akan memakan waktu lama. Peran-peran sosial di masa lalu menurutnya menjadi variabel penting. Perlu ada tokoh sekitar yang berperan lebih kuat untuk mengangkat tema-tema Mbah Kapiludin hingga menjadi ikon.
Nur Syam menyebutkan, harus ada tokoh kuat yang mengiringi upaya untuk mengubah citra tersebut. Bahkan, menurutnya, tokoh itu harus memiliki kemampuan untuk mengangkat isu atau tema-tema syariah yang ada di lingkungan sekitar Dolly.
"Ini yang saya rasa penting, salah satu contoh adalah salah satu makam Asporokondi di Malang, kemudian menjadi sangat luar biasa karena ada peran-peran tokoh sentral di situ yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan dan menjadikan tempat itu menjadi wisata ziarah. Maka dari itu, menurut saya harus ada yang dipilih atau harus ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal semacam ini," tutur Sarjana Muda (BA) Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel tahun 1982 itu.
Selain itu, lanjut Nur Syam, harus diiringi dengan tradisi-tradisi lokal. Sehingga, mendampingi upaya untuk menjadikan tempat itu menjadi wisata ziarah. Ia mencontohkan, adanya tradisi-tradisi lokal yang unik dan menarik, seyogyanya tetap bisa dipertahankan. Meski begitu, harus bisa adaptasi terhadap hal-hal yang modern yang kaitannya dengan wisata tradisional itu.
"Jadi, ada wisata yang dikembangkan sesuai dengan hal tersebut, ikon wisata tradisionalnya Kapiludin dengan segenap lingkungan serta kearifan lokal, serta didampingi dengan wisata modern yang memungkinkan orang bisa tertarik untuk datang di situ," katanya.
Ia menegaskan, 1 konsep itu dianggap bisa mengubah image Dolly sebagai lokasi prostitusi menjadi lokasi religius. Selain, menarik dan memiliki nilai, ia mengaku hal itu saya dirasa penting. Nantinya, kata dia, ada beberapa tempat wisata ziarah yang terdampak positif. Terutama, dalam dampak ekonomi.
"Jadi, ada implikasi ekonomi yang didapat masyarakat, tapi ini butuh waktu yang lama karena ikon yang mau diangkat ini menurut saya tidak se-sentral beberapa tokoh yang kita kenal sebagai tempat wisata ziarah di Jatim," ujar dia.
"Selama ini masyarakat kita punya kemampuan adaptasi yang luar biasa, masyarakat kita termasuk masyarakat Kota Surabaya adalah yang bisa adaptasi dengan perubahan-perubahan yang direncanakan maupun yang terjadi," sambungnya.
Nur Syam mengungkapkan, bila ingin mengangkat lokus itu menjadi wisata ziarah dengan tokoh yang kental dengan kearifan lokal, maka perlu ada orang-orang kunci yang bisa mengkampanyekan itu ke banyak wilayah. Bahkan, tidak hanya khusus di Surabaya saja.
"Misalnya, berhubungan dengan biro-biro travel dan memasukkan Kapiludin sebagai destinasi wisata," tutupnya.
Simak Video "Video: Apresiasi Habib Ali Zainal Abidin Atas Penutupan Gang Dolly di Surabaya"
[Gambas:Video 20detik]