Saat ini, Riyanto dan Bagus baru menyelesaikan pesanan temannya berupa pesawat trainer. Pesawat dengan panjang bodi 85 cm dan bentang sayap 110 cm ia banderol Rp 1,2 juta. Harga tersebut sudah termasuk baterai dan remote control. Selanjutnya, mereka menggarap miniatur Boeing 777 sepanjang 150 cm dengan bentang sayap 200 cm.
"Model Boeing 777 ini berat terbangnya 1,4 Kg. Harganya 1,8 juta sudah siap terbang, belum termasuk remote. Kalau plus remote low budget total Rp 3 juta," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, Riyanto dan Bagus sebatas memenuhi pesanan rekan-rekannya sesama penghobi aeromodelling. Baik dari Mojokerto sendiri, Malang, Sidoarjo, maupun dari Yogyakarta. "Pendapatan bersih rata-rata masih Rp 2 juta per bulan. Karena belum kami tekuni sebagai bisnis," terangnya.
Pesawat aeromodelling made in Mojokerto ini terbilang unik karena bodinya menggunakan styrofoam kotak buah. Karena kotak buah lebih keras dibandingkan styrofoam biasa. Bodi, sayap sampai ekor pesawat dibentuk secara manual menggunakan pisau cutter. Selanjutnya dirangkai menggunakan lem.
![]() |
"Kemudian diampelas sampai halus. Finishingnya hanya dilapisi isolasi berbagai warna sesuai kebutuhan. Barulah dipasang komponen elektroniknya," jelas Bagus.
Bagus pun menunjukkan salah satu miniatur pesawat trainer buatannya. Pesawat dominan warna merah sepanjang 134,5 cm dengan bentang sayap 197 cm ini mampu terbang aerobatik. Ketinggian jelajahnya mencapai 500 meter dari permukaan tanah dengan kecepatan rata-rata 80 Km per Jam.
"Kalau ketinggian maksimal 120 meter sesuai peraturan penerbangan. Namun, kemampuan remote ke pesawat sampai ketinggian 500 meter," ungkapnya.
Zainal Farid (38) merupakan salah seorang senior di komunitas Aeromodelling Mojokerto. Komunitas beranggotakan sekitar 20 orang ini rutin bermain di lapangan Desa Tawangsari, Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Menurutnya, lama terbang pesawat tergantung kapasitas baterai dan karakter pesawat. Baterai yang biasa digunakan jenis Li Ion dan Li Po.
"Kalau terbang fun rata-rata 7-15 menit, kalau adu kencang 3-4 menit baterai sudah habis. Makanya kami biasanya bawa baterai banyak untuk cadangan," jelas warga Desa Gading, Jatirejo ini.
Tak sekadar hobi, tambah Farid, komunitas Aeromodelling Mojokerto juga menularkan ilmu mereka kepada para siswa sejumlah sekolah dasar (SD). Yaitu tentang cara kerja pesawat terbang atau konsep aerodinamis. Para siswa juga diajak praktik membuat pesawat sederhana sekaligus cara menerbangkannya. Sayangnya, program ini terhenti karena pandemi COVID-19.
"Rencana akan kami mulai lagi, masih penggalangan dana. Misinya menjauhkan anak-anak dari gawai supaya mereka terdorong kreativitasnya," tandasnya.
(abq/iwd)