- Apa Itu Melontar Jamrah?
- Tata Cara Melontar Jamrah
- Waktu Melontar Jamrah 1. Melontar pada 10 Zulhijah (Hari Nahr) 2. Melontar pada Hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah)
- Makna Lempar Jumrah 1. Simbol Perlawanan Abadi terhadap Setan 2. Melontar Jamrah sebagai Tekad Membersihkan Diri dari Sifat Buruk 3. Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim as 4. Keikhlasan sebagai Perisai Melawan Godaan
Melontar jamrah merupakan salah satu rangkaian wajib dalam ibadah haji. Praktik ini berupa melempar batu kerikil ke tiga titik yang disebut Jamrah: yaitu Jamrah Ula (Sughra), Jamrah Wustha, dan Jamrah Aqabah (Kubra).
Ketiga titik tersebut terletak di Mina. Kegiatan ini memiliki makna yang amat dalam terkait perlawanan pada setan. Berikut rincian tata cara lempar jumrah lengkap dengan maknanya:
Apa Itu Melontar Jamrah?
Secara teknis, melontar jamrah adalah tindakan melempar tujuh batu kerikil ke arah marma (lokasi tempat melontar) dengan niat ibadah. Batu yang dilempar harus mengenai dan masuk ke dalam area yang telah ditentukan sebagai sasaran lontaran. Dalam ajaran Islam, melontar jamrah termasuk ibadah wajib dalam haji. Jika ditinggalkan tanpa uzur yang sah, maka seseorang dikenai kewajiban dam atau fidyah sebagai bentuk tebusan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tata Cara Melontar Jamrah
Agar ibadah ini sah, ada tata cara yang harus diikuti dengan tertib dan benar:
- Menggunakan batu kerikil kecil, satu per satu, bukan sekaligus.
- Jumlah lontaran harus tujuh kali untuk setiap jamrah.
- Batu harus mengenai sasaran (marma) dan masuk ke dalam area lontaran.
- Urutan lontar harus dimulai dari Jamrah Sughra, kemudian Wustha, lalu Aqabah.
- Melontar tidak sah jika batu dilempar bersamaan atau tidak sesuai urutan.
Waktu Melontar Jamrah
1. Melontar pada 10 Zulhijah (Hari Nahr)
- Dimulai setelah lewat tengah malam (masuk 10 Zulhijah).
- Waktu utama adalah setelah matahari terbit.
- Namun karena padatnya jemaah, dianjurkan dilakukan pada siang hari.
2. Melontar pada Hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah)
- Menurut mayoritas ulama, dimulai setelah zawal (matahari tergelincir).
- Dalam Mazhab Syafi'i, terdapat pendapat yang membolehkan mulai dari terbit fajar (meski sebagian ulama menilai pendapat ini lemah).
- Beberapa lembaga fatwa seperti Darul Ifta' Mesir membolehkan melontar mulai pertengahan malam.
Untuk alasan keselamatan dan kenyamanan, Pemerintah Arab Saudi menetapkan jadwal waktu resmi untuk tiap kelompok jemaah haji berdasarkan negara. Jemaah wajib mengikuti jadwal ini dan menghindari waktu larangan.
Makna Lempar Jumrah
1. Simbol Perlawanan Abadi terhadap Setan
Ritual melontar jamrah merujuk pada kisah agung Nabi Ibrahim AS ketika diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Dalam perjalanan melaksanakan perintah tersebut, iblis beberapa kali muncul dan mencoba menggoda Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail agar membatalkan perintah Allah.
Nabi Ibrahim melempar iblis dengan batu kerikil di tiga titik yang kini dikenal sebagai:
- Jamrah Ula (Sughra) - ketika iblis menggoda Nabi Ibrahim,
- Jamrah Wusta (Tsaniyah) - saat iblis menggoda Siti Hajar,
- Jamrah Aqabah (Kubra) - saat iblis menggoda Nabi Ismail.
Setiap lemparan ini merupakan simbol penolakan terhadap godaan setan dan keteguhan iman kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa setan akan terus mencoba menyesatkan manusia dari jalan kebenaran, dan setiap Muslim harus siap melawannya dengan tekad dan keimanan.
Melalui Al-Qur'an, Allah SWT mengabadikan sumpah iblis yang menyatakan niatnya untuk terus menggoda manusia:
قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغۡوَيۡتَنِىۡ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِى الۡاَرۡضِ وَلَاُغۡوِيَـنَّهُمۡ اَجۡمَعِيۡنَۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ الۡمُخۡلَصِيۡنَ
"Iblis berkata: 'Ya Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, aku pasti akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.'"
(QS. Al-Hijr: 39-40)
Melalui pelemparan jamrah, umat Islam diingatkan bahwa godaan setan bersifat abadi, menyusup dalam kehidupan sehari-hari, dan hanya dengan keimanan serta keikhlasan yang kuat, manusia dapat terhindar dari tipu dayanya.
2. Melontar Jamrah sebagai Tekad Membersihkan Diri dari Sifat Buruk
Dalam pelaksanaannya, jemaah melemparkan tujuh batu kerikil ke arah tiang jamrah sebagai lambang mengusir iblis. Batu harus berupa benda padat, bukan cair atau lembek, dan harus mengenai sasaran. Ini bukan sekadar gerakan fisik, tapi simbol dari tekad bulat dan usaha sungguh-sungguh dalam menyingkirkan sifat-sifat buruk yang bersarang dalam diri, seperti sombong, dengki, amarah, kemalasan, dan lainnya.
Jumlah tujuh kali pelemparan mencerminkan keistiqamahan. Setiap lemparan adalah komitmen untuk terus memperbaiki diri dan menjauhi bisikan yang menyesatkan, dilakukan berulang-ulang hingga sifat destruktif benar-benar sirna.
3. Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim as
Kisah Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Ismail AS menjadi pelajaran penting tentang ketahanan dan kekompakan keluarga dalam menghadapi ujian iman. Ketiganya menunjukkan ketundukan total kepada Allah SWT dan tidak tergoyahkan oleh rayuan setan. Siti Hajar, sebagai seorang ibu, tetap tabah menghadapi keputusan berat, sementara Ismail AS sebagai anak menunjukkan keikhlasan luar biasa.
Semangat dalam melontar jamrah menanamkan nilai pentingnya soliditas keluarga sebagai benteng melawan pengaruh negatif dunia luar. Dalam konteks modern, keluarga yang kokoh akan menjadi pondasi utama dalam menanamkan nilai keimanan dan moral kepada generasi penerus.
4. Keikhlasan sebagai Perisai Melawan Godaan
Kunci utama selamat dari godaan iblis terletak pada keikhlasan. Nabi Ibrahim AS berhasil melawan godaan karena sepenuh hati ikhlas menjalankan perintah Allah, meski harus mengorbankan hal yang paling dicintainya. Keikhlasan itulah yang membentengi jiwa dari keraguan, ketakutan, dan bisikan setan.
Hanya dengan ikhlas, seseorang mampu bertahan menghadapi ujian berat. Melontar jamrah menjadi refleksi atas komitmen ikhlas tersebut - menegaskan bahwa setiap Muslim harus siap mengorbankan kenyamanan pribadi demi ketaatan kepada Allah SWT.
Demikian detikers tata cara lempar jumrah dan maknanya. Semoga bermanfaat.
(Irb/ihc)