Dentuman sound horeg kini menjadi fenomena di tengah masyarakat. Siapa sangka, suara musik bertenaga besar itu lahir dari Malang.
Sound horeg berasal dari dentuman subwoofer (pengeras suara)bukan sekadar hiburan. Ia menjadi denyut hidup komunitas, pengikat keramaian, sekaligus pendorong geliat ekonomi masyarakat di Jawa Timur, khususnya Malang.
Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu sekaligus owner Blizzard Audio, David Stefan membenarkan jika Malang sebagai pusat sound horeg terbesar di Jawa Timur
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tren sound horeg kemudian bergerak lintas daerah seperti di Blitar, Jember dan Banyuwangi hingga daerah lainnya.
"Dari dulu pusatnya ya di Malang. Sekarang tren-nya makin berkembang, bukan cuma suara, tapi juga visual lampu, videotron, panggung artistik," ujar David kepada wartawan, Selasa (15/7/2025).
Daviq menyampaikan, bahwa bisnis sewa sound horeg atau sound system berukuran besar dan bertenaga tinggi, kini tumbuh menjadi industri yang menjanjikan.
David sendiri memiliki perusahaan rental sound system yang bermarkas di Turen, Kabupaten Malang, sejak tahun 1976. Kala itu, usahanya dirintis oleh ayahnya.
Almarhum ayahnya, merintis Blizzard Audio di masa ketika pesta desa masih sederhana, pengusaha sound system besar pun bisa dihitung jari.
Warisan ini pun bisa terjaga di tangan David. Bagi dia, suara audio bukan hanya perkara telinga. Tetapi juga perjalanan panjang keluarga yang dirawat lintas generasi.
Menurut David, fenomena sound horeg memang melejit dalam satu dekade terakhir. Sejak 2014, gelombang sound horeg mulai menggeliat di Malang Selatan, hingga kemudian meluas ke berbagai daerah lain.
"Awal sound horeg itu memang dari Malang, khususnya Malang Selatan. Dulu kan bisa dihitung pemilik sound besar-besar itu enggak sampai 10 rental. Termasuk saya," tuturnya.
David mengungkapkan, perkembangan sound horeg kini mulai mencapai batas, karena keterbatasan infrastruktur seperti akses jalan desa yang sempit.
Karena itu, pelaku usaha kini fokus mempercantik tampilan tanpa menambah beban logistik.
David mencatat, saat ini terdapat sekitar 1.200 usaha rental sound system di Malang dan sekitarnya. Dengan lebih dari 500 di antaranya berskala besar, ribuan pekerja bergantung pada bisnis ini.
"Pengusaha makin banyak, artinya ekonomi bergerak. Dulu hanya beberapa, sekarang ribuan," ungkapnya.
David menyebut, Paguyuban Sound Malang Bersatu dibentuk pada 2020, saat dimana pandemi COVID-19 membuat sektor hiburan lumpuh. Ratusan pelaku usaha kehilangan pekerjaan akibat larangan hajatan dan konser.
"Awalnya cuma puluhan yang kumpul, lalu berkembang jadi 1.200 rental. Tujuan utama kami agar tetap bisa kerja dan bersatu," sebutnya.
David bahkan menjadi pelopor dalam pertemuan dengan DPRD dan Forkopimda Kabupaten Malang untuk mencari solusi. Setelah perjuangan sekitar empat bulan, pelaku usaha akhirnya diizinkan beroperasi dengan protokol kesehatan saat pandemi melanda.
Selain memperjuangkan keberlangsungan usaha, paguyuban ini juga bertujuan meredakan konflik antar pelaku usaha.
"Dulu banyak yang bermusuhan. Sekarang, lewat paguyuban, kami justru saling dukung," ujarnya.
Bisnis sound system diakui David tak hanya membutuhkan kepekaan telinga. Tetapi juga modal besar. Karena satu set sound system, mulai dari speaker, mixer, power, truk pengangkut, genset, dan lain sebagainya, bisa menelan biaya hingga Rp1 miliar.
"Itu baru satu set. Ada rental di Malang punya sampai enam set. Saya sendiri tiga set, sudah pusing," ungkapnya.
Sebagai salah satu pemain besar di Malang Raya, Blizzard Audio tak hanya melayani karnaval. Hajatan, konser, hingga parade skala kabupaten jadi ladang cuan.
Tarif sewanya pun bervariasi. Untuk satu truk lengkap dengan sound system berukuran besar bisa dibanderol Rp 20 juta hingga Rp 30 juta untuk dua hari acara.
"Punya teman saya di Jember harganya sampai Rp 60 juta, karena pakai lighting, videotron juga," jelasnya.
Blizzard Audio kini mempekerjakan 26 orang, mayoritas operator lapangan. Mereka bergerak mengikuti karnaval, hajatan, atau konser lintas daerah.
Hampir tiap pekan semua unit keluar sekaligus, terutama di musim karnaval Agustus hingga November.
"Kalau Agustus itu malah bisa setiap hari. Hari ini saja tiga set saya keluar semua, di Wagir, Gondanglegi dan Blitar," pungkasnya.
Namun industri sound horeg ini kini terancam. Sebab Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram terhadap penggunaan sound horeg karena mengganggu.
Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim, KH Makruf Khozin membenarkan pihaknya telah mengeluarkan fatwa berkaitan dengan fenomena sound horeg yang tidak sedikit dikeluhkan masyarakat.
"Sudah MUI Jatim keluarkan (fatwa soal sound horeg)," kata Makruf.
Fatwa itu dikeluarkan dalam salinan bernomor 1/2025 tentang Penggunaan Sound Horeg. Ada 6 poin yang dirumuskan MUI Jatim dalam fatwa itu terkait dampak negatig yang ditimbulkan sound horeg.
Simak Video "Video MUI: Sound Horeg Haram Jika Ganggu Kenyamanan Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/abq)