Pertunjukan Wayang Potehi masih eksis di Surabaya. Kelenteng Hong Tiek Hian di Surabaya Utara kerap menggelar pertunjukan wayang tersebut.
Klenteng ini berada di Jalan Dukuh 23, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan. Setiap hari digelar pertunjukan Wayang Potehi selama 2-3 jam.
"Sebenarnya sebelum pandemi itu malah tiga kali sehari. Jadwalnya pagi, siang dan sore," ujar Eddy Sutrisna yang bertugas sebagai Dalang Wayang Potehi kepada detikJatim, Jumat (27/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Eddy mengatakan, gelaran Wayang Potehi rutin digelar di Kelenteng Hong Tiek Hian sejak 1960. Hingga saat ini, Wayang Potehi dimainkan secara turun temurun di tempat ibadah Tridharma tertua di Surabaya ini.
"Pertunjukan ini sudah sejak lama, sekitar tahun 1960 itu Wayang Potehi sudah ada. Itu dari senior-senior saya. Jadi gak hanya jelang Imlek saja," ujarnya.
Setiap hari, pertunjukan Wayang Potehi berdurasi sekitar 2 jam. Setiap cerita dibawakan secara serial (berkelanjutan) sehingga butuh berhari-hari untuk menyelesaikan satu cerita.
"Jadi tadi itu cuplikan tentang salah satu usaha merebut kota kehidupan. Ke depannya masih banyak ceritanya," imbuhnya.
![]() |
Ia mengakui, tak mudah untuk mempertahankan kesenian Wayang Potehi. Seperti halnya dengan kesenian tradisional lainnya, Wayang Potehi memiliki tantangan dalam menarik minat anak muda.
"Tidak mudah untuk menemukan generasi penerus. Anak-anak saat ini lebih suka bermain gadget (ponsel)," katanya.
Untuk mengenalkan Wayang Potehi, pihaknya melakukan berbagai upaya. Misalnya, dengan menggelar pertunjukan di sejumlah pusat perbelanjaan. Menjelang Imlek, pihaknya mengaku sempat mendapatkan beberapa undangan dari luar kota. Bahkan, pihaknya juga beberapa kali berkolaborasi dengan kesenian lainnya.
"Misalnya dengan teman-teman Ludruk. Sehingga, anak-anak muda kami harapkan bisa tahu dan mengenal Wayang Potehi dan harapannya tentu bisa tertarik dan ikut belajar," pungkasnya.
(sun/fat)