Seorang warga di Kabupaten Blitar meraup keuntungan jutaan rupiah dengan memanfaatkan limbah sayur untuk budidaya cacing farmasi. Semua jenis limbah sayur milik pedagang dan rumah tangga, menjadi bahan utama untuk pakan cacing farmasi itu. Cacing farmasi ini diminati para produsen obat.
Pembudidaya cacing farmasi, Subroto mengaku mulai menggeluti budidaya cacing untuk obat -obatan akhir 2021. Hal ini bermula dari keresahaannya terhadap banyaknya limbah sayur. Khususnya limbah sayur yang ada di pasar sebelah rumahnya.
"Jujur cukup prihatin sama limbah sayur yang ada di rumah. Terus juga karena rumah saya deket sama pasar, jadi sering lihat banyak limbah sayur yang menumpuk," katanya, Kamis (10/3/2022)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Broto memutuskan mencari usaha yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah sayur. Yakni dengan mencoba budidaya cacing khusus obat. Sebab, cacing membutuhkan sayur -sayuran sebagai makanannya.
"Coba cari -cari usaha yang bisa memanfaatkan limbah sayur. Kemudian nemu untuk budidaya cacing lumbricus rubellus ini. Jadi limbah sayur digunakan untuk pakannya," ujarnya.
Warga Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar itu mengaku, bisa mendapat 6 kilogram limbah sayur setiap harinya. Limbah sayur itu didapatkan dari para pedagang sayur di pasar. Sedangkan untuk jenis sayur yang didapat beragam. Bahkan kulit buah pun bisa disulap menjadi pakan cacing.
Limbah sayur hingga kulit buah itu dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam kotak -kotak yang sudah berisikan indukan cacing lumbricus rubellus. Pemberian pakan pada cacing dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Broto mengaku, budidaya cacing untuk obat lumayan menguntungkan. Karena, dalam sekali panen dapat menghasilkan sekitar satu kwintal cacing obat. Setiap 40 kg indukan dapat menghasilkan sekitar 80 hingga 100 kilogram.
"Panennya setiap empat bulan sekali. Bisa dapat sekitar 1 kwintal. Karena saya sudah ikut mitra dengan pabrik obat di Malang, jadi enak jualnya. Tapi kadang ada juga yang beli perorangan," katanya.
Dia menambahkan, cacing farmasi dijual dengan harga Rp 20 ribu/kg. Sedangkan untuk cacing yang tidak layak jual akan dimanfaatkan untuk indukan. Sehingga, budidaya cacing farmasi bisa tetap berjalan melalui indukan tersebut.
(hil/fat)