Dolly Akan Diubah Jadi Wisata Religi, Sosiolog: Butuh Waktu Panjang!

Dolly Akan Diubah Jadi Wisata Religi, Sosiolog: Butuh Waktu Panjang!

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Senin, 12 Sep 2022 12:30 WIB
Makam Mbah Kapiludin di Lokalisasi Dolly Jalan Kupang Gunung Timur Surabaya
Makam Mbah Kapiludin di kawasan Dolly (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Pemkot Surabaya akan kembali menata citra eks Lokalisasi Dolly. Terbaru, Dolly akan dijadikan sebagai kawasan wisata religi. Lalu bisakah hal itu diwujudkan?

Wacana merubah eks Lokalisasi Dolly pertama kali dilontarkan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Ini karena keberadaan makam Mbah Kapiludin yang diyakini sebagai tokoh penyebar Islam di kawasan setempat.

Guru Besar Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN-SA) Profesor Dr Nur Syam mengatakan perubahan citra eks lokalisasi menjadi kawasan wisata religi adalah hal yang luar biasa jika bisa diwujudkan. Namun menurutnya, hal itu butuh waktu yang sangat panjang.

"Karena, di situ ada implikasi pekerjaan, interaksi sosial, dunia keagamaan, dan seterusnya yang tentu saling terkait dan terpengaruh terhadap lingkungan masyarakat baik di masa lalu dan sekarang," kata Nur Syam kepada detikJatim, Senin (12/9/2022).

Nur Syam menambahkan perubahan yang sangat panjang itu juga dipengaruhi siapa tokoh sosok yang akan menjadi ikon perubahan. Sebab biasanya semakin tokoh itu dikenal maka perubahan juga akan semakin cepat.

"Tokoh yang berada di situ menurut saya bukan tidak sekaliber tapi tidak setenar, misalnya Mbah Bungkul, Sunan Ampel, Giri, dan lain sebagainya," ujar Nur Syam.

"Jadi, karena nama ini adalah nama yang secara historis kemudian peran sosial keagamaannya kan mungkin tidak sekaliber mereka-mereka yang saya sebut, jadi kalau kemudian itu akan ditokohkan butuh waktu yang panjang," tambahnya.

Selain itu, untuk mengenalkan siapa sosok Mbah Kapiludin juga membutuhkan sosialisasi. Mulai dari peran hingga sosialisasi mengenai sosok Mbah Kapiludin. Ia kemudian memberi contoh pada kasus makam Asporokondi yang berada di Malang.

"Ini yang saya rasa penting, salah satu contoh adalah salah satu makam Asporokondi di Malang, kemudian menjadi sangat luar biasa karena ada peran-peran tokoh sentral di situ yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan dan menjadikan tempat itu menjadi wisata ziarah," jelasnya.

"Maka dari itu, menurut saya harus ada yang dipilih atau harus ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal semacam ini," tandas mantan Rektor UIN-SA itu.


(abq/fat)


Hide Ads