Upacara adat yang dipusatkan di Pelabuhan Perikanan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi itu diawali dengan kirab sesaji dan tumpeng agung dari kantor Kecamatan Watulimo menuju pelabuhan.
Selanjutnya, panitia menggelar doa, serta pembacaan sejarah pembukaan kawasan Prigi. Tumpeng agung dan aneka sesaji kemudian ditarik dengan kapal nelayan untuk dilarung ke tengah laut.
Ketua Panitia Larung Sembonyo Asmadi mengatakan, labuh laut ini rutin digelar satu tahun sekali pada bulan Selo dalam penanggalan Jawa. Upacara adat Sembonyo merupakan bentuk rasa syukur para nelayan atas limpahan hasil tangkapan ikan selama setahun terakhir.
"Ini adalah upacara syukuran, syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kita itu diberikan rezeki ikan yang melimpah. Harapan kami ke depan setelah ini semoga rezeki kita itu melimpah ruah," ujarnya.
Pihaknya juga berharap para nelayan yang beroperasi di kawasan Teluk Prigi diberikan kesehatan dan keselamatan selama beraktivitas di tengah laut.
"Berangkat selamat pulang selamat. Kita itu wajib bersyukur kepada Tuhan, karena ikan di laut itu tinggal tangkap tanpa menebar benih dan memberi makan," jelasnya.
Rangkaian upacara Sembonyo di Teluk Prigi kali ini digelar secara meriah dan dihadiri oleh ribuan warga dan wisatawan. Kondisi ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang digelar sederhana akibat pandemi COVID-19.
(dte/dte)