300 Warga Sukabumi 'Demam' Joget Sadbor, Raup Cuan Jutaan Rupiah

300 Warga Sukabumi 'Demam' Joget Sadbor, Raup Cuan Jutaan Rupiah

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 29 Okt 2024 16:30 WIB
Sejumlah warga Kampung Babakan tengah melakukan live TikTok.
Sejumlah warga Kampung Babakan tengah melakukan live TikTok (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Ratusan warga Kampung Babakan Baru RT 05/09, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi mendadak jadi kreator konten di TikTok. Mereka mengikuti jejak Gunawan alias Sadbor yang mentenarkan tarian unik melalui live TikTok. Cuan yang didapat pun bukan kaleng-kaleng.

Kokon, selaku Ketua RT setempat mengatakan, setidaknya ada 300 orang warganya yang melakukan live 'Joget Sadbor' setiap hari. Dari 300 orang tersebut dibagi menjadi 50 akun TikTok dengan jumlah peserta dalam satu kali live sekitar 6-10 orang.

Dia mengaku, mengikuti jejak Sadbor untuk mencari penghasilan tambahan. Pasalnya, pekerjaannya sebagai kuli bangunan belum mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alasan saya ya di samping mencari buat cari beli beras saya pikir juga buat menghibur orang. Sebelumnya saya kerja bangunan. Alhamdulillah penghasilan di atas kerja bangunan lah," kata Kokon, Selasa (29/10/2024).

"Macam-macam, kuli serabutan, ada yang bikin opak, seperti saya kerja bangunan. Hampir semua warga kampung saya bahkan ada yang di luar kampung juga datang ke sini," sambungnya saat ditanya mayoritas pekerjaan warga di kampungnya.

ADVERTISEMENT

Kokon menceritakan, ketertarikannya itu bermula saat ia sedang bekerja untuk merenovasi rumah Gunawan alias Sadbor, penggagas 'Joget Sadbor' di TikTok. Dia diajak Gunawan untuk mencoba live di akun TikTok pribadinya.

"Itu saya awalnya lagi kerja bangun rumah, cuma waktu itu saya diajakin Sedbor, 'Pak RT coba mau ikut joget-joget nggak?' Dua tiga kali saya coba akhirnya betah dan sampai sekarang sudah hampir 1,5 tahun," katanya.

Hingga saat ini, live di TikTok itu jadi pekerjaan utamanya. Pasalnya, dalam setahun terakhir, ia tidak bekerja dan setiap hari melakukan live di media sosial.

Soal penghasilan, Kokon menyebut, dari satu akun bisa mendapatkan Rp1 juta sampai Rp1,5 juta. Uang itu didapat dari hasil saweran (gift) para netizen atau penonton. Kokon mengaku, dari penghasilan tersebut bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga bahkan membeli kendaraan motor.

"Dari satu akun penghasilan rata-rata Rp1 juta sampai Rp1,5 juta. Bisa buat di rumah, kebutuhan rumah dan motor juga bisa kebeli," ungkapnya.

Meski demikian, ada suka dan duka yang dialami warga kampung tersebut. "Ya suka-nya kita bisa menghibur orang. Duka-nya itu kalau ada komen-komen nggak benar. Saya bebas lah orangnya, nggak begitu ditanggapi, yang penting saya halal dan tidak merugikan orang," sambungnya.

Dia menilai apa yang dilakukan Gunawan alias Sadbor membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Bahkan, Sadbor juga memperbaiki trotoar jalan dari hasil live TikTok.

"Sedbor itu orangnya baik, jadi motivasi dia ingin membantu masyarakat, membantu lingkungan makanya setiap yang datang bikin akun sama dia nggak dipungut biaya, karena motivasi Sadbor itu ingin membantu orang-orang pengangguran. Bisa bangun jalan, memperbaiki pinggir jalan menghabiskan uang Rp14 juta," kata dia.

IRT Dapat Tambahan Uang Saku

Sejumlah ibu rumah tangga (IRT) ramai diperbincangkan karena terlibat dalam aksi joget di akun Sadbor. Aksi mereka bukan sekadar hobi, melainkan bagian dari upaya mencari penghasilan tambahan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras.

"Awalnya memang untuk cari tambahan, nggak ada buat beli beras, jadi kami coba-coba ikut joget di Sadbor. Alhamdulillah, walau awalnya penghasilan dari akun nol hanya Rp5 ribu atau Rp10 ribu sehari, sekarang sudah ada peningkatan. Tertinggi bisa mencapai Rp500 ribu per orang dalam sehari," kata Inem (30) salah satu IRT di Sukabumi.

Di lokasi joget tersebut, ada sekitar delapan orang yang terbagi dalam dua grup, laki-laki dan perempuan. Para ibu-ibu biasanya tampil dari pukul 09:00 hingga 15:00 dengan istirahat dhuhur, sedangkan para pria mulai dari sore hingga malam hari.

Bagi Inem, ini adalah pekerjaan sampingan selain perannya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya, yang dulunya bekerja sebagai sopir truk, juga ikut terlibat dan mendukung kegiatan ini.

Namun, aktivitas ini tidak lepas dari kritik. Beberapa netizen menilai aksi joget tersebut sebagai tindakan yang memalukan.

"Selama kita nggak merugikan orang lain dan tidak meminta-minta, kita jalanin saja. Kami sudah bisa beli beras, bayar sekolah anak, dan menabung sedikit-sedikit untuk masa depan," ujarnya.

Meskipun awalnya berat dan membuatnya sempat jatuh sakit karena aktivitas joget yang cukup melelahkan, Inem merasa bersyukur atas rezeki yang ia peroleh. Dia juga mengajak orang-orang lain yang ingin ikut bergabung, menganggap ini sebagai peluang yang bermanfaat selama dikelola dengan baik.

"Yang ngasih beda-beda orang, tergantung siapa yang suka sama kita. Kami hanya menghibur, kalau ada rezeki alhamdulillah, kalau nggak ada juga nggak apa-apa," tutupnya.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads