Desa Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Jember merupakan desa kreatif yang warganya banyak menjadi perajin sangkar burung. Kerajinan yang kini ditekuni oleh para warga itu merupakan warisan dari nenek moyang mereka.
Desa tersebut saat ini dikenal dengan sentra industri sangkar burung perkutut. Bahkan, ada yang menganggap desa itu sebagai 'surganya penghobi burung berkutut'.
Warga di Desa Dawuhan Mangli terbilang mandiri secara ekonomi. Kreativitas mereka dalam membuat sangkar burung mampu mencukupi kebutuhan utama keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu perajin sangkar burung, Tohari (42) warga Dusun Krajan mengatakan kerajinan sangkar burung adalah warisan dari kakek buyut, dan itu diteruskan secara turun temurun.
"Kalau di desa ini, kerajinan sangkar burung adalah warisan dari nenek moyang kami. Istilahnya, turun temurun," katanya, Kamis (13/2/2025).
Tohari menambahkan orang tuanya memang sudah menjadi perajin sangkar burung bahkan sebelum ia lahir. Namun, sebelum menjadi perajin, para masyarakat desa Dawuhan Mangli rata-rata menjadi buruh tani.
"Orang tua saya sudah jadi perajin bahkan sebelum saya lahir. Saya hanya meneruskan," ujarnya.
"Tapi sebelum menjadi perajin, masyarakat desa ini berprofesi sebagai buruh tani," tambah Tohari.
Dia menceritakan, sebelum warga desa bekerja sebagai perajin, perekonomian mereka terbilang sulit alias menengah ke bawah. "Sebelum jadi perajin, ekonomi masyarakat desa ini masih menengah ke bawah. Setelah jadi perajin, kakek buyut kami perekonomiannya mulai makmur," paparnya.
Menurutnya, memang sudah sejak dulu para perajin di desa Dawuhan Mangli memiliki pelanggan dari luar kota Jember. Kini, dengan perkembangan teknologi, kerajinan sangkar burung ini dikirim ke Jakarta bahkan ke Aceh.
"Memang dari dulu sudah punya banyak pelanggan dari luar kota. Apalagi saat ini sudah bisa pesan secara online, sudah pernah dikirimkan ke Jakarta bahkan ke Aceh," tandasnya.
(hil/iwd)