Kecintaan Riyanto (39) terhadap aeromodelling justru membuatnya penasaran tentang teknologi di dalamnya. Setelah bertahun-tahun belajar otodidak, pengusaha konveksi ini piawai memproduksi sendiri beberapa tipe pesawat. Uniknya, pesawat dibuat berbahan styrofoam kotak buah.
Bapak dua anak ini awalnya kepincut dengan hobi mobil dan kapal mainan yang dikendalikan remote control. Karena bosan, ia beralih ke aeromodelling yang menurutnya lebih menantang dan kompleks. Sehingga sekitar tahun 2010, ia bergabung dengan komunitas Aeromodelling Mojokerto.
"Aeromodelling tantangannya banyak. Bentuk pesawat punya karakter masing-masing. Kalau ditiru sesuai skala, gaya terbangnya persis pesawat sungguhan," kata Riyanto kepada wartawan di rumahnya, Jalan Bancang gang 5 no 43, Kelurahan Wates, Magersari, Kota Mojokerto, Selasa (23/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama sejumlah temannya sesama anggota Aeromodelling Mojokerto, Riyanto belajar otodidak untuk memproduksi miniatur pesawat terbang. Sehingga ia piawai membuat pesawat aeromodelling jenis trainer dan glider. Pesawat trainer misalnya model Cessna, Piper Cub dan Wing Dragon. Sedangkan glider jenis pesawat layang.
![]() |
"Kalau naik ke pesawat jet karena speed tinggi, sampai 200 Km per jam harus pakai motor EDF (electric ducted fan), harganya motor EDF saja Rp 800 ribu," terangnya.
Riyanto biasa memproduksi miniatur pesawat bersama temannya sesama penghobi aeromodelling, Bagus (38). Bagi mereka, memproduksi pesawat sebatas untuk mengisi waktu luang ketika sore sampai malam. Yaitu setelah ia mengurusi bisnis konveksi miliknya. Sedangkan Bagus setelah pulang dari tempat dinasnya di lembaga pemerintah.
Prosesnya diawali dengan membuat bodi. Menurut Riyanto, setiap kit pesawat harus dibuat seimbang pada pusat gravitasinya (central gravity). Titik pusat gravitasi pesawat terletak di 25 persen dari lebar sayap kiri dan kanan. Teori ini juga berlaku dalam pembuatan pesawat sungguhan.
"Tujuannya supaya pesawat benar-benar seimbang. Kalau pesawat elektrik, ada berat tidak seimbang bisa dikontrol dengan gyroscope atau stabilizer," ujarnya.
Selanjutnya komponen elektronik dipasang di bodi pesawat. Setiap pesawat, lanjut Riyanto, minimal mempunyai 1 motor brushless, 4 servo motor untuk menggerakkan sayap, ESC untuk mengontrol kecepatan motor, baterai, serta receiver untuk menerima sinyal dari remote control.
Servo membuat pesawat aeromodelling bisa dikendalikan untuk bermanuver layaknya pesawat aslinya. Sebab komponen ini menggerakkan flap dan aileron di sayap pesawat, serta rudder dan elevator di ekor pesawat.
"Agar pesawat naik, elevator harus naik, kalau turun sebaliknya. Rudder untuk belok kondisi pesawat datar. Kalau aileron untuk belok sambil miring. Misalnya belok miring ke kiri, aileron kiri naik, aileron kanan turun. Flap untuk take off dan landing harus diturunkan untuk menaikkan daya angkat pesawat," jelasnya.