Seorang pemuda bernama Ahmad Rofi (26), warga Desa Kedawung, Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang membudidayakan sayuran dengan sistem hidroponik. Sayuran selada tumbuh subur di atas media tanam yang tersusun rapi di green house seluas 250 meter persegi di samping rumahnya.
Ide awal budidaya sayuran hidroponik tersebut berawal dari melihat lahan tidak produktif yang tidak dimanfaatkan. Ia pun kemudian memanfaatkannya dengan membudidayakan sayuran hidroponik.
"Ide awal mebudidayakan sayuran hidroponik ini karena saya melihat banyak lahan tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga saya mencoba membudidayakan sayuran hidoponik," ujar Ahmad kepada detikjatim, Selasa (10/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkebun menggunakan sistem hidroponik memang relatif cukup mudah dan tidak membutuhkan lahan luas. Untuk perawatan tanaman, pemuda 26 tahun ini rutin mengecek potential hydrogen atau PH air dan menambahkan nutrisi tanaman dengan takaran tertentu.
Setelah disemai, sayuran hidroponik ini dapat dipanen setelah berusia 35-40 hari. Dalam satu bulan, Rofi bisa memanen hingga 230 kilogram sayuran hidroponik. Sayuran hidroponik dijual dengan harga Rp 35.000 per kilogram.
"Untuk panen sayuran hidroponik ini, dalam satu bulan bisa mencapai 230 kilogram. Untuk harganya bisa mencapai Rp 35.000 per kilogramnya," terang Rofi.
Sayuran hidroponik hasil budidayanya dijual ke sejumlah kafe hingga rumah makan di Lumajang. Dari budidaya sayuran hidroponik ini ia bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 6 juta setiap bulan.
(hil/irb)